Langsung ke konten utama

Seiring Detak Sang Waktu


Saat ini kuberada pada sisi garis yang terluar
melihat dengan sejuta kecamuk dalam diri ini
gemuruh nafas satu-persatu mengalunkan irama kalbu
satu-persatu menelusuri jejak yang tertinggalkan

ada nada bimbang bercampur keinginan yang kuat
ada detak kemantapan berderai memupuk semangat
satu kaki telah berada pada sisi luar garis itu
bergetar untuk melintasi batas keinginan

pertempuran sunyi masih berlangsung
berharap sebuah kesepakatan yang nyata
hati meratap bersimpuh doa
rasa menghiba pada sebuah keyakinan yang ada

Kulihat hiruk pikuk didalam sana
berbaur keceriaan yang melenakan
tak terlihat jelas garis yang dibawanya
entah apa yang ada dalam benak mereka

Ingin kugerakan rasa untuk ikut berbaur
membagi rasa idelaisme yang dulu menghinggapi diri ini
namun kaki ini tak kuasa melintas garis itu
terpaku dibatas garis keinginan dan harapan lama

angin terus saja berhembus kencang
membawa sejuta perubahan yang tak mampu ditepisnya
kulihat daun-daun itu menari-nari
tak mampu berpijak pada ibu pertiwi

Ada kesedihan jauh dibelantara hati
mengusik relung-relung yang tersayat
namun secercah harap dan do'a
semoga akan ada nuansa lama yang ikut hadir disana, walau dengan warna berbeda


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007