Namaku Perempuan
Ratih Sanggarwaty, NUngky Irma Nurmala
Nani Tandjung, LIntang Sugianto, Srikandi Hakim
Penerbit Gramedia Pustaka
Cetakan I, Februari 2006
189 Halaman
"Buku ini menyampaikan kisah-kisah kecil penderitaan batin orang-orang yang merasakan akibat bencana Tsunami. Bahasa berirama yang dipilih penulis-penulis perempuan ini secara lembut menyampaikan pesan-pesannya, dengan irama yang sesuai benar dengan alur nafas pembaca.
Pembaca akan menikmati poetis ini tanpa merasa terkendala oleh makna maupun bentuknya"
Toeti Adhitama
Salah satu puisi dalam antologi:
Namaku Perempuan
Ratih Sanggarwaty
Akulah perempuan...
yang dilahirkan oleh seorang perempuan
Perempuan itu cantik bak bunga merona di desanya
Dan seorang pria telah beruntung dapat meminangnya
Bapak adalah panggilan pria itu selama hidupnya
Akulah perempuan ...
Yang ditimang-timang oleh seorang perempuan
Yang perempuan itu menjadi kepala keluarga
Perjuangannya untuk tetap bertahan luar biasa
Tak kenal lelah ia bertahan dan terus bertahan
Akulah perempuan ...
Yang dibesarkan oleh seorang perempuan
Yang ketika perempuan itu kudapati mengucurkan airmata
Kutanya, "kenapa?"...ia menggelengkan kepalanya
Kutanya lagi, "ada apa?"...dia tunjukkan kelingkingnya
Yang patah dan urat-urat yang menipis di kelingking kecil itu
Akulah perempuan...
Yang dijaga oleh seorang perempuan
Yang ketika perasaan perempuan itu tak terjaga
Ketika perpisahan hampir terjadi di antaranya
Maka kuambil pisau dan kukatakan, "bunuh aku dulu, kemudian berpisahlah."
Akulah perempuan ...
Yang dihidupi oleh seorang perempuan
Yang ketika perempuan itu merasa lelah
>Dan tenggelam dalam lautan sumpah serapah
Maka akulah yang menggandeng keinginannya untuk berpisah
Komentar
Posting Komentar