Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2006

Dibalik Dinding ( I )

Dibalik dinding itu, ada ajal tersembunyi! Bersama detak jantung jam yang melekat di dinding. Melelehkan waktu yang berjalan, tanpa menoleh sesiapa ditinggalkan. Dibalik dinding itu, suara-suara melenguh bak kerbau tercucuk kuat. Tiada berdaya mengepal takdir. 2006, Leonowens SP  

Ketika Ku Kenang Ibuku

Ibu…………………………….. Mengenangmu adalah membuka lembaran terindah hidupku Dalam keteduhan damai hatimu, dalam kelembutan belai tanganmu Sinar matamu yang sejuk, selalu berhasil menyiram bara jiwaku Sapaanmu yang syahdu ,selalu  menentramkan gejolak resah hatiku   Ibu………………………… Padamu kuselalu berteduh ketika panas membakar dijalan hidupku Dalam naungan kasihmu kedamaian menyelimuti sekujur tubuh kalbuku Kau bagaikan pohon pengayom yang hadir disepanjang lintasan jalanku Dan ketika lelah mendera, dahaga kering menerpa, Kau sudah ada disana Menghadirkan kesejukan Menyiramkan kedamaian Membangkitkan lagi harapan   Ibu…………………………… Ketegaran mu menjalani takdirmu, sungguh tiada akan ada tandingan Ketika kau menaungi, kau tadah seluruh panas,dan bagiku kau tebark...

Holy Pinky

  One year ago when the first time we meet each other   Nothing words and nothing sentences from my mouth   You are the one, who none can be you if not you   So natural so unpredictable   You go when all of us want to see you are smiling   Then you come when all of us are give up to invite you   Yesterday is gone and tomorrow is still in the God’s hand   We are really honor to welcome you   Being a part of this community, being a part of our story   Pinky changes sadness into happiness   Pinky makes darknees so shines   Pinky will always tune on our hearts   If you realise, all of people need another people, then why should you let pinky so colourly but lonely, no, company that pinky with your red, with your green, white, black, blue and all colour that you got, cause it’s a mercy, one thing that you can’t deny   Oh pinky I have nothing to give you,,,thank you for your everything   Come on tell ...

Di Peta Ibuku

mohon komentar di peta ibuku, merentang ladang luas tempat ibu dan sepi menanam air mata   di setiap pagi yang dingin dan buta, ibuku menjelajah di galur-galur petanya sendiri memetik bulir-bulir air mata yang ranum, kemudianmenuangkan- nya dalam gelas kopi bapakku.   dan saat matahari dengan malas mulai belajar melihat, ibuku menyiangi ladangnya membawa sekantong SPP dan sebakul rekening listrik "agar air mata semakin subur dan gemuk, agar masih ada yang bisa dimakan senyap saat senja menggantung nanti sambil menonton infotainment di tetangga sebelah" katanya selalu.   di peta ibuku, air mata jatuh seperti hujan. membawa angka, gambar, warna dan huruf pergi, entah kemana.   di peta ibuku, hanya ada kertas yang melompong dan sepi yang pingsan setelah berkelahi dengan puisi

Idul Fitri

mohon komentarnya Takbir bersembunyi di sudut pagi saat mimbar masih dihuni senyap setelah tadi malam babak belur dihajar peronda   lalu dzikir yang ramah mengusir sepi sembari membawa puluhan bayi telanjang menangis, merengek mencari susternya masing-masing   takbir diam saja dan tetap sembunyi walau dia tahu dimana suster-suster itu:  di lipatan- lipatan playboy, sebagian ngesot di bangsal-bangsal klenik yang mulai renta

Berguna Bila Kau Tiada

Akan terus kucoba sekuat tenaga, agar diriku bisa percaya Akan kutepis semua curiga, kutanamkan baik prasangka Kuangkat terus nilai harkatmu, kujunjung terus tingkat derajatmu Para wakilku.....penyambung lidah rakyatku Para penyandang gelar terhormat Para Pemilik  julukan yang bermartabat   Namun martabat bukanlah sekedar kodrat, yang datang berupa rakhmat Martabat perlu dicapai,oleh upaya menjaga harkat Dijaga oleh patutnya tekad dicapai dengan  tulusnya niat, Bersih dari keburukan tabiat, bebas dari kotornya hasrat   Tetapi Apabila  justru   Tabiat bejat yang terus engkau tunjukan Nafsu sahwat yang terus engkau Peragakan Rakyat kau jual demi pemuas dahaga semata Bangsa kau gadai  demi dapatkan uang  dan harta   Martabat mustahil akan bisa kau dapat Upaya kami menjaganyapun semakin berat Kalian bukan menjadi wakilnya rakyat Sesungguhnya kalian adalah Pengkhianat rakyat   Bila itu Engkau adanya....

