Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2007

Udo Z Karzi : Aku Bayangkan Got yang Kau Pajang

ketika hujan aku tak pernah membayangkan bagaimana keajaiban tercipta tapi tidak melalui got yang kau angankan betapa sajakmu membuat hantu hantu bangkit tidur persis tanah Surabaya dengan keinginan lembab Samun betapa aku inginkan melukis sajakmu sebagai bukit dan kau arung melebihi bayangan kota bodoh dengan anjing menyalak tapi aku tak ingin lahir serupa puisimu aku ingin meledakkan rumah rumah utara yang kau kira berubah hitam sejak sungai tak lagi kau alirkan di lenganmu seperti barisan tanah yang lebih sakit hati dari elang elang hujan gerimis yang kupajang melebihi bentang gaun pelacur selebihnya sungai dengan hantu hantumu yang tak perawan inilah keinginan kota kota selatan bagaimana sajakku membaca sejarah sebagai dunia tanpa ketololan sebab kau lebih layak terpotong sebagai penyair simbolis yang sudah terbantai sejak patung patung bermimpi mengelupas di kulitmu Surabaya, Juni 2007 Dody Kristianto lahir 3 april 1986. mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya. Peni...

Herbarium

Sebagaimana antologi bersama lainnya, ini adalah buku gado-gado dengan beragam tema yang diangkat. Membawa nama empat kota (Bandung, Padang, Denpasar, Yogyakarta) memberi harapan akan munculnya puisi-puisi yang bersifat kelokalan yang kuat atau setidaknya mampu menangkap semangat empat kota dengan karakteristik yang berbeda. Sayangnya puisi-puisi di dalamnya tidak menyentuh kekhususan tersebut, meski demikian hal yang patut di acungi jempol, buku ini di sokong oleh penyair muda yang rata-rata lahir di atas tahun 80-an dan beberapa diantaranya berhasil menembus beberapa koran ibukota dengan puisinya.

Kupilih Sepi

Maman Imanulhaq Faqieh acap dikenal sebagai Kang Maman memang lekat dengan dunia pesantren. Pendiri Pondok Pesantren Al-Mizan ini dikenal juga sebagai mubaligh. Jadi jika puisi-puisi yang dituliskan bergelut masalah kereligiusan adalah hal yang lumrah. Hal yang tidak lumrah mungkin usahanya membawa masuk seni,sastra, dan budaya ke dalam pesantrennya di Majalengka yang dalam konteks Majalengka masih sedikit dilakukan. Mengusung tema yang besar yaitu keimanan tentunya tidaklah mudah, beberapa puisinya terkesan standar, tetapi ada juga yang menyentuh hati.

Antologi Sastra RING SATU DUA

SATUBUMI mengundang para sastrawan di Indonesia untuk merespon rencana pembangunan PLTN Muria, dalam bentuk puisi dan cerpen. PLTN Muria akan lebih membuat kehidupan masyarakat Indonesia , terutama di Ring I (Jepara) dan Ring II (Demak, Kudus, Pati) semakin tidak nyaman. Hal ini lebih dikuatkan lagi dengan belum adanya ahli PLTN yang dimiliki oleh Indonesia . Gagasan pendirian PLTN di Semenanjung Muria lebih banyak dipengaruhi oleh faktor ‘gagah-gagahan’ . Secara ekonomis, pada akhirnya tidak memihak rakyat. Juga tanpa mempertimbangkan analisis kondisi lingkungan serta kemungkinan terburuk terjadinya kebocoran yang radiasinya tidak akan hilang hingga 800 tahun. Pembangunan PLTN di Semenanjung Muria juga akan berdampak sosial, di antaranya terancamnya kenyamanan masyarakat dalam bekerja, juga terancamnya kenyamanan perusahaan-perusaha an melakukan roda industrinya. Pemikiran ini akan sampai kepada kemungkinan relokasi pabrik demi kenyamanan dan keamanan para karyawannya. Singkatnya, dam...

