Langsung ke konten utama

Tentang Hujan



semalam memang hujan, minan
tapi bukan hujan yang menidurkan hati
kita terlampau lelah berbincang sepanjang masa
tanpa suara tanpa titik temu
pikirkan saja tentang eksistensi hujan
ketika hujan datang orang-orang sibuk berbincang
berjam-jam menunggu

hujan adalah rencana yang tersusun dalam benak
atau malah tertulis dalam agenda orang-orang sibuk
sesekali hujan berkisah tentang orang-orang romantis
yang bertemu kundang tapi tak bisa berbuat apa-apa
selain menghitung-hitung rintik air yang jatuh
dari atap mengenai kaleng butut di belakang gudang

hujan lebat sekali semalam, minan
tapi hati kita tak sejuk karenanya
dia nyatanya tak bisa mencairkan hati kita
api terlanjur membesar
tak kan padam
oleh hujan sepanjang tahun sekalipun

sudahlah berhentilah menyalahkan hujan
hujan memang tak kan mengerti tentang perasaan kita
hujan tak kan tahu dengan obsesi kita
hujan juga tak kan paham apa yang kita pikirkan
sudahlah berhentilah menyesali hujan
kita hanya ingat hujan telah memberi kita arti
jadi, tak ada alasan membenci hujan

semalam memang hujan, minan
lebat sekali
tapi kita tetap tak mengerti
apakah hujan masih merahasiakan sesuatu
badan kuyup tapi yang kurasa panas menyengat

2004

----

KICIK TERAI

senginno nangon terai, minan
kidang lain terai sai medomkon ati
ram buya ga ngicik sememanjang masa
mak kebunyi mak ngedok titik temu
pikerkon riya hal wat ni terai
pas terai ratong ulun hiruk
bejam-jam nunggu

terai yaddo de rencaka sai tisusun delom ati
aatawa malah titulis delom agenda ni jelma-jelma rituk
sesekali terai bewarah tattang jelma-jelma romantis
sai petungga kundang kidang mak dapok api-api
selain ngitung-ngitung tiak ni wai sai gugor
jak hatok ngenai kaleng urak di kudan ni lamban

terai kedok becong senginno, minan
kidang hati ram mak miyos uleh ni
ya nyata ni mak dapok miyahkon hati neram
apui telanjor tebalak
mak hak dacok pedom
uleh ni terai sememanjang tahun sekalipun

radu do taru pai nyalahkon terai
terai nangon mak kuk ngerti sai neram rasakon
terai mak pandai jama keharaga neram
terai muneh mak kuk paham api sai ram pikerkon
radu taru pai nyesoli terai
ram ingkah ingok terai radu ngeni ram reti
jadi, mak ngedok alasan menyuwoh jama terai

senginno nangon terai, minan
kedok nihan
kidang neram tetop mak ngerti
api terai maseh nyegokkan sai resio
badan basoh kidang kurasa panas sai nyengik

2004

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...