Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2006

Kwah Putih Tidak Lagi Mendidih

dingin hening putih bersih Tak ada lagi air mendidih di kawah putih bisu kaku kelu pilu Mengiringi langkahku menuruni rangkaian tangga batu kelabu Lalu aku berdiri terpaku disitu..... Dipinggir air Kawah Putih yang kini dingin dan beku angin pun bagaikan enggan bertiup membiarkan mentari yang sinarnya semakin redup seolah menyerah kepada desakan kuasa malam yang tak sabar ingin menebarkan gelap yang kelam Disisa sisa temaram cahaya terang kupusatkan ingatan , dan... menerawang Dikesunyian hati yang sepi dan dinginnya rasa yang mati kucoba mengingat lagi kehangatan yang pernah hadir disini Dahulu...... Ketika kawah putih masih mendidih. PutNus 31 07 2006

Bersama Kita Bisa.....Kita Sama Berbisa

  Ketika kita berdusta,dari mulut berbusa busa Walau bunyinya terdengar syurga Tapi maknanya membawakan neraka Hasilnya pasti mendatangkan celaka   Ketika kita tak jujur,benar salah jadi kabur Walaupun bunyinya janjikan makmur Tapi maknanya membuat kita kecebur Hasilnya pasti mendatangkan hancur   Berdusta dan tidak jujur Bukan prilaku yang baik Kepercayaan pun terkubur Kebersamaan pun tercabik   Lalu............ Antara kita dan kita..yang ada hanya curiga Antara kita dan kita..saling takut diperdaya Semua niat yang baik..Bisa  berarti terbalik Disini ingin mendidik.Disana r a s a dibidik   Bersama pun kini tak rasa bersatu Bersatupun kini tak terasa sama Bersama pun kini kita tak bisa Karena kita  sama sama berbisa   Bersama....kita bisa Berbisa....kita tak sama Bersama kita tak bisa Kita sama sama berbisa     Bungdamai(PutNus} 29-03-2005   bung damai = damai bung = buang diam = biang madu = ngidam abu.

Tiada Ddidih Di Kawah Putih

  Kawah Putih Tidak Lagi Mendidih. dingin hening putih bersih Tak ada lagi air mendidih di kawah putih bisu kaku kelu pilu Mengiringi langkahku menuruni rangkaian tangga tangga kayu Lalu aku berdiri terpaku disitu..... Dipinggir air Kawah Putih yang dingin dan beku angin pun bagaikan enggan bertiup membiarkan mentari yang sinarnya semakin redup seolah menyerah kepada desakan kuasa malam yang tak sabar ingin menebarkan gelap yang kelam Disisa sisa temaram cahaya terang kupusatkan ingatan yang menerawang Dikesunyian hati yang sepi dan dinginnya rasa yang mati kucoba mengingat lagi kehangatan yang pernah hadir disini Dahulu...... Ketika kawah putih masih mendidih. PutNus 31 07 2006 Ciwidey Allways in my hearth

Pantun Nasihat

  pohon mangga ditebang orang akarnya putus melepas tanah kayu terlanjur  menjadi arang tak mampu lagi menghapus fitnah akarnya putus melepas tanah beruk terjepit di dua dahan tak mampu lagi menghapus fitnah baik dan buruk kini buktikan beruk terjepit didua dahan rajawali menangkap ikan baik dan buruk kini buktikan seisi negeri memperhatikan rajawali menangkap ikan hinggap dulu dipohon jeruk Seisi negeri memperhatikan mana yang benar, baik dan buruk.   PutNus 30-07-2006    

KITA BUKAN SIAPA SIAPA

sering kita lupa bahwa kita ini pernah tiada sering pula kita lupa bahwa kita ini tiada daya   KITA BUKAN SIAPA SIAPA JUGA BUKAN APA APA   Jika DIA tak menciptakan kita dari ketiadaan itu apakah bisa menuntut keberadaan ini....? Kita bukan siapa siapa.... bahkan bukan apa apa. ketika kita masih tiada , sebelum ke murahanNYA menciptakan kita.   Siapakah kita…? Kita   hanyalah ketiadaan............... Yang tak ada dalam gelap Yang tak ada dalam terang Yang tak ada didaratan Yang tak ada dilautan Yang tak ada diseluruh lapisan langit Yang tak ada diseluruh lekukan bumi Yang tak ada disetiap sisi ruang jagat raya Yang tak ada disemua bentangan waktu Bahkan sebenarnya TAK ADA DIKETIADAAN PUN. Renungkanlah....!!!!!! Untuk semua yang kini telah Berkenan diadakanNYA Lalu ketahuilah kemana kelak kita ditempatkanNYA. Masihkah kita memiliki ruang bagi kesombongan kita...?     PutNus 30-07-2006 Semakin kecil dalam keberadaan

Akh....Manusia.

    Akh Manusia................ Dimana rasa sempurna pongah bertahta Padahal kelemahan lah yang berkuasa Dimana rasa benar seolah yang paling besar Padahal kesalahan yang memenuhi pikiran   Ketika kita disini,maka buruk ada disana Ketika kita disana, maka buruk ada disini Padahal bila kita disana,ada juga buruk disana Padahal bila kita disini, ada juga buruk disini Karena buruk ada juga pada kita   Tidak semua pikiran kita yang benar Tidak pula, semua pikiran orang lain yang salah Disini ada benar dan ada salah Disana ada salah dan ada benar Kejujuran yang menilainya Kesadaran yang menimbangnya. Toleransi berupaya mempertemukannya.......   Bungdamai ( PutNus) 21102004 Ketika untuk kesekian kalinya menjadi saksi perubahan

Inikah Dunianya Para Penyair ?

  tapi...... kalau begini cara berjalan kepala tegak lurus kedepan tak peduli kiri dan kanan tanpa salam tak ada sapaan lalu bagaimana menciptakan kesatuan lalu bagaimana melakukan pembelajaran lalu bagaimana mewujudkan pengkaderan? atau memang begini cara hidup para penyair asyik sendiri mengumbar pikir paling banter saling mencibir....? aku cukup alasan untuk khawatir PutNus 29072006

Sebuah Rasa

ketika cinta datang menyapa birukan perasaan seakan terbang datangnya dengan tiba tiba runtuhkan relung hati bagai bunga sedang mekar merona indah sejukan pandangan membara semangatnya seakan membakar haluan didepannya dalam hati menyimpan bangga dalam harinya hadirkan sejuta cerita separuh hiduppun ia curahkan sepenuh tenaga ia berjuang jiwa ragapun ia taruh kan demi nama cinta ia berkorban pancaran mata penuh harapan tajam menatap ke depan di tangannya genggam sebuah bahagia seakan sirnahlah sluh duka lara api cinta yang membara jadikan nya satu senjata yang kan mencabik kerasnya dunia hilangkan sgala beda yang mendera indah dan indah yang terlukis saat rasa itu kian menyatu

LAUNCHING BUKU DAN BACA PUISI KELILING

Launching buku dan musikalisasi puisi "DIALOG-DIALOG SUMBANG" karya A. REGO S. ILALANG. ACARA DI: GALERI SURABAYA-KOMPLEK BALAI PEMUDA . Jl. PEMUDA SURABAYA. SENIN, 31 Juli 2006 PEMBEDAH : W. HARYANTO (KRITIKUS SASTRA-SURABAYA) A. REGO S. ILALANG (PENULIS-NGANJUK) MODERATOR: R. GIRYADI (SENIMAN-SURABAYA) MUSIKALISASI PUISI OLEH 'SAK TEPAK-E" MALANG PEMBACA PUISI: 1. HABIB N. 2. WINDY 3. RISA IMUT 4. MEGA MENDHOL 5. ANJAS TRISNA 6. REGO MUSIK: MAS FERRY "BT" DKK JULI 2006. JAM 19.00 WIB