Biar Kuterjemahkan

biarkan kuterjemahkan matamu sebab tak ada yang lebih jingga dari segala kata di situ kugubah sebaris puisi kuletakkan di pinggir jendela tua saat fajar akan kau baca bumi berangkat tidur duka berangkat hancur leleh dalam pelukanmu tergenggam tangan rindu seperti matamu puisiku juga jingga kata dan baitnya memahat rindu yang datang bergemuruh akankah kau terjemahkan juga rindu dari puisiku? priok, 22juni07

Menunggu Di Rumah

kemari kutunggu kau dengan segelas soda mengaduk rindu yang makin berbusa tak perlu lagi kau bertanya sesuatu yang indah selain berjumpa datanglah ke rumah beri salam yang rekah 2007 081931536xxx

Udara Cinta

di mana kelak kejahatan kelak kuabadikan dari ziarah, jejak jejak utara makar dengan                 ledakan pesonanya                                    melebihi dua juta haru                                                  perasaanku mengitari kampung kampung tepi buangan langkah! anyelir                                    cintaku melulu menjelma kura kura sementara menara selatan kuberi nyawa                                       kalender usang serta fantasi yang berusaha                                                             mengutuki kebanalanku                                                                                                        di bibir cintaku mundur seperempat abad                                         membuka jalan jalan                                                              rawa yang kau tawarkan lewat ubun ubunmu                           sebagaimana bahasa matahari                kugemuruhkan laut                                              ...

Malam yang Lain

ruangan ini memanjang dan mereka di sana, duduk berhadapan dengan wajah yang jatuh pada remang lantai. tidak ada suara yang masuk. hanya detak jantung yang mengetuk diri sendiri. pelan, seperti desir dari gelombang yang tidak pernah menepi. cahaya lilin mengerjap, bergoyang oleh hembus nafas yang berat. tangan jatuh di pangkuan. detak, menghitung mundur pada ketiadaan. katakan kau akan menyatu pada pekat yang menyelinap di tepi pintu yang terkunci. kesadaran telah tercampur dengan bayang dari kehidupan di tepi seberang yang lain. sosok-sosok samar melayang lembut di tekstur udara. kau memainkan jemarimu di antara asap lilin yang merambat. nyanyikan sebuah requiem, ucapmu. ia tersenyum berusaha meregangkan kakinya yang terkunci didekap lantai. bibirnya terbuka tapi suara yang terdengar hanyalah sebentuk erang yang lirih. bahasa menemukan kemurniannya dalam isarat hati yang purba ketika seorang menatap jauh pada jurang yang terbuka di bawahnya. kau tertawa dengan getar parau. ucapkan kat...

Lalu Kata

1 lalu kata. seorang mengenali dunia. bentuk-bentuk dijabarkan ke dalam tanda. didekati sebagai subjek yang berbicara. tidak ada pusat. seorang berubah ketika bertemu yang lainnya. sore yang berlanjut pada gelap. masihkah aku bisa melihat wajahmu? nyalakan lampu. nama-nama bergeriap dalam gelap. ucapkan sesuatu, ucapmu. kita akan kembali pada keremehtemehan. kesetiaan pada kepingan-kepingan kecil yang membentuk hari. masa depan, ucapmu, adalah benturan lembut yang tidak disadari kecuali di dalam proses mental.             kita akan membutuhkan warna untuk memisahkan ruang. adakah warna untuk waktu? adakah waktu? sesuatu mestinya memiliki awal. bahkan bila hanya yang dikenali dari kesementaraan tubuh. kesementaraan tubuh. irama dari tombol-tombol kecil bertuliskan huruf yang membentuk dunia. godaan dari ketukan kecil yang terpisah dari makna. adakah dunia di luar sana?          ...

