Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007
Dan........... bila begini cara berjalan .....leher kaku, kepala tegak kedepan..... tanpa salam , tak ada sapaan..... mana ada keakraban....... atau....... memang begini cara hidupnya penyair ..........acuh dan saling mencibir..? ........Bravo....puisi anda bagus sobat.
BalasHapusada benarnya namun rasanya banyak tidaknya. berpuisi itu adalah berkontemplasi dengan atribut masing-masing, berpuisi juga adalah memetik intisari dari perenungan yang panjang. kotemplasi dalam hidup selalu diperlukan walau tidak selalu dalam bentuk puisi. hidup itu memang nyata namun juga bukan hanya tuk dipikirkan, hidup perlu dijalani dengan perbuatan-perbuatan yang juga harus selalu dipikirkan dan dipertimbangkah langkah2nya dengan perenungan tadi. berdoa dan berusaha, berdoa lagi dan berusaha lagi, doa lagi dan usaha lagi......dst
BalasHapussebenarnya tidak separah itu gambaranya :(
BalasHapusmengapa anda bisa menafsirkannya seperti itu saudara Putra?
begitu kan sifat masing2 individu, bukan penyair secara universal.
banyak juga kok penyair yang ramah, dam peduli pada sesama :)
benar seperti yang dikatakan singularitashati..ah susah amat sih namanya hehehe
bahwa dalam hidup ini kita harus melakukan banyak perenungan ..jangan sampai kita terlepas dari ayat2 puisi yang nyata yang datang pada kita yaitu detik dan waktu yang tengan bergulir pada kita saat ini itulah hakekat puisi itu sendiri...(saya berusaha jujur pada puisi)
salam ceria...
sha, aku tak tenggelam dalam hurufhuruf kau hanya menghanyutkan hurufhuruf ke lautan kata.
BalasHapussedangkan hidupku lautan kata yang sedang menepi menjemput permaisuri