Semerbak Melati di Padang Sunyi

Setiap kali melangkah beribu-ribu jejak kuikuti menyusuri hutan dan sabana, melintasi gemercik air   menjelajahi bukit-bukit dan lembah-lembah yang murung   tampak jelas tapak-tapak derita sang alam   Satu per satu keindahan itu mulai pudar   selangkah demi selangkah jejak itu membuat bencana   tampak jelas batu-batu cadas yang merintih kesakitan   lihatlah pepohonan mengaduh kepedihan   Yang dulu dikata orang kau begitu mempesona   yang dulu dibilang orang kau begitu melenakan   kini hanya tangis yang kurasakan   hanya penderitaan yang kau bagikan   Tak ada lagi senyum-mu yg membahagiakan   hilang sudah keceriaan yg mengobati hati ini   malang seakan terus menimpamu   hari demi hari kian menjadi   Hingar-bingar kehidupan dunia kita bawa kesana   nafsu angkara murka kita tanam didalamnya   hingga, langit pun tak kuasa mendengar jeritan-mu   sampai seisi alam ini bermandikan air mata   Kejam-ka...

Dari Ciwidey Dengan Cinta II

From Ciwidey with love II ada cinta dan sayang hadir disana kenangan lama terkuak kembali membawa sebuah cerita baru butir-butir tali persahabatan menampakan kembali warnanya mewarnai nuansa hati yang diliputi sejuta bunga Saat itu tak ada rangkaian kata yg terucap hanya butir-butir kerinduan yang mampu berucap mewakili perasaan yang tak pernah sunyi menghadirkan sebentuk persaudaraan nan abadi Andaikan waktu mau berbagi lagi menemukan sahabat sejati untuk berbagi bersama-sama mengarungi ombak kehidupan menuju sebuah keinginan dan harapan

Jeritan

Dengarlah kesakitanku Dalam suara guntur Dan aku mnenangis dalam rintihan hujan mendekap dalam dinginnya penderitaan mengharapkan hangatnya matahari yang bersinar esok nanti kapankah aku dapat menikmati

Dari Balik Reruntuhan Gempa

kuhadiahkan puisiku bagi jiwa jiwa yang telah  berpulang kealam tenang ku haturkan pula kepada hati hati pedih yang  teriris iris  sedih teristimewa  puisiku ini ku persembahkan bagi pribadi pribadi berhati baja yang tetap tegar melangkah kemasa depan.     Si tua berhati baja. Dijalan berdebu dan penuh liku Diatas bentangan panjang  kehidupannya Lelaki tua itu , berjalan mengayun langkah Walaupun tertatih tatih tak kudengar suara rintih Walaupun bermandi peluh, tak kudengar dia  mengeluh   Satu demi satu langkahnya melangkah maju Setapak demi setapak Situa menambah jejak   Panjang sudah jalan yang telah dilaluinya Banyak sudah beban yang harus dipikulnya Tak terhingga derita yang menderanya Badai topan bergantian menghadangnya   Dan kini......... Di penggal akhir jalannya Di senja sisa sisa hayatnya Bencana masih saja menimpanya Bumi bergoyang , tanah dipijak juga bergerak   Meruntuhkan bangunan rumah tempat berteduh Menguburka...

Tuhanku Ajari Aku Memahami Takdirku

Tuhanku…… Ajari aku  memahami  garis takdir yang  KAU tentukan buatku Bimbinglah aku menapaki jalan yang  Kau  tetapkan bagiku Tak ada  yang ku sesali, karena kuyakin akan  kekuasaanMU Tak satupun yang ku ragukan segala ketentuanMU Didalam  ketidak tahuanku, kuyakin disana bertahta yang terbaik dari MU Dalam ketidak inginanku, kupasti  KAU berikan yang terbaik buatku   Tapi Tuhanku.......................................... Kelemahan  imanku selalu lahirkan tanya yang mengganggu Bagaimana kuharus jalani bentangan sisa hidupku Ketika orang lain  sudah sampai ,aku  baru saja memulai Ketika orang lain memetik,aku masih saja menebar semai   Ya Tuhan....................................... Mungkinkah  Kau  takdirkan aku  menjadi  mata air yang terus mengalir..? Penghilang dahaga siapa saja......? Atau  Memang  KAU  jadikan aku  pohon yang tak henti berbuah Untuk santapan ...

Tuhanku....Ijinkanlah Aku Bertanya

Kedunguanku sering berontak ingin meledak,karena tak mampu mengurai kusutnya alur pikir yang terus bergulir.Kebodohanku terus meronta ingin menyampaikan tanya, tetapi selalu saja terpenjara oleh sesuatu yang entah bernama apa. sampai akhirnya kuberanikan diriku untuk menyampaikannya disini. Tuhan........... Ijinkan aku bertanya,dan kudobrak ketakutan diriku Takut akan tuduhan Murtadz.....akibat  Kau  kudebat Takut dituduh Kafir karena aku menggunakan  fikir. Takut akan masuk  neraka, karena mulutku berani kubuka Tuduhan itu sering kudengar Disampaikan dengan muka sangar Oleh mereka yang mengaku, paling benar   Pertanyaanku sangat sederhana..... Mengapa KAU tak hentikan  Perang Israel Dan Palestina. Yang tak henti menebar bencana ...? Ya Allah Yang Maha Rakman.......... Aku bersujud dan mohon  AMPUNAN Bila apa yang aku sampaikan Dari  fikiran yang kau  anugrahkan Adalah Kedurhakaan.......   PutNus 24-07-2006

Lumbung Duka

pada gulungan ombak aku titipkan bocah tanpa nama ibu tanpa nama bapak tanpa nama saudara tanpa nama jika hidup membuatku tak kenal siapa siapa   pada bukit pada gunung aku titipkan harap jika hidup hanya sekali   ada lumbung duka kembali dibuka ketika pangandaran menyeru adzan     (semoga aku tidak salah mengartikan bencana) kr, 18 juli 2006   SHW (antara gelap terang)

Rintihan Lasemi ( III )

Lasemi… di penghujung usiamu merintihlah pilu dan keras karena sejarah telah dibangun diatas kejahatan yang dimuliakan   “Apa yang terjadi di tahun itu? kenapa kekejaman itu harus terjadi?” kau pertanyakan walau sulit mencarinya tak sedikitpun kau temui jawabnya namun kau tak pernah jenuh    Biar dan biarlah… jangan kau usik kejenuhanmu cawan empedu itu telah tumpah mengejangkan segala luka turunan ya, kejenuhan hanyalah pendera luka   Di tahun itu… awal dari segala kebejatan penyuguhan yang sempurna merajam tajam tiap kehidupan kemunafikan adalah bahasa sejati   Kini Lasemi… menanti terbenamnya waktu dengan jiwa meradang penasaran!     Juli 2006, Leonowens SP

Rintihan Lasemi ( II )