Tinggal

TINGGAL kemana keberlarian terpusara aku yang satu menunggu hingga keselaluan terpenjara engkau yang satu menunggu maka keterbelakangan terlewati sebagai masa lalu lagi terulang sekarang hadir tak hadir terjembatani menyelaraskan engkau aku bersulang bersedihlah bersedih atas neraca bukan engkau aku mereka berundak sama-sama berstatus pilihan terbuka bukan engkau aku mereka berundak panjang itu sepanjang perjalanan nuansa penjajakan katamu itu luka setajam bebatu rajam bersendirian seluas nisan pekuburan diam terbuka lantas apa? pengejaran lagi? Mei '07

Kekasihku 24: Mencatat Rindu

1 Musim belum juga berganti 2 benarkah kerling matamu tercipta oleh semesta jarak, bilamana ia datang tanpa mengetuk pintu, berjinjit, kemudian menyelinap dibalik rindu. 3 aku takut bertemu kau di pelabuhan kata meski disana menyimpan gairah, tapi juga tempat bermukim para hantu. Mereka suka mencuri pesan-pesan kita, kemudian menukarnya dengan kabut hitam dan jarum hujan. 4 rindu, benarkah adalah rasa cemasmu hingga kau tak rajin lagi menungguku di ruang tamu tempat kita dulu pertama kali bertemu kemudian sepakat mengikat pilu bukankah telah kukirim baju berbulu, biar kau sibuk bercermin dan menyisir rambut ikalmu dan tak lupa dimana letak bibir dan mataku, tapi memang itu tak cukup ampuh buat menipumu, dari kegemaranmu berburu api dan mencari namaku ditumpukan asap. 5 kemudian kau membisikku, “kapan kita akan bertemu lagi, aku tak mau dipermainkan waktu hingga rambutku membiru” “apakah jumpa melegakan kau dari nyeri rindu yang membuat lubang didadamu terus membesar dan aku harus menam...

Kekasihku 20: Coban*

Kekasihku, taruhlah tanganmu diatas tanganku, pegang erat, jangan biarkan ia berkarat, sebab telah kita remah sebagian waktu,yang penuh hujan duga, juga prasangka. Menafsir teka-teki tubuh hingga jauh di retina mata kita Di bukit-bukit pohon pinus. Jarum daun berlumut merah. Kau dan aku mendaki tebing-tebing kisah, hingga di patahan paling berbahaya. Merasakan angin lembut dan ringkih air terbang. Mencatat setiap lengkung gulungan cuaca. Memberi tanda pada perbedaan suhu udara. Biar kelak tercipta peta., penawar racun rindu dan bisik rayu pohon jambu. *Air Terjun Agustus, 2006

Pohon Cinta

kini ijinkan niatanku tercuri istirahat adalah siang menjelma ikan ikan tanpa ekor seperti juga bayanganmu tanpa baju dan kesakitanku mengenali mimpi mimpi kerang mengajari kota tentang bahasa tiang tapi ingatanku tanpa kepala serupa rambutmu yang merah segenap cintaku menjadi wujud patung pohon pohon di dadamu tersayat percakapan persis sihir surealis di sebalik keabadiannya juni 2007   Dody Kriswaloejo (Dody Kristianto) bergiat di kelompok jeda interlude. mahasiswa sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya

Kekasihku 23: Memotretmu

Melihatmu, seperti sepotong pulau dengan rimbun daun dan kilau laut tak lupa angin hanyut, pelan-pelan memungut rumput dan helai rambutmu yang takut. “Siap, kuhitung sampai tiga” teriakku. kau pun berpose dengan menarik bibir meletakkan telapak tangan disaku pinggir. gumamku “setelah ini kau milikku abadi, tak ada cemas, kau pun bebas, pergi ke pulau-pulau dimana aku berdiri” Juni 2007

Terlihat sesuatu

Lembaga itu muncul bila aku melihatnya mataku tersasar hilanglah dia berdiri tegak beku di sana menunggu masa untuk hilang Di bawah kuning-kekuningan terpancar sinaran luar biasa terkejut besar jantung meledak lemah badan di bawah lantai tidur lena dalam kesunyian Pergilah kau jauh-jauh aku ingin pulang pulang melompat kaki riang seribu kaki perjalanan yang jauh.   Ali Termizzi H.R. Brunei Darussalam. 150706.