Pemenang Lomba Cipta Puisi Departemen Pariwisata

Semakin beragamnya perkembangan industri budaya, termasuk pesatnya perkembangan dan beratnya tantangan dalam berkesenian, ditengarai salah satu penyebabnya adalah karena pengaruh pesatnya arus teknologi informasi yang tidak  berbatas ruang dan waktu bahkan ada yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Budaya yang menyangkut perilaku masyarakat, juga tidak terlepas dari penetrasi budaya bangsa-bangsa lain di dunia. Puisi dalam konteks kebudayaan, sebagai media ungkap estetik yang dapat menyuarakan berbagai tujuan dan kepentingan perlu dikembangkan secara terus-menerus. Puisi yang dapat menyentuh secara dalam terhadap nilai-nilai kehidupan, pada banyak hal merupakan sarana yang cukup efektif dalam membangun nilai-nilai kemanusiaan yang bermartabat. Ungkapan yang terdapat dalam puisi dapat mempertajam nilai-nilai kepribadian bangsa dan spiritualitas kehidupan. Dalam konteks kesenian, puisi dapat juga dijadikan sebagai media pencerahan sekaligus sebagai pendidikan dan hiburan. Semak...

Pantai Di Sepanjang Dermaga

Pantai di sepanjang dermaga ; dia berlabuh mengambil senja dan jeritan; yang melayang disetiap nadi kanvas;buminya; memanjang-manjang: akhirnya lenyap; di pagi jendela itu Di sepanjang dermaga: dia menggumam; bertanya pada karang dan tirai waktu ; di pagi jendela itu Dermaga suram ; yang terbentang di bawah tempat tidurmu   081317428xxx  

Pasongsongan

lelaki itu memeluk karang menjulang di balik dadanya lautan hitam kapalkapal menarik jangkar dari kepalanya di utara nelayan pasongsongan berpose di atas gelombang sembari meregangkan tali ototnya mengayuh kemudi ke lepas laut meninggalkan bisingpantai dan aroma berak terbakar amis pindang dan cakalang layar dibuka angin bersorak perahu bergerakpasirpasir bukit di selatan melambailambai. Dan lelaki itu mengepalkan tangan di antara kaki angin yang kian kencang mengangkang berkejaran antara hati dan gelombang Antara keberuntungan dan kemalangan ke laut atas ke batas tahmit ke atas tahmit lakilaki itu menembus kedalaman diantara gaduh terumbu malam dan gemuruh keikhlasan 081703634xxx  

Sereal Tentang Kemarin

"apa sereal hari ini ma?"; aku bertanya pada ibuku; yang sedang menghadapi dapurnya: yang sedang bergayut pada keraguannya; dinding jam memukul-mukul mentari di kningku: mengingatkanku pada  sarapan yang kemarin; sarapan yang kemarin lebih indah ; ibuku membuat burger dengan saus tiram kamarku; membuatnya laind ari pizza apapun yang ada di utara tempat tidurmu; aku lapar; setelah bangun dari kilauan piringku, aku lapar; "apa sereal hari ini ma?"; tanyaku lagi; iapun menoleh dari dapurnya; tangannya memegang detik waktu: yang terus mengitari kipas angin yang menyala did epanku: walaupun udara di luar semanis roti yang dipanggang dalam kebenciannya, tapi kipas itu terus menggumam: terus mengigau; hingga susuku tumpah; memenuhi langit yang bersembunyi di seragamku "apa sereal hari ini ma?" namun ia tak menjawabku: hanya riak dan derit takdir saja yang   081317428xxx  

Kelahiran

kata-kata berloncatan hinggap di jendela menempel di dinding menggelinding di ubin bergaya di depan cermin menyelip di sela buku menggantung di gagang pintu menyusup ke dalam sarung bersembunyi di kolong kolong meja kolong ranjang kolong lemari satu-satu kupunguti kurangkai puisi Jtn, 2-12-06  

'Saya' Lebih Melankolis Dibanding 'Aku'

Membicarakan suatu karya, ternyata tak lepas juga dari sang penulis. Setidaknya, dari karya itu tercermin bagaimana sebenarnya sosok penulisnya. Hal ini bisa diperdebatkan, tapi yang jelas memang berkaitan erat. Seperti saat berlangsung Bedah Buku Kumpulan Cerpen "Kincir Api" karya Kurnia Effendi, yang setebal 164 halaman di Galeri Gudeg Kota Seni, Citra Raya, Tangerang, 10 Desember 2006 lalu. Acara yang merupakan kerjasama Galeri Gudeg dengan Komunitas Sastra indonesia ini menampilkan Zen Hae (Ketua Komita Sastra, Dewan Kesenian Jakarta) dan Mustafa Ismail (wartawan budaya Koran Tempo) sebagai pembicara. Acara yang dibuka oleh Wowok Hesti ini dipandu oleh Binhad Nurohman. Rara Gendis tampil apik membacakan "Lagu Jauh", yang oleh Zen Hae dikomentari sebagai cerpen yang berhasil mengaduk-aduk perasaan seorang gadis yang juga narator cerita ini. Selain keterkaitan karya dengan penulisnya, dalam diskusi ini kedua pembahas juga menyoroti dimana kekuatan Kef, panggilan ...