Lasemi, sekali lagi… kau tak pernah mengerti atau sekadar mengetahuinya tentang dosa yang ditunjukkan demikian dengan penjatuhannya   Kebiadaban masa… kekejaman hanyalah pemuas mungkin hanya sebagiannya saja terlebihnya, penghancuran kehidupan   Lasemi, kau merintih… namun kau tak sendiri merintih lainnya telah merintih pilu, meradang!   seperti persamaan takdir sangatlah sulit ‘tuk dimengerti “kenapa takdir telah dipersamakan?” selalu kau bertanya, menggugat bisu kau kulum selalu duri dalam mulutmu!   Walau pada akhirnya… engkau tidak mempedulikannya atau sekedar melupakan kekejamannya tersaji liar tanpa kau tahu dimana ujungnya   Juli 2006, Leonowens SP

Rintihan Lasemi

Lasemi kini kau renta… setelah waktu menggerus hidupmu cantikmu memudar lamban, namun pasti!   Keindahanmu tetaplah tersisa paras manismu, telah tersentuh hasrat liar, sungguhlah liar, diluar kehendakmu hasrat liar dibalik keangkuhan pasukan negeri   Lasemi, terlebih dari itu… diantara kehidupan yang rentan sejarah tentangmu terkubur waktu demikianlah dengan untaian kisahnya   Hidup seorang diri bersama dua anakmu bergulat dengan waktu di awal kebiadaban masa   Ya, suamimu… menjejak kematiannya lagi, di awal kebiadaban masa tentang dosa yang tak kau ketahui siapa penciptanya dan pengakhirnya     Juli 2006, Leonowens SP

Pentas Musikalisasi Puisi DEAVIES Sanggar MATAHARI dan Pameran BONSAI

Deavies Sanggar Matahari bekerjasama dengan Warung Apresiasi Bulungan menggelar: 1.Pameran Bonsai Pohon Hutan 2.Pagelaran Musikalisasi & Baca Puisi, Teater, Musik . Pada : 2-13 Agustus, pk.19.30 WIB . Bertempat di: Warung Apresiasi Bulungan Jakarta Selatan. Undangan ini berlaku untuk umum. GRATIS. Informasi : irma_matahari@yahoo.com.id cp.08161602670

Yogya 5,9 Skala Richter

Untuk memperingati 100 hari Gempa Yogya, awal September 2006, Komunitas Sastra Indonesia bekerjasama dengan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin berencana menerbitkan buku antologi puisi yang berisi 100 puisi dari 100 penyair. Kepada para penyair Indonesia, ditunggu kiriman puisi anda yang bertema peristiwa duka Yogya dan kepedulian terhadap lingkungan hidup, melalui email ke alamat: kurnia_ef@yahoo.com selambat-lambatnya tanggal 31 Juli 2006. Para penyair boleh mengirim lebih dari satu puisi untuk dipilih oleh penyunting, yang terdiri dari: Ahmadun Yosi Herfanda, Endo Senggono, Saut Situmorang, dan Kurnia Effendi. Seluruh puisi merupakan sumbangan (tidak mendapatkan honorarium) dan hasil penjualan buku diperuntukkan bagi korban gempa Yogya & Jateng. Terima kasih atas pertisipasi dan kontribusi yang diberikan. Peluncuran buku – yang sementara berjudul "Yogya 5,9 Skala Richter" – dan renungan yang diperkirakan jatuh awal September 2006, kemungkinan besar akan dila...

Berkaca Pada Bencana

       Wahai Tuhan pemilik kebijaksanaan sejati      Anugerahi kami sumur-sumur kebijaksanaan      Agar kami mampu menimba      Makna,      Atas negeri kami yang terluka        Sumur-sumur yang jernih airnya      Yang dengannya kami mempu menyikapi      Bencana demi bencana      Dengan hati yang lapang dan nrima        Selama ini kami bodoh, Tuhan      Tidak sanggup untuk membedakan      Mana bencana sebagai musibah      Mana bencana sebagai berkah      Karena hati kami telah dipertuhankan egoisme      Sehingga kami tak mampu      Untuk menyingkap pelajaran dari-Mu        Wahai Tuhan pemilik kebijaksanaan sejati    ...

Bonari Nabonenar

Bonari, lahir di Trenggalek 1964. Menempuh pendidikan di Sekolah Pendidikan Guru Sore Trenggalek (lulus tahun 1982), kemudian menyelesaikan program sarjana di IKIP Surabaya (1987). Setelah beberapa tulisannya dimuat di majalah berbahasa Jawa, J aya baya dan Panjebar Semangat, bergabung dengan sanggar Triwida pada pertengahan tahun 1980-an. Juga menulis cerpen dan esai dalam bahasa Indonesia. Dua kumpulan cerpennya: Cinta Merah Jambu (2005) dan Semar Super (2006). Sebuah "semacam novel"-nya Mimpi dan Badai diterbitkan Logung Pustaka. Pernah menjadi staff redaksi tabloid Jawa Anyar, redaktur tabloid X-file (keduanya tinggal kenangan). Kini menjadi pemimpin Redaksi majalah Peduli (hanya beredar di kalangan Buruh Migran Indonesia di Hongkong), mengetuai paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya, juga Komite Sastra Dewan kesenian Jawa Timur. Kru puitika berkunjung di tempat kerjanya di gedung DKJT yang dulunya Musium Mpu Tantular di Surabaya. Di sela-sela kesibukannya, Bonari ...

Tasuruk Kapadang Sabat

  puisi bahasa Banjar. kujalin dawai harapan kurenda hujung tapih impian gasan menutup hati nang luyuh tasiram banyu panas rasa camburu kada kutahu kamana handak manuju kada kulihat cahaya lampu haluan jukungku tarus melaju,tasuruk kapadang sabat lalu bamandak kada bagarak kamana aku  menyambat kadada lagi hati tatambat jukungku sudah kuikat tasuruk kapadang sabat  PutNus 21-07-2006  

KATANYA...KAU SEDANG MENULIS PUISI

Katanya kau sedang menulis puisi Tapi tak mengajak kertas Tapi tak membawa tinta Tapi tak mempunyai pena Katanya kau sedang menulis Puisi Tak berunding dengan waktu Tak kompromi dengan hati Kau tinggalkan pula nurani Sesungguhnya kau bukan menulis Puisi Kau sedang mencoret diri Dengan kehitaman kelam Didalam gulita malam.

Katanya ....Kau Berjuang Demi Rakyat

katanya kau berjuang demi rakyat tapi yang kau lakukan menekan rakyat katanya kau berjuang demi rakyat tapi kemiskinan kau selimutkan pada rakyat   katanya kau berjuang demi rakyat tapi pengangguran kau tebarkan buat rakyat   katanya kau berjuang demi rakyat tapi kenaikan harga kau putuskan setiap saat   katanya kau berjuang demi rakyat tapi kau tak mengenal derita rakyat   katanya kau berjuang demi rakyat tapi kau tak mendengar suara rakyat   katanya kau berjuang demi rakyat tapi kau tak perduli pada rakyat   KAU BUKAN SEDANG BERJUANG DEMI RAKYAT   kau sedang menyiksa rakyat kau sedang berbuat khianat kau sedang menantang rakyat kau sedang menunggu amarah rakyat.   TIDAKKAH MATAMU MELIHAT banyak rakyat yang sekarat putus asa , menjerit, dan hilang akal depresi, frustasi, dan jadi gila membunuh membakar anak sendiri   Haruskah kau tunggu  rakyatmu liar Mengamuk , menyerbu, sambil membakar Bergerak bersama dalam barisan derita Derita yang...