FESTIVAL SENI SURABAYA 2007

Dalam sepuluh tahun terakhir ini, bila kita membaca pelbagai buku puisi dan ruang sastra di surat kabar, tahulah kita perihal lima kota yang secara nisbiah memberi kita lebih banyak penyair ketimbang kota-kota lain di Nusantara. Itulah Bandarlampung, Jakarta, Jogjakarta, Surabaya, dan Denpasar. "Dan yang lebih berlimpah itu saya harap membuka jalan ke yang lebih berharga. Tanpa uluran tangan kelembagaan dari manapun juga, hanya lingkungan pergaulan sastra dan tekanan dari khazanah dunialah yang mungkin dapat memperpanjang kiprah si penyair," tutur Nirwan. Selain mengadakan diskusi dan pertunjukan sastra, panitia FSS 2007 juga menerbitkan sebuah buku sastra yang diberi tajuk Lima Pusaran disertai kata pengantar Nirwan Dewanto. Diantara karya mereka itulah dibacakan dalam Malam pertunjukan Sastra. Menampilkna Teater Mozaik malang, mengangkat naskah adaptasi dari novel Hubbu karya Mashuri. Karya novel ini memnangkan Lomba Penulisan Novel yang diadakan Dewan Kesenian Jakarta 2007...

Berbicara Tentang Kotamu yang Terlelap

berbicara tentang kotamu yang terlelap aku bangkitkan mayat mayat yang berbaris di lenganmu kesunyian di alismu perlahan bangkit dengan sungai yang lahir melalui wujud menara tapi bulan tumbuuh di rambutmu dan perlahan kawanan pemabuk menyentuhku mencekikku lewat keabadian goa yang terkutuk ribuan cahaya segera aku mati tanpa jasad dan segala kenanganku membentuk planet hijau di otakmu tapi begitulah, imajiku mengagungkan pelacur dan kaum surealis yang beku memaku birahiku persis kutunggui kupu kupu retak di alismu rupanya kesedihanku menggugurkan dedaun dan di ketinggian bulan retak, aku mencungkil matamu dan sayap laba laba yang kudengungkan berubah seseram jenazah seperti mimpiku yang lekas berlalu, begitu pula elang elang yang berdzikir di mulutmu aku kekalkan hari seperti kelak mayatku membiru memuja gairahmu dengan mulutku yang busuk   juni 2007 dody kriswaloejo (dody kristianto) mahasiswa sastra indonesia UNESA. bergiat di kelompok jeda interlude

Kuarungkan 1000 surealita

jalan jalan angkasa telah mengaburkan 1000 langkahku. seperti warna sajak dengan kehitaman pekat kesunyian yang kuterbangkan menjelma ikan dengan insang terbuka tapi kota kesepianku sudah kadung terluka dan langkahku lebih terlunta dari para pemabuk aku mendekam dengan sayapku yang tersampir di bulan serupa mayat pelacur dengan wajah ngeri peri peri kecil di hatiku menjadi ketakutan katakanlah tentang cinta yang lebih sakit ketimbang kemenawanan kota dengan sejuta cahayanya aku gagal menerbangkan mimpi surealita setelah jauh kau tinggal dalam darahku jutaan serigala menggasang dan ekor ku mengayun alun berganti rupa dengan laba laba yang kau ceritakan pada saat kau hidup kan aroma parade hitam sajak sajakku terluka dan aku mengawang awang seperti kegemaranmu menyalib burung di musim hujan juni 2007 "kutulis untuk HU Mardiluhung dan Festival Seni Surabaya 2007"

