Langsung ke konten utama

Tuhanku Ajari Aku Memahami Takdirku



Tuhanku……
Ajari aku  memahami  garis takdir yang  KAU tentukan buatku
Bimbinglah aku menapaki jalan yang  Kau  tetapkan bagiku
Tak ada  yang ku sesali, karena kuyakin akan  kekuasaanMU
Tak satupun yang ku ragukan segala ketentuanMU
Didalam  ketidak tahuanku, kuyakin disana bertahta yang terbaik dari MU
Dalam ketidak inginanku, kupasti  KAU berikan yang terbaik buatku
 
Tapi Tuhanku..........................................

Kelemahan  imanku selalu lahirkan tanya yang mengganggu
Bagaimana kuharus jalani bentangan sisa hidupku
Ketika orang lain  sudah sampai ,aku  baru saja memulai
Ketika orang lain memetik,aku masih saja menebar semai
 
Ya Tuhan.......................................
Mungkinkah  Kau  takdirkan aku  menjadi  mata air yang terus mengalir..?
Penghilang dahaga siapa saja......?
Atau  Memang  KAU  jadikan aku  pohon yang tak henti berbuah
Untuk santapan semua orang yang singgah
 
Aku  bersyukur Ya Allah, bila itu  tugas hidupku
Biar ku  pangkas segala  dahaga yang  masih  kupunya
Bila aku  memang  penghilang rasa  dahaga  semua siapa
 
Biar  kutebas  hasratku untuk   berteduh
Bilaku  memang KAU takdirkan menjadi tempat berteduh.......
 

Tak akan ada lagi kata meminta

Bila  aku  KAU  takdirkan  jadi pemberi...........

Kalaupun  kutetap saja  ucapkan pinta
Itu lah doa agar ku sanggup tetap memberi.
 Trimakasih Tuhanku..............
 
 
PutNus 10-11-2004

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007