Korupsi Di Negeri Ini

Dinegeri ini saat ini.................. Korupsi adalah Profesi,jalan pintas memperkaya diri Koruptor adalah gelar ,l ebih tinggi dari gelarnya DOKTOR   Tak mudah  bisa  korupsi, harus memiliki potensi. Potensi tinggi untuk  tega mengkhianati   Untuk bisa jadi Koruptor, diperlukan keteguhan Iman. Iman untuk tidak beriman, beriman kepada Setan   Untuk bisa jadi Koruptor telah teruji kejujurannya Jujur memeluk sifat yang busuk,Jujur pada prilaku buruk   Untuk bisa jadi Koruptor harus teguh kesetiaannya Setia pada pengkhianatan, teguh pada keserakahan.   Untuk bisa jadi Koruptor harus bisa dipercaya Setelah dia kita percaya.....lalu dia Memperdaya   Jadi Koruptor, pasti tinggi kesadarannya Karena Korupsi , memang dia lakukan secara sadar   Mereka orang berkepribadian, Akhli mem pribadikan harta bangsanya   Mereka orang berjati diri Walau tidak berharga diri   Mereka orang berani Berani , tak memperhitungkan mati   Lalu dariman...

Katanya Kau Sedang Menulis Puisi

Katanya kausedang menulis puisi Tapi tak mengajak kertas Tapi tak membawa tinta Tapi tak mempunyai pena Katanya kau sedang menulis Puisi Tak berunding dengan waktu Tak kompromi dengan hati Kau tinggalkan pula nurani Sesungguhnya kau bukan menulis Puisi Kau sedang mencoret diri Dengan kehitaman kelam Didalam gulita malam. 13 maret 2004 Bungdamai

Inilah KeIslaman Ku

  Mengapa dinegeri Muslim terbesar ini Masih saja terbelenggu kemiskinan Terjerat oleh kebodohan yang tak pernah terpecahkan Terjebak dalam Lumpur dosa dan kemunafikan?   Mungkin itu semua disebabkan oleh, Karena Islamnya masih seperti aku   Yang ketika sedekah, dilakukan dengan  tengadah dan pongah Yang ketika melawan kemaksiatan ,mengedepankan kekerasan dan teriakan Yang ketika mengingatkan , lebih suka dengan makian Yang punya sedikit kesholehan,dengan besar rasa pameran Yang merasa bertaqwa bila menyiksa orang berdosa   Ketika melihat orang bersalah, merasa dirinya bebas masalah Ketika  ketemu orang yang rusak, dalam hatinya dia bersorak   Merasa tinggi ,karena bisa merendahkan Merasa rendah ,bila  orang lain pantas ditinggikan Rasa benar bila bisa menyalahkan Rasa salah bila harus membenarkan   Yang mengaku bersih, bukan  karena memang bersih Tapi merasa bersih, karena mengotorkan yang lain   Seperti itulah aku J...

Seiring Detak Sang Waktu

Saat ini kuberada pada sisi garis yang terluar melihat dengan sejuta kecamuk dalam diri ini gemuruh nafas satu-persatu mengalunkan irama kalbu satu-persatu menelusuri jejak yang tertinggalkan ada nada bimbang bercampur keinginan yang kuat ada detak kemantapan berderai memupuk semangat satu kaki telah berada pada sisi luar garis itu bergetar untuk melintasi batas keinginan pertempuran sunyi masih berlangsung berharap sebuah kesepakatan yang nyata hati meratap bersimpuh doa rasa menghiba pada sebuah keyakinan yang ada Kulihat hiruk pikuk didalam sana berbaur keceriaan yang melenakan tak terlihat jelas garis yang dibawanya entah apa yang ada dalam benak mereka Ingin kugerakan rasa untuk ikut berbaur membagi rasa idelaisme yang dulu menghinggapi diri ini namun kaki ini tak kuasa melintas garis itu terpaku dibatas garis keinginan dan harapan lama angin terus saja berhembus kencang membawa sejuta perubahan yang tak mampu ditepisnya kulihat daun-daun itu menari-nari tak mampu berpijak pada ib...

Dari Ciwidey Dengan Cinta I

From Ciwidey with love I Saat itu berkecamuk sejuta gejolak dalam hati Menembus batas-batas ruang dan waktu Menerobos semua dinding yang terpatri Menyeruak memperlihatkan amarahnya Tak ada daya untuk membendungnya Semua terjadi begitu cepat Ada marah…benci…dan rindu hadir disana Memainkan rasa dan asa yang pernah hadir Mencoba membuka kembali cerita yang telah lama mati Tergambar jelas seperti sebuah relief bumi Menggambarkan garis-garis khayal yang nyata Sebuah kisah kehidupan kembali diputar Seribu rindu menghiasi diri Satu tikaman hati kembali terjadi Bersatu melantunkan sebuah kenikmatan Kenikmatan semu yang menghadirkan beribu kisah sedih Satu persatu film itu diputar kembali Memenuhi seisi belantara hati menggeliat merobek batas kekuatan untuk kembali hadir disana

Celoteh 16

terpancar kegundahan disana menerobos dinding bening kerinduan yang menjelma menjadi sebuah kebencian menggelora membenamkan keinginan yg mulia Ada amarah di dada ada hati yang terluka menusuk relung-relung sukma tapi tak kuasa menahan kerinduan yang nyata mencoba mengusir keraguan dan keputus-asaan yang melanda wahai cinta... semoga tak kau permainkan dunia

Dacak Kagum Sang Pujangga

senja memerah tak kala sang surya tersenyum merapatkan bahunya kesandaran Sang Pencipta hingga melenakan seisi penghuni dunia kekaguman dan ketentraman terpancar nyata mengilhami sebuah ketakjuban yang tak terkira adakah yang tersisa???? dari semua hasil karya Maha Sempurna yang tak ada batas pikiran mangkhayal semua tak akan pernah bisa terjawabkan

Jangan Halangi Jalanku

    Aku adalah mata elang yang tajam memandang keseluruh daratan Aku adalah angin yang menjadi penyeimbang tekanan atmosfir kehidupan Aku adalah awan yang beriring bersama angin melanglang buana dijagat raya Aku adalah butiran air diawan yang akan cair menjadi hujan Aku adalah hujan penyiram bumi yang gersang dan kehausan Aku adalah air yang mengalir dalam lembah kehidupan Aku adalah abdi setia dari keseimbangan alam Aku adalah lafal doa yang dikumandangan dari hati hati keikhlasan Tak satupun dari kalian yang mampu mengatur alur pikirku Tak satupun dari kalian yang mampu merubah gerak langkahku Karena aku sudah diatur oleh Sang Maha Pengatur Karena aku bagian dari aturan , yang berintikan keadilan Karena aku diperlukan oleh denyut kehidupan, menunjukan kebenaran Karena aku yang harus berjalan dalam alur kebebasan Ketika ku rajawali-- yang terbang di dirgantara,.. Mampukah engkau melarang kedua sayapku terbentang....? Ketika Ku mata elang-- yang tajam sedang memandang,.. ...

Kumohon,...Jadilah Pohon.