Perempuan Dengan Bibir Ungu Tebu

perempuan dengan bibir ungu tebu pada sore remang perempuan itu kerap menatap langit di sana, matanya menjadi hujan di ambang pintu di bibirnya yang ungu tebu menggenang masa lalu dulu, di bawah pohon kelapa perempuan itu kerap berceloteh tentang dermaga bersama kekasihnya :seekor camar yang gemar melukis langit sungguh perempuan tak tahu warna yang tak pernah singgah dalam lukisan kekasihnya baginya, warna tak ubahnya bendera yang kadang singgah di dermaga sekedar simbol perjumpaan kapal sehabis berlayar menyampaikan kematian pesiar “aku ingin senja ungu” ujar perempuan serupa sabda suatu ketika di sela celoteh tentang dermaga kekasihnya terpaku tertikam begitu dalam barangkali terpaksa mengakhiri debar yang mengakar di tubuh para pesiar pada langit kekasihnya berujar “demi kesabaranmu” lalu kekasihnya pun mulai melukis :senja ungu tentunya ia benamkan matahari ia sapukan ungu tebu pada langit yang masih bisu barangkali selalu begitu di bawah pohon kelapa perempuan terkesima sungguh i...

Rumah Di Bawah Pohon Jambu

sajak iany rumah di bawah pohon jambu seorang lelaki berlari-lari dari kota yang tak punya tanda kecuali tubuh, yang tak lagi utuh ia mencari rumah di bawah pohon jambu yang setahun lalu ia biarkan berdebu di situ, di ambang pintu ada perempuan menampi beras melambai, minta di hampiri ia melihat lelaki yang begitu lama menunggu tatapan itu lelaki bertanya terbata “mengapa ada sebuah pintu di matamu, belum lengkapkah kepulanganku di tubuhmu?” perempuan pun cemas hingga beras di tangannya terhempas lantas dengan tubuh melemas ia bergegas, melepas tatapan lelaki yang dulu ia berikan tubuh: selembar daun jambu utuh tempatnya menyimpan peluh lelaki tak ingin tahu juga tak ingin berlalu “dulu kau tak singgah…” perempuan tak berani meneruskan ia terdiam, memeluk seseorang. matanya menerawang mei-juni2007

Bahteraku Takkan Sampai

Bahteraku takkan sampai, tiba di pelabuhan hatimu, karena harap tak lagi dapat kudekap, karena engkau tak mungkin ku jangkau. Biarlah bahteraku berkeping lantak, karena kasihmu tak lagi hendak, dan kujauh dari pelupuk, tak mungkin dapat berpeluk. Kini bahteraku terambing, di gelombang terjang, kering kasih sayang. Bahteraku takkan sampai, berlabuh di teduh kasihmu, karena ku tahu, tak lagi kau mau.

!

"Hatiku sedang bergerimis, sayang" Ada nenek tua diacuhkan begitu saja di bus kota Sedangkan aku, kamu, mereka hanya bisa membatin Lalu pergi ke dunia entah yang penuh kerentaan lain "Sebuah spasi, jeda harus dilalui agar kita terasa manusia" Sepicik inikah dunia kita sayang? Jantungku berdetak entah, nafasku berhembus lusuh Dan engkau ingnkan aku lahirkan gerak teratur yang semrawut "Rahimku adalah zaman, kandunganku adalah budak" Apakah kita menjadi manusia robot atau robot manusia Sudah sejauh mana kita berlindung dibalik ilusi uang Sungguh, aku ingin menciummu atas nama cinta Bukan atas nama uang seperti saat sekarang

Ini Cinta Kesekian

Ini cinta kesekian dengan apa kulengkapi tangisannya menjelmakannya jadi setangkup embun ya! lelaki dengan 13 larik pelangi menadah gaduh hati berapa syair sepi lagi harus kubasuh sampai tandas sekujur kebergairahan 081553979xxx

