Langsung ke konten utama

Korupsi Di Negeri Ini


Dinegeri ini saat ini..................
Korupsi adalah Profesi,jalan pintas memperkaya diri
Koruptor adalah gelar ,l ebih tinggi dari gelarnya DOKTOR
 
Tak mudah  bisa  korupsi, harus memiliki potensi.
Potensi tinggi untuk  tega mengkhianati
 
Untuk bisa jadi Koruptor, diperlukan keteguhan Iman.
Iman untuk tidak beriman, beriman kepada Setan
 
Untuk bisa jadi Koruptor telah teruji kejujurannya
Jujur memeluk sifat yang busuk,Jujur pada prilaku buruk
 
Untuk bisa jadi Koruptor harus teguh kesetiaannya
Setia pada pengkhianatan, teguh pada keserakahan.
 
Untuk bisa jadi Koruptor harus bisa dipercaya
Setelah dia kita percaya.....lalu dia Memperdaya
 
Jadi Koruptor, pasti tinggi kesadarannya
Karena Korupsi , memang dia lakukan secara sadar
 
Mereka orang berkepribadian,
Akhli mem pribadikan harta bangsanya
 
Mereka orang berjati diri
Walau tidak berharga diri
 
Mereka orang berani
Berani , tak memperhitungkan mati
 
Lalu darimana keinsyafan akan bertandang...?
Jika Tuhan sudah mereka tentang
Jika harta lah yang mereka anggap Tuhan
Jika kepada setan mereka beriman....?
Lalu.....masihkah kita punya harapan...?
 
Biarkan saja....................
Paling banter mereka tahan, 7 turunan
 

Memuja harta dunia..?

Mampu berapa lama...?

Dibanding hidup abadi dialam nanti

 

Bungdamai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...