Kapan kita sampai ketujuan….. Bila jalan  kearahnya,dihalangi pertengkaran Ocehan, kritikan, hanya saling menyalahkan Cacian,makian tanpa jalan penyelsaian   Debat hanya buat debat Debat dipenuhi hujat Pintar debat,bodoh mufakat Terus debat, padahal bisa sepakat   Orang bodoh semakin bodoh ,tak ada contoh Orang malas semakin malas, pintar memelas Orang jujur semakin hancur, nyaris terkubur dan........... Orang pintar semakin tidak mengakar   Padahal yang kami mohon Tumbuhlah seperti seperti pohon Mengakar dulu kebumi Baru kau menjulang tinggi. Bungamu harum mewangi Buahmu kau bagi bagi   DISINI.................. Ditanah air sendiri Diharibaan PERTIWI   Bukan kau menjadi awan Yang hanya terbang melayang Tak tentu arah tujuan……..   Memang kau akan menjadi hujan Kau curahkan  kesuburan Sumber air kehidupan ....   Tapi dimana kau dicurahkan....? Tanah siapa yang kau suburkan..?   Bungdamai 04-05-2006

Dibentang Jalan Hidupku.

Sebagai ucapan salamku kepada rekan rekan semua, aku persembahkan  hasil karyaku ini ,untuk dinikmati dan harapan besar menerima kritik dan koreksi.     Semakin kurasa Hari semakin senja Semakin terasa Kuperlu bicara   Selagi aku bisa.     Anakku............ Bila begitu banyak keinginan yang tak terwujudkan, maafkanlah kami ini Bila begitu sedikit contoh kami yang layak kau teladani, maafkanlah kami ini Dibentang jalan hidupku, yang sebahagiannya kulalui bersamamu Tak mampu aku hilangkan rasa lapar dahagamu Dibentang jalan hidupku, yang sebahagiannya bersamamu Tak mampu aku hidangkan kesejahteraan buatmu Anakku................ Harapan yang kau dambakan, tak menjadi kenyataan Impian tetap impian, tak dapat aku wujudkan. Sungguh banyak keinginan yang harus engkau lupakan Maafkan aku anak ku Dibentang jalan hidupku, yang sebahagiannya kulalui bersamamu Rasa lelah mengiringi setiap ayunan langkah Walau payah kita tetap harus tabah. Senyum pasrah tetap...

Clara Benetti ( IV )

Kini Clara Benetti terlalu dingin bercumbu nyata dengan ketegangan setelah beberapa letusan revolver melahirkan kisah di malamnya hari    Suami dan keempat anaknya… menegang erat bersimbah darah “kini kumulai awal kehidupan ternyata aku telah memulainya” Clara Benetti bergumul dalam kata setelah penat dari peraduan liar bersama lelaki penikmat cintanya Di pinggiran kota Milan, tahun 1932 rumah kayu beratap genting rapuh kisah di penghujung musim gugur Clara Benetti memulainya kembali   sepucuk revolver tergenggam erat ditangan lembut sedikit bergetar dan kini diarahkan kedalam mulutnya… Juli 2006, Leonowens SP

Clara Benetti ( III )

Ketika semua kejadian berlalu begitu cepatnya…! seperti drama suatu ketragisan dibawah tuntutan sebuah ambisi Clara Benetti menuntaskannya antara keinginan dan keterpaksaan antara pilihan dan kerelaannya untuk membagi sebuah cinta Terlebih itu… merebut sebuah kenyataan!   Kini hanya sebuah ratapan tanpa air mata… tanpa penyesalan… walau hatinya semakin terbagi perasaannya telah hancur namun dianggapnya keharusan “Aku telah membahagiakan hari-hariku!” ucapnya angkuh dan tegar… dibalik liarnya sebuah kepuasan untuk mewujudkan kisah Juli 2006, Leonowens SP

Clara Benetti ( II )

  Clara Benetti… cintanya terbagi-bagi miris diantara kehidupannya dibalik jejak-gerak ambisi… Senyumnya merona diantara kelembutannya pesona tiap rangsangan Hampir tiap lelaki takluk bagai suatu keharusan! tentang rahasia tiap hati di hamparan kekosongan Kini semua ditiadakan tanpa gerak keharusan Clara Benetti pasrah setelah saat paling kejam untuk suatu pengakhiran Juli 2006, Leonowens SP

Clara Benetti

Sepucuk revolver tergenggam erat ditangan lembut sedikit bergetar namun pasti, tiada kegetiran… Setelah ketidakpastian itu tiada hanya satu tujuan yang dicitakan walau sedikit rasa sakit… Matanya tajam memandang dibalik kekosongan nyata tiada tetesan air mata… Semua seakan tiada keabadian walau keabadian itu selalu sirna dihempas segala kegetiran   Clara Benetti… perempuan tegar di masanya keindahannya tiada lukisan cintanya yang selalu tajam meruntuhkan tiap palang hati tentang lelaki pencumbunya Juli 2006, Leonowens SP

Puan

    mata malaikat bermain-main di satu paras utuh rusuk; berkeling. sebelum sampai bisikannya, plicavocalis ku menjemput udara, "ya, waktu berlebih bagi sang pencipta saat menciptanya".    08159781xxx  

Terlahir Bukan Sebagai penyair dan atau Penyair

iya aku terlahir sebagai perangkai kata dengan rasa bukan penyair apalagi Penyair ah... untukku itu terlalu tinggi di awang awang terlalu indah untuk dijadikan kenang sejak dulu memang ada benih-benih kutuk tertanam dirahim jiwa sejak dulu terkista dengan kehendak liar mengakar tanpa dasar menyasar kemana-mana seperti ular sejak dulu tak berhak bicara meregang legapun tak bisa mungkin sang takdir mengharuskan lahir mungkin-mungkin saja ya biar saja sekarang aku bebas lepas tak terbatas, ketika lahir kuselepas-lepasnya menjerit mengeja m-e-r-d-e-k-a dengan kutuk ini selalu terbakar dendam memahat ukiran rasa berbait bait ya biar saja Hirosuehiro Kure Hiroshima, Woensdag.2006.06.21.19:22

Putra Raga

hadirmu lewat tangis masih terasa nyata menggema dijernih matamu terbayang apiku engkau adalah batas akhir nyaliku ketika kupatah engkau tersudut gelisah ketika kutenggelam engkau tersesat digelap malam aku tak pernah bisa meninggalkan apiku yang menyala perkasa diragamu dan kau membayang selalu jadi bara buatku ditengah dingin nak, apapun kau minta adalah nafasku yang kuberi kasihku sampai sebujur mati tak pernah berhenti mengalir jangan sedihkan pisah kita kita hanya tak lagi pernah bersama genggaman cinta tetap masih ada tak berkurang, selalu utuh untukmu Hirosuehiro Kure Hiroshima, April 27, 2006

Lelaki Terpenjara Sepi

malam merenggutku dari gemerlapnya dan memenjarakanku disepinya seolah ingin berkata: 'kau tak layak bersuka kelayapan dikehidupanku' kataku: 'menemanimu dikamar ini sungguh menyiksa, tidakkah kau beri aku jeda disetiap lelah mingguku?' tersenyum manis kau di rasi bintang menyeruak lewat bening kaca jendela kamar bawa pesan: ada persamaan-persaman menari tuk diukir ada rindu-rindu menanti tuk dijawab ada bait-bait syair indah bertabir tuk disibak aku memaku tatap dibeku kaku dinding kaca jendela kembara lewat angan berteman sepi mengenalinya jadi sahabat setia sampai saat ditidur panjang nanti dibawah kembojanya Hirokosaten Kure Hiroshima, Zaterdag.2006.05.27.13:50