Membuatku Tak Ragu

bukan cuma kenangan saja yang tertinggal dalam kata karena ada yang lebih dari itu : telah kau berikan makna makna untuk menguraikan dinding dengan ketebalan yang begitu lelah untuk dibelah makna untuk lebih tersenyum sebagai kekuatan mengoyak kelesuan diri di tengah teriak kuguratkan di telapak tangan yang tak lagi gemetar ini kisah perjalanan susuri sore sambil kita menatap senja yang lingsir perlahan saat tatapanmu mengalun tahulah aku akan kebeningan kasih yang membuatku tertegun : tulusmu membuatku tak ragu pagi, 04Juni07

Santa Rosa

Siapakah Santa Rosa? Apa maksud sang penyair menjadikannya sebagai judul dari antologinya kali ini? Apakah yang dicari dari sang penyair yang juga berbagi nama yang sama, (Dorothea) Rosa (Herlany)? Penerima Khatulistiwa Award tahun 2005-2006 kategori puisi ini akan menggulung anda dalam tahapan yang lebih kompleks dengan puisinya yang berbasis ekstrimitas penderitaan manusia seperti yang dituturkan oleh Harry Aveling sebagai penterjemah buku puisi dua bahasa ini.

Love Poems

Anda mencari puisi-puisi cinta dari berbagai belahan dunia? Buku kecil yang berisi sekitar 61 puisi ini akan membuai anda dengan kata-kata cinta sederhana sampai yang rumit sekalipun tetapi tetap saja indah. Mungkin akan anda temukan kata-kata cinta yang cocok untuk anda persembahkan pada kekasih anda. Mari berbagi cinta untuk semuanya dalam Love Poems.

Pekan Presiden Penyair Sambut Ulangtahun Sutardji

JAKARTA: Dalam rangka HUT Sutardji Calzoum Bachri ke-66, yang jatuh pada 24 Juni 2007, Yayasan Panggung Melayu (YPM) akan menggelar Pekan Presiden Penyair, pada 14-19 Juli 2007. Perhelatan itu sendiri bakal dipusatkan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Salah satu agenda acara dari Pekan Presiden Penyair adalah Lomba Baca Puisi Internasional Piala Sutardji Calzoum Bachri. Lomba ini bersifat internasional, terbuka bagi peserta berkewarganegaraan mana pun, dan bersifat umum (lintaskategori) . Menurut Ketua Yayasan Panggung Melayu, Asrizal Nur, satu-satunya kriteria dalam lomba ini hanyalah batasan usia minimal peserta 15 tahun. Lomba di babak penyisihan akan dinilai oleh tiga orang juri (Yose Rizal Manua, Ahmadun Y Herfanda, dan Sunu Wasono) dan di babak akhir juga akan dinilai oleh tiga orang juri (Leon Agusta, Slamet Sukirnanto, dan Tomy F Awuy). Hadiah yang disediakan adalah uang tunai total 15 juta rupiah, piala Sutardji Calzoum Bachri, dan ziarah budaya ke Makam Raja Ali Haji di ...

Metafora Jati Diri

:Lelaki di Persimpangan kau angin, berhembuslah menantang angan sibak kelam yang membelenggu malam hingga awan mengundang hujan malam tak lagi mencekam kau sepi, bersandarlah pada bumi tanam sunyi di pekarangan hati hingga sajak tumbuh magis petiklah, jangan menangis kau sendiri, berteriaklah lepas tanpa pamrih seperti serigala di puncak tebing melolong pada pelangi dibawah purnama kau adalah kau angin, sepi, sendiri kau adalah kau, metafora jati diri menteng, 4 may 2007 -indah survyana- http://indah_fib_ui.blogs.friendster.com/my_blog/

Membunuh Sepi

jatuhlah angan di dinding sembab membuka tabir nelangsa jiwa bila langit menyepuh pedih hanya beku bertutur mati maka matilah imaji hati sepi : nafas mimpi yang kau hirup sampai mati maka matilah mimpi sunyi kemerdekaanmu : kematian imaji sepi menteng, 14 mei 2007 -indah survyana- http://indah_fib_ui.blogs.friendster.com/my_blog/

