saidatul fitriah. apa lagi yang harus kukatakan padamu? namamu mengharumi koran, majalah, radio, televisi. kau jadi orang tenar sekarang, adikku. jumat sore aku menjengukmu. kau masih tertidur, sai. kau akan sembuh dan kita akan akan kembali bertemu dan berbincang lagi tentang nasib negeri ini. tapi, tuhan jauh lebih mencintaimu ketimbang kami. malaikat menjemputmu, akhirnya. engkau pergi juga! tinggallah aku, keluarga, sahabat-sahabat, almamater tinggallah semuanya meratapi kepulanganmu. apa lagi yang mesti kuceritakan padamu, adikku? "setelah ini tak boleh ada lagi sepotong nyawa melayang sia-sia. sebab, harga selembar nyawa lebih berharga ketimbang sejuta kepongahan penguasa." aku begitu marah ketika menuliskan ini untuk terbunuhnya izal, temanmu yang duluan pergi. dan engkau, adikku, hanyalah seorang mahasiswi. kebetulan saja kau tengah berada di universitas kehidupan, tempat kita sama-sama belajar tentang kemanusiaan, nurani, kejujuran, kebenaran, keadilan. ...