WaktuMu CintaMu

waktu telah membawaku jauh diseretnya hidup ini tertatih hingga tertinggal jejak-jejak peristiwa dan kenangan hikmah pada jejak-jejak itu tongkat tongkat 'tuk menahan goyah langkah kearah tepat semakin jauh waktu semakin langkah melambat semakin jauh waktu semakin dekat akhirat dan terasa dosa itu semakin berat tanpa waktuMu ini tak kan ada jejak-jejak tanpa jejak-jejak tak kan ada hikmah tanpa hikmah tak mungkin melangkah kearah tepat tanpa arah tepat kan sulit mengenalMu tanpa mengenalMu tak kumengerti cintaMu waktuMu cintaMu Hirokosaten Kure Hiroshima 06.05.03.00:39

Limit

  kalau waktuMu yang cukup telah membawaku jauh namun tetap saja tak mampu tuk mengerti: tarian-tarian elok ciptaanMu kepak-kepak kupuMu yang menggeser musim aku masih bisa rebah memeluk doa didadaMu namun, sedemikian limitkah tetesku? tuk basahi hanya segenggam tanah jiwa yang telah lama kering? hirosuehiro kure hiroshima, donderdag.2006.07.06.09:26

Ketukan Malaikat

kataMu ia datang seperti pencuri merebut sisa denyutku dengan berlari hampir sperti biasa aku tetap termanggu menunggu, menunggu dan menunggu sampai ketika ketukan datang didada tempatku menaruh doa memeluk tenang dan radiasi senyumMu masuk menyeruak menggugah sadarkan aku tuk jangan tunggu lengah sadar ragaku ini jalan yang harus ditempuh ketika semakin dekat rumahMu semakin merapuh sedangkan berkelok-cabang sungai jiwa belum semua dialiri masih begitu banyak yang harus ditelusuri beri aku setetes saja lagi cintaMu Hirosuehiro Kure Hiroshima, Donderdag.2006.07.13.13:10

Metamorphosis

  diriku adalah jaring dik citraku selalu mengagumi keindahan,keselarasan, harmoni, dan cinta ketika pernah gagal memilikinya, terasa adaku jadi hampa. namun mereka berdiri megah, mewah, angkuh tak perduli manusiaku adalah bui kemanapun aku pergi mencari kesejatian, jeruji besi ini mengungkungku ketika pernah gagal meraihnya, kulihat kebenaran itu pedang pemenang dan aku pecundang yang harus binasa namun begitu sederhanakah kemuliaanNya? sesederhana permainan kalah dan menang? dik, memori kita adalah setetes air ada laut menanti tuk diarungi dalamnya adalah sejarah dan legenda: sang juara dengan turnamennya perang dengan pertempurannya arjuna dengan asmaranya sufi dengan tasawufnya bima dengan dewarucinya karena itu dik, seharusnyalah jauh pergiku dari diri lepas bebas dari manusiaku dan terlihat: aku kupu-kupu berwarna pelangi terbang mengitari taman bunga menjadi keindahan itu sendiri menarikan persamaan dan mengalunkan firman hirokosaten kure hiroshima, March 14, 2006

Musim Ke Empat! Sayembara Puisi Bulan Ini Edisi Juni 2006 Puitika.net!

Setelah mendapatkan pemenang untuk edisi Mei 2006 maka Puitika.net kembali membuka sayembara di musim keempat untuk edisi Juni 2006. Untuk sayembara kali ini Puitika.net mengambil tema " Kemerdekaan Kita, Kemerdekaan Sesungguhnya ". Sayembara ini diharapkan dapat memunculkan berbagai bentuk eksplorasi dan gagasan baru pada penulisan puisi. Panjang naskah maksimal 500 kata. Naskah dikirim ke panitia lewat email. Pengiriman naskah paling lambat tanggal 31 Juli 2006, disertai tulisan Sayembara Penulisan Puisi di headline e-mail. Puisi yang dikirim harus disertai biodata lengkap. Editor akan memilih 10 puisi untuk di votingkan secara langsung untuk pembaca puitika.net. Puisi dengan suara terbanyak secara aklamasi akan menjadi Puisi Bulan Ini. Puitika.net menyediakan hadiah menarik bagi pemenang pertama, kaos puitika.net dan piagam  dari puitika.net. tersedia juga hadiah menarik buat pengirim dukungan yang akan di undi oleh pihak panitia. Dukungan yang diberikan selain mencant...

Diskusi dan Puisi : Membaca Indonesia

Bersama: MARTIN JANKOWSKI (BERLIN),SOSIAWAN LEAK (SOLO), DOROTHEA ROSA HERLIANI (MAGELANG) Senin, 17 Juli 2006 pukul 19.30 wib Di Labang Mesem Kraton Jl.Dr Cipto 5 Sumenep, Madura Diskusi: Fauzi, Hidayat Rahardja Rabu, 19 Juli 2006 pukul 19.30 wib Di Dewan Kesenian Jawa Timur Jl.Mayangkara 6 Surabaya (eks Museum Mpu Tantular) Diskusi: Novan Anggoro, W Haryanto, Kayi Konarto Kamis , 20 Juli 2006 pukul 19.30 wib Di Kamis, 20 Juli 2006 pukul 19.30 wib Di wisma Seni Taman Budaya Jawa Tengah Jl.Ir Sutami 57, Kentingan, Surakarta Diskusi: Mh Zaelani Tammaka, Wijang Warek al Mauti Musik: Gadung Ensemble Jumat, 21 Juli 2006 pukul 19.30 wib Di Auditorium Universitas Muria Kudus, Kampus Gondang Manis, Bae Kudus Diskusi: Triyanto Triwikromo, Hasan Aoni Azis Kamis, 27 Juli 2006 pukul 19.30 wib Di Goethe Institut Bandung Diskusi: Acep Iwan Saidi, Ahda Imran Kontak person: Sosiawan Leak Hp 08122628147. Email: sosiawanleak@hotmail.com dan leak@solonet.co.id Kerjasama dari: Dinas Pariwisata dan...

Chiu Yuk ( IV )

Ketakjuban Chiu Yuk oleh kenyataan tanpa diketahui dengan pasti… tanpa disadari sebelumnya… seakan melangkahi takdirnya   “Aku diperalat oleh sang selir untuk membunuh ibu permaisuri!” malam sebelum hari penangkapan Chiu Yuk berkisah dalam tulisannya di sudut tembok istana bagian tenggara   “Namun aku menolaknya ya, aku dimenangkan oleh naluri! walau buruk rupa takdir tersenyum mengejekku liar di hari-hari penghabisan” Chiu Yuk kembali meneteskan darah dari jarinya melukis kebenaran diatas takdir kehidupannya!   Chiu Yuk melawan tajam di sisi kisah tentang kebenaran     Juli 2006, Leonowens SP

Chiu Yuk ( III )

Di Beijing yang kokoh jeritan pilu hanyalah bahasa tentang kesakitan yang indah di keanggunan Istana Terlarang   Ya, bahasa menakjubkan… dibalik terujinya Chiu Yuk antara kepasrahan dan perlawanan atau pembangkangannya yang mulia   Dingin dan indahnya Beijing… tidak sedingin hati para penyiksa atau seindah para penjilat sang raja sekali lagi Chiu Yuk meradang takjub!     Juli 2006, Leonowens SP

Ciu Yuk ( II )