Malam-Malam Ungu

Oleh : Indah Survyana (1) bunga bersabda pada ilalang, merapat ”bilakah dunia terhenti ?” dibiarkannya kumbang berdesing mengitarinya lalu angin ikut memainkan putik ”Tak ada yang pasti kecuali ketidakpastian” ”Tak ada yang abadi kecuali ketidakabadian” semua terhenti bulan pucat pasi serigala melolong pada langit ungu. (2) malam-malam ungu pada bulan merah jambu serasa kontras, bisu lalu hilang jadi abu karena takdir adalah tabu untuk bicara tentang haru (3) disana, pengembara melepas pakaian disana, di bukit waktu lalu telanjang, hanya kulit melekat ia berkisah pada langit ungu : ”pakaian hanya untaian kapas, melekat sesakkan nafas, ternyata telanjang itu bebas nafas terlepas, tak lagi panas” (4) malam ungu merakit pekat tak dibiarkannya kepastian merapat hanya meraba yang mereka dapat ---badut-badut menyemai sesat sebar benih di tanah lamat panen sesat sepanjang abad hingga malam benar-benar pekat (5) muda-mudi berdiri teguh pada langit ungu kelabu tangan kuat menggeng...

Lilin Mei

: Olin Monteiro Pagi sembab, Mei sedu sedan. O, kau disana menghayati tiap derai dengan 36 lilin beku terhampar. O, kau disana menantang hari yang semakin gamang. Dan kau masih disana dengan pena biru melukis Mei muram. Lalu ku coba susun 36 lilin diatas gurat wajah jalan. Ada garis tegas menjalar, menjadi anak jalan putus-putus, bercabang. Disana terganjal sederet nama dan peristiwa : sebagian membatu, sebagian dikikis angin waktu, sebagian kau rangkai diatas pot warna-warni, manis sekali 36 lilin ku bakar sedapatnya – angin pancaroba membuat segalanya serba susah - hingga persahabatan dirasa hangat. Aku berkata : ”Malam pasti datang, tapi ini hari masih pagi. Lukisan muram belum kau selesaikan, Mei sungguhlah pucat, menahan perih luka-luka” Kau berhenti sejenak, menaruh pena diatas kertas, lalu mengambil sejumput kapas sambil berujar : ”Mei harus sembuh total !” Menteng, 28 Mei 2007 -indah-

Sajak Jakarta

SAJAK-SAJAK JAKARTA Oleh Indah Survyana * SENJA DI JAKARTA : fa apa yang dijanjikan senja untuk Jakarta ? membiarkan warganya tua di jalan, berangkulan asap, debu dan tangisan, atau bergelimang lampu penasaran ? (sayup-sayup azan berbisik mesra, aku, pendo(s)a masih berkeliaran) Menteng, 13 maret 2007 JAKARTA DI MALAM HARI :fa malam hingar, bertabur roda pejalang bulan serupa lampu jalanan artemis * enggan berputar bintang mogok bersinar apa yang terjadi ? siapa yang peduli ! malam tetaplah bimbang riuh, lepas suara-suara sumbang pengamen kecil di simpang jalan (ingin pulang : belajar terbang) Menteng, 9 May 2007 DUA SILUET METROPOLITAN dua siluet bercengkrama akan telanjangi malam. malam-malam bimbang berselimut kamuflase gemerlap metropolitan. sinar masih berupa lampu taman, genit, menggerahkan. jangan kau bayangkan bulan-bintang ikut berserak, manusia metro terbiasa ketiadaannya sebab kamuflase menggelegar sangat menyibukkan. dua siluet telanjang dibawah fatamorgana metropolitan. he...

