Langsung ke konten utama

Panen Pelangi



bunda...
kata wak kocik, hari ini musim pelangi,
 nanti setelah pulang mengaji,
aku akan tangkap banyak pelangi
bunda,
berikan aku uang, sisa uang 500 rupiah punya bunda,
aku ingin pergi ke warung di atas bukit,
dan membeli selembar kantung plastik,
untuk kupenuhi dengan pelangi-pelangi.

bunda...
untuk bunda kuberikan lebih satu pelangi
sisa pelangi yang ada kan aku kuaskan
-- di dinding dinding tepas rumah kita
-- di lampu-lampu padam rumah kita
-- di lumbung kosong bapak,
-- di uncang recehan bapak dan bunda,
-- di tas sekolah berdebu milikku dan dik Sangkot,
-- di sepatu kami
-- di seragam bertahun kami
-- di dahi panas adik Salam,
-- di dalam kompor dan tungku bunda,
-- di sudut-sudut senyum kita
-- di tiap putik dan kuntum tapak dara kita
-- di pucuk butir padi kita
-- di sejagat udara yang kita hirup
   indah bukan bunda...?

bunda
kita kan punya banyak pelangi di setiap belalak dan katupan mata
pelangi-pelangi itu akan keringkan erangan kita
pelangi-pelangi itu akan hisap tangis-tangis kita

bunda...
berikan aku sisa uang yang ada di dalam uncangmu ya..
aku ingin membeli selembar kantung plastik
dan kan kupenuhi dengan gundukan pelangi
karena wak Kocik bilang, hari ini panen pelangi


 *pdk indah  120406  09:24*


--
penuhi hatiku dengan-MU
http:pakcikahmad.multiply.com


Puisi Nominasi Sayembara Puisi Puitika Edisi April 2006
Dengan Tema " Anak-anak Kita, Anak Indonesia"



Komentar Dukungan




Hi,all the poems are great!! However, My vote goes to
Panen pelangi,

This poem touches my heart and I believe it represents
a very special child in Indonesia. He experienced pain
and sadness in facing his real life but he never give
up. He tried to live in it by having a dream and
hoping on something magical as beautiful as rainbow.
Dreaming is just one step to overcome all the barriers
even its only for a temporary. I wish he never give
up, and keep hoping for a rainbow to coloring his
life, if that can make him happy… even for a while!!!

The writer successfully includes me in the life of the
child to feel his pain and hope even by reading it.

Thank you...
Syima Arshad
Kuala Lumpur

    "syima arshad" <syima_2a@yahoo.com>
___________________________________


puisinya lucu, menggemaskan

"msyifa" <milla_msy@yahoo.com>
______________________________

saya voting untuk panen pelangi

terima kasih, mita

    "Mita" <mita@andhika.co.id>
__________________________





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007