“Chiu Yuk, adalah penghianat!” demikianlah penghakiman… dimuntahkan dari mulut selir raja liar, terkadang menggoda! Hasrat untuk tiap kenikmatan bergelombang dibalik keangkuhan dan ketegaran dinding istana dibagikan diantara para penjilat Kini sebuah penantian hadir di penghujung harapan antara kejujuran dan perlawanan Chiu Yuk bertegar… Juli 2006, Leonowens SP

Chiu Yuk

Hari ini di Beijing yang dingin diantara kepedihan dan kegalauan di batas kesakitanmu yang meradang kini tiap cambukkan adalah bahasa   Walau telah kau mengerti sebelumnya tentang akhir dari kisahmu… kepedihan dan penderitaan untuk satu pembebasan yang mulia   Semua dingin bersaksi dibalik tiap jeritan sebuah hukuman diatas kemegahan dan bukan diatas segalanya yang agung Chiu Yuk, kini kau diambang luka takdir!     Juli 2006, Leonowens SP   

Selamat Malam Kemunafikan

Kekuasaan lesu darah sejak tak bertemu gelora kemesraan selalu tak berorgasme pada waktu yang tepat. Selamat malam kemunafikan ajari jiwa ini untuk tidak jujur kepada siapa saja sebab ia selalu menghampar kering dan panas. Jiwa kami tak perlu nurani karena politik tak bermodal hati jadi datangkanlah kepada kami sebongkah ilmu menipu kalau perlu hadiahkan peluru kesombongan. Biar pesta Pilkada jadi ajang belasungkawa atas kematian prajurit setia tanpa perlu disebut pahlawan. Malam amat dingin untuk jujur kepada moral maka biarkan kemunafikan bersenggama dengan kebodohan sehingga melahirkan berjuta kepala berisi kelicikan. Andalas Padang, April 2006 Abdullah Khusairi, lahir di Sarolangun, 29 tahun lalu. Aktif menulis sejak mahasiswa. Cerpen, puisi, artikel dan esai sering muncul di koran-koran daerah. Salah satu cerpennya terkumpul dalam La Runduma (CWI 2005) atas nominasi dalam Lomba Cerpen Creative Writing Institute (CWI) 2005. Kini masih aktif sebagai pekerja kata. Email : Abdullah_k...

Selamat Sore Ketakutan

Sebelum malam membentang hitam ada baiknya kita telanjang di sudut waktu menyimak perjalanan darah dalam tubuh membawa dosa-dosa. Katakan pendapatmu tentang kemaluan yang sejak dulu belum ada perubahan. Liar pada temaran. ketakutan akrab dengan impotensi karena selingkuh dengan onani. Ucapkan selamat sore ketakutan setelah mencium kenikmatan makhluk berkelamin perempuan bersama peluh berlayar pada ke pulau kekosongan. Andalas Padang, April 2006 Abdullah Khusairi, lahir di Sarolangun, 29 tahun lalu. Aktif menulis sejak mahasiswa. Cerpen, puisi, artikel dan esai sering muncul di koran-koran daerah. Salah satu cerpennya terkumpul dalam La Runduma (CWI 2005) atas nominasi dalam Lomba Cerpen Creative Writing Institute (CWI) 2005. Kini masih aktif sebagai pekerja kata. Email : Abdullah_khusairi@yahoo.co.id, Phone Mobile +628126714240, Telp +62751 78 292 90

Selamat Siang Keniscayaan

Selamat siang keniscayaan hidangkanlah kekosongan pada meja kemunafikan sebentar lagi bapak kedunguan meresmikan ketidakberdayaan. Bernyanyilah sesuka hati tentang ketidakadilan bersama penipuan pada nada bariton bercampur bas dengan keras. Aku benci kebenaran beralas koran tanpa berteman fakta kemesraan nihil berlayar siang. "ha ha ha ha ha..." Keniscayaan tak terbuat dari apa-apa ia ada di balik ketololan kita. Andalas Padang, April 2006 Abdullah Khusairi, lahir di Sarolangun, 29 tahun lalu. Aktif menulis sejak mahasiswa. Cerpen, puisi, artikel dan esai sering muncul di koran-koran daerah. Salah satu cerpennya terkumpul dalam La Runduma (CWI 2005) atas nominasi dalam Lomba Cerpen Creative Writing Institute (CWI) 2005. Kini masih aktif sebagai pekerja kata. Email : Abdullah_khusairi@yahoo.co.id, Phone Mobile +628126714240, Telp +62751 78 292 90

Selamat Pagi Kebodohan

Selamat pagi salam sejahtera buat kita semua mari berdoa atas nama kebodohan menuangkan pemikiran ke cakrawala menebar janji mengail jiwa-jiwa. Tersebab kita adalah kebosanan mendedah dada dan paha mengukir kalimat suci menguras ketakutan. Umbarlah kata gagap terucap berumpama ubur-ubur di laut bergerak lambat ke tepi bersama ombak-ombak. Embun tanpa kebodohan merapat pada daun-daun karena kebenaran mengering serupa uap dalam ada. Andalas Padang, April 2006 Abdullah Khusairi, lahir di Sarolangun, 29 tahun lalu. Aktif menulis sejak mahasiswa. Cerpen, puisi, artikel dan esai sering muncul di koran-koran daerah. Salah satu cerpennya terkumpul dalam La Runduma (CWI 2005) atas nominasi dalam Lomba Cerpen Creative Writing Institute (CWI) 2005. Kini masih aktif sebagai pekerja kata. Email : Abdullah_khusairi@yahoo.co.id, Phone Mobile +628126714240, Telp +62751 78 292 90

Mari Lawan

Bendungan yang menahan maaf segera ambrol tak tertahan lagi membuncah bah menuju kuasamu yang ranum bak payudara anak dara seukuran sekolah menengah pertama. Hari ini maaf telah berubah jadi harimau sejak kemari bermetamorfosa dari domba-domba. Lawan! Melawan pelawan! Ketakutan kadang membalik diri jadi keberanian atas kekuatan dan keniscayaan. Marilah kita lihat permainan ini setelah kerelaan pasrah di bibir yang menghisap madu tersebab hujan selalu membawa petir. Aku tahu ketakuan berpindah tangan dari luka kesepian dan memeluk mesra kenistaan. Lawan! Tirani bergelombang pasang kemunafikan bermodal kekosongan dan keangkuhan. Mari lawan! Andalas Padang, April 2006 Abdullah Khusairi, lahir di Sarolangun, 29 tahun lalu. Aktif menulis sejak mahasiswa. Cerpen, puisi, artikel dan esai sering muncul di koran-koran daerah. Salah satu cerpennya terkumpul dalam La Runduma (CWI 2005) atas nominasi dalam Lomba Cerpen Creative Writing Institute (CWI) 2005. Kini masih aktif sebagai pekerja kata. ...