Tanpamu

tanpamu langit tak berwarna serupa hiasan membosankan di dinding angkasa tanpamu kudapati letih tujuh purnama sehabis jelajahi luas malam tanpa terang dan disini tanpamu adalah sedu sedan sampai diujung puisi

Buat Udozkarzi

ternyata mendung melahirkan bayi bayi planet bermulut perak lebih hijau dari penggembaraanku yang berpayung sejuta mantra surealis aku hikmati, lagu lagu kosongmu yang penuh persetubuhan seolah kenangan ku tidur di malam malam amnesia tapi kubaca sajakmu yang lebih pedang dari dzikir dzikir khidir penantianku berubah gelap dan pohon pohon yang ku imajikan rata hangus bersama bayangan kota akulah pelamun yang berupaya mencuri mimpi dari sajak sajakmu yang terdampar di bulan seperti sebadan, teriakanku gasang dan kematian tumbuh melebihi bau mayat yang kau pasung di pundakmu juni 2007 Dody Kriswaloejo (Dody Kristianto) lahir 3 april 1986. mahasiswa sastra indonesia uniersitas negeri surabaya. bergiat di kelompok jeda interlude. puisi-puisinya pernah tergabung dalam antologi bersama: eksekusi kata (sastra reguler 2004,surabaya,2006), sapi in love (warung 85,2007)

Buat Iany Fitri

seperti kesepianku yang menggundang berjuta malaikat segala kegamanganku memecah peluru angkasa yang bersahutan tatapanmu pecah jadi rumah kehangatan di sepi kenanganku aku diam, serupa mendiamkan seribu interlude di dadaku tiba-tiba kebekuanku menyeruak, mencoba mendaki kunang kunang yang kau sampirkan di wajahmu kesepianku sonder kota seperti hari hari ku kusta menanti pertanyaan yang kau larung sebagai menara menara hijau juni 2007 dody kriswaloejo (dody kristianto) lahir 3 april 1986 di surabaya. mahasiswa universitas negeri surabaya. saat ini bergiat di kelompok jeda interlude. email: dody.kristianto@gmail.com

Tersumbat dan Akhirnya Terdiam

ada yang meletup di alam rasaku. sebentuk entah-aku-tak-tahu-apa, bagai meminta dialirkan; menimbulkan kegelisahan hati. perasaan itu mulai juga membuncahkan pikiran. hasilnya, satu dua kata mulai berkeliaran di alam pikirku. bergerak kanan, kiri, putar, balik, mencoba mewujud jadi kalimat kalimat yang berarti, sambil menyiapkan jalan dan bersiap menitis sebagai huruf-diatas-kertas namun, apa itu yang tiba tiba menyumbat jalurnya? apa itu yang menghambat lajunya? jariku di muara sana, seperti tuli; tak mampu mendengar omongan pikiran, dan tak sanggup menulis sepenggal katapun. dan aku hanya terdiam.. diam.. dengan pena yang siap menggores, namun tak bisa memulainya. -- setelah berapa lama, aku menyerah saja; meninggalkan segumpal rasa yang tak terselesaikan ini. berharap, suatu waktu nanti tiba giliran untuk merampungkannya.

Magelang,1 Juni 2006

akulah aku, bukan tepian sungaimu, bukan juga batu-batu atau, sampah-sampah yang kau aliri ke lautan. aku juga bukan angin, yang selalu akan menyinggahi pucuk daun pohonmu begitu saja,jika suka. atau yang akan mematahkan ranting kayu-kayu kering perhiasan tubuhmu begitu saja,jika tak suka. tak perlu kau bersusah hati merindukanku, atau juga membenci keberadaanku, karena kau takkan mampu, merasakan apa yang aku rasakan, menggambarkan dan membayangkan diriku saja, kau akan kehilangan. lepaskan ego dan khayalanmu, pergilah ke langit, atau gali bumi sedalam pusar, maka engkau akan menemukan cintaku, walau tak bisa kau sentuh itu dengan jasadmu.