Jari Tengah Zaman

Keutuhan berdendam zina di hari dewasa tua bukan terlambat datang sebab sepanjang zaman dewasa beralih haluan kepada pilihan-pilihan. Acungkan jari tengahmu kepadanya zaman telah usai sebelum abad baru menyongsong cepat. Bubuk nihil dalam hati kita menunggu kehancuran karena luka bernanah di atas kaca mata usang milik bangsa-bangsa. Politik hidup di mana saja serupa batang ubi termasuk di laci meja dan selangkangan wanita maka acungkan saja jari tengahmu ucapkan selamat datang keparat mari bermain tipu-tipu di bumi menembus kejujuran yang tak berguna. Andalas Padang, April 2006 Abdullah Khusairi, lahir di Sarolangun, 29 tahun lalu. Aktif menulis sejak mahasiswa. Cerpen, puisi, artikel dan esai sering muncul di koran-koran daerah. Salah satu cerpennya terkumpul dalam La Runduma (CWI 2005) atas nominasi dalam Lomba Cerpen Creative Writing Institute (CWI) 2005. Kini masih aktif sebagai pekerja kata. Email : Abdullah_khusairi@yahoo.co.id, Phone Mobile +628126714240, Telp +62751 78 292 90

Selamat Jalan Kebenaran

Sampai jumpa, pada waktu yang tak bertepi lain kali kita harus berpisah kini karena bersahabatan tak mungkin berlanjut ke singgasana keutuhan... Untuk apa ada di sini jika kebetulan telah berjanji hadir menjadi raja di bibir-bibir kita. Sebentuk kerinduan akan tercipta kalau tiada bernuansa kematian menggigilkan kebosanan. Sampai jumpa kebenaran tak perlu dirindukan karena ia akan datang sendirian dalam sepi mendedah realita seperti pasir-pasir pantai yang pasrah dihibur gelombang. Selamat jalan kebenaran. Andalas Padang, April 2006 Abdullah Khusairi , lahir di Sarolangun, 29 tahun lalu. Aktif menulis sejak mahasiswa. Cerpen, puisi, artikel dan esai sering muncul di koran-koran daerah. Salah satu cerpennya terkumpul dalam La Runduma (CWI 2005) atas nominasi dalam Lomba Cerpen Creative Writing Institute (CWI) 2005. Kini masih aktif sebagai pekerja kata. Email : Abdullah_khusairi@yahoo.co.id, Phone Mobile +628126714240, Telp +62751 78 292 90

Lengkung Wessel

malam......... Gerbong hatiku berderit menapaki Lengkung wessel alis matamu Menyeret jalur angan luruh Tersengat alirah perih cinta Didekap tungkai pantograf lenganmu Sinyal yang tertatih kuterjemahkan Serupa penumpang gelap tergagap Meratap-ratap di atap tersergap Perasaan gigil takut kehilangan Semboyan berkedip jalur salah Peron hati berpindah arah Menunggu menjadi begitu laknat   Stasiun Depok Lama, 5 Juli 2006    

Ada Banyak Senja, Pergi

ada banyak nama, hilang dibalik lembar kitab-kitab yang terbakar menjadi setumpuk kayu api membara menjilati pantat kursi-kursi ada banyak senja, pergi saat kuselami sunyi di tepi-tepi hari entah, telah berapa ruang kosong kusinggahi dan aku tak sungguh-sungguh sendiri, siapakah? pada tiap tikungan, seperti kudengar langkah kaki merapal mantra ah, cuma pejalan, bergegas mengemasi cemas diantara tangis debu dan jerit batang padi ada jemari hati mengetuki pintu, terburu aku makin ragu, dengan kata apa kusebut namamu?

Visi, Konsepsi Dan Tradisi Kepenyairan

Banyak orang ingin menjadi penulis karena ingin dikenal oleh publik, dan demikian pula banyak orang ingin menjadi penyair karena ingin menjadi terkenal. Tapi apakah mereka menyadari apakah sesungguhnya hakekat kepenyairan? Menjadi seorang penyair sesungguhnya lebih banyak merupakan panggilan hidup, karena di dalam kondisi sosial kemasyarakatan kita dewasa ini tampaknya masih belum memungkinkan untuk menjadikan kepenyairan sebagai sebuah profesi. Dengan kata lain masih terlalu banyak kendala untuk menggantungkan kehidupan semata-mata pada profesi kepenyairan. Di dalam situasi serupa itu maka kepenyairan harus lahir sebagai sebuah bentuk kecintaan. Hampir mustahil rasanya menjadi seorang penyair tanpa memiliki perasaan kecintaan yang mendalam kepada sajak dan puisi pada khususnya serta kepada sastra pada umumnya. Bagi sebagian orang kerja kepenyairan justru seringkali dipandang sebagai kerja sambil lalu, dan bahkan sekedar sebagai sebuah batu loncatan untuk menjadi penulis novel yang di...

Proses Belajar Di Dalam Penulisan Puisi Bag.2

(Peran Keakraban Dalam Pengolahan Materi Tulisan) Apa yang seringkali menjadi problem kita di dalam menulis sebuah sajak? Apa pula yang sesungguhnya menjadikan sebuah sajak terasa merdu dibaca, mampu menyentuh perasaan, memiliki gaya pengimajian yang sangat menarik dan memiliki bobot kualitas sastra yang tinggi? Sepertinya ada semacam resep yang harus kita temukan untuk dapat menjadi seorang penyair yang baik. Bahkan untuk menjadi seorang penyair yang handal dan berbobot kita harus meningkatkan diri kita sendiri untuk menjadi seorang yang benar-benar ahli di dalam bidang yang ingin kita tekuni tersebut. Seperti juga keahlian seorang koki, kalau memasak sekedar memasak mungkin banyak orang yang bisa melakukannya namun untuk menjadi seorang chef di sebuah hotel berbintang lima jelas dibutuhkan sebuah keahlian khusus. Dalam konteks inilah maka diperlukan proses belajar itu sebagai sebuah kegiatan yang harus terus-menerus kita jalankan secara berkesinambungan untuk meningkatkan kemampuan d...

Udo Z. Karzi Baca Sajak: Saat Puisi Lampung Digugat Publik

Lokalitas dalam karya sastra acap dimaknai secara artifisial, sekadar mengutip idiom-idiom lokal ke dalam ekspresi bahasa sastra, sama-sekali tidak memberi substansial atas kelokalan tersebut. Fakta inilah yang terungkap dalam diskusi yang membicarakan puisi-puisi karya Udo Z. Karzi di Lantai 1 Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM), Sabtu malam (24-6). Dalam acara Jumpa Bilik Sastra yang digelar UKMBS Unila itu, penyair yang biasa menulis puisi dalam bahasa Lampung ini, mengawali acara dengan membacakan karya-karyanya. Ada enam buah puisi dari ratusan puisi karya Udo Zul yang dibacakan, semua ditulis dalam bahasa Lampung, meskipun ada juga terjemahan ke dalam bahasa Indonesia. Terhadap terjemahan puisi ke dalam bahasa Indonesia, Ahmad Yunus Kedaton yang tampil sebagai pembahas, menilai Udo Zul kurang percaya diri. "Mestinya Udo Zul membiarkan puisinya tetap dalam bahasa Lampung. Tidak perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia," kata Ahmad Yunus dalam diskusi yang dipandu ...

Buitenzorg

masih membekas jejak tiga puluh dua ekor kuda membelah batavia, dengan pecut di kepala malam dimeriahkan wangi dupa dan bulan mengambang sepanjang ciliwung seperti sekerat roti di stasiun mungkin, para pengemis terus mengutuki daendels yang tertawan bersama ratusan rusa di istana sambil sesekali bersiul menyanyikan dua komposisi vivaldi yang tercemar bubuk mesiu beberapa serdadu, setia menunggui bintang jatuh satu-satu sebelum disambar parade burung hantu yang bersarang di taman kencana, kebun raya dan setiap celah rambut klimis, louis malam semakin dingin dua pertiga garnizun kompeni mengepung ranjangku dan bedil menyalak. darah membanjiri buku sejarah sepanjang seribu halaman di atas dua belas ribu potong kepala Bogor, 2005