HOON TJU IN ( IV )

Pendendam? Hanya torehan luka lama, terkadang menguasai lamunannya. Hingga kebencian merajah tiada aral. Ia seorang kaum Hwa Tzen, bersimbah amarah... Hoon Tju In mengelana satu kenangan, 40 tahun berlalu sudah… Memadu cinta bersama pasangan hidup sang adik sekandungnya. Terbuanglah sang anak tak dikehendak! Kenangan itu merayu dendamnya kepada cinta. 2006, Leonowens SP

HOON TJU IN ( III )

Seorang perempuan renta, berhati galau. Mengibas wajah merajut hari, yang berpudar… Berpantang lelah menyusur kebahagiaan, datang dan pergi tinggalkan rasanya. Terlalu cepat sang waktu menuai usia. Lamban merayu kebenaran di bibir tipisnya. 2006, Leonowens SP

HOON TJU IN ( II )

“Lama sudah cintaku berhembus meredup, terbawa angin menyeberang kegelapan malam.” Ucapnya tersembunyi, menyusuri keriuhan malam. Dan waktu kian membangun kesendiriannya. Mengelana cinta… Menyembunyikan cinta… Hoon Tju In mengubur kasihnya. 70 tahun merentang ia menunggu sesal. 2006, Leonowens SP

HOON TJU IN ( I )

Hoon Tju In berjalan tertatih di remang nafasnya. Antara dendam dan kebencian, melebur di bayangan. Kebajikannya? Oh, merapuh seiring luka hatinya. Hoon Tju In semangatkan api. Berjalan tertatih dengan keranjang di tangan. Menyusur malam, membentang khayal. Seorang diri ia rintihkan kenangannya… Ketertindasan kaum Hwa Tzen di tanah berperisai amarah dan kecemburuan. Tanah yang memasrahkan dirinya. 2006, Leonowens SP

Merahnya Malam

kaca-kaca memantul dari mata yang haus dari derai senyum memenuhi merahnya malam di tengah lampu diam yang tak henti bergumam kemarin penuh sayatan saat luka makin nganga rindu yang terpendam nanti yang membisu kelam saat ‘yesterday’ bertalu ucapkan selamat tinggal bagi masa lalu dalam lengking gitar dan denting piano malam makin diam mataku memerah telah tuntas sudah segala lelah lbpg,10 12 06

Retro Epic

Retro Epic Ini cirita tentang kita Waktu masi skola di SMA taong 1992 Dapa inga tu dulu-dulu Waktu katu kita masi sadiki muda Jaman blum tau hidop pe siksa Tu waktu torang nyanda farek Kalou nyanda singga mega mol Apa lagi ka hai ki ato gacho Tiap malam minggu bagini Paling makang pisang ato mi Mangada plein tikala Torang ley blum bawa-bawa hp So mujur tu ada telpon ruma Kalo perlu kurang cari saratus Kong lari-lari ka telepon umum For mo telepon kape-kape Memora Itu komang torang sorasa Amper tiap hari barmaeng bola Di skola jam bersenang sampe bel maso Abis itu tu klas kurang bobou naga Lantarang samua laki-laki so mandi suar Mar yang penting torang nyanda saki mata Haga-haga televisi deng jam-jam Main winning kong bayar ley Memang  torang kala gaya katu no Blum ja bapake tu gombrang, jangkis, Apalagi span-span Blum ada tu nama gaul, choi-choi, Apalagi dugem Kalou takumpul deng tamang-tamang Paling bakuti gitar Scorpions, Bonjovi, Stryper, Guns ato Metallica So rasa jago kalo so ...

Manado Ado Pe Sadap!

Manado, Ado Pe Sadap! Pe sadap ja tinggal di Manado Ngana mo kamana-mana gampang Nae mikro frak saribu So dari ujung-ka ujung Kacuali kalo taprop di 45 Satu jam oto bajalang satu meter Deng pas Natal taong baru Sopir minta bayar dua kali lipa Pe sadap ja tinggal di Manado Depe udara nya’ panas nya’ dinging Anging sadap batiop di pohong bulu Matahari pe gaga ujang nya’ lama Kacuali kalo musim barat Seng ruma kurang punggu kampung sabla Omba pe basar Ikang pe mahal Kuala guhi enter karamba anyor Pe sadap ja tinggal di manado Di kampung masi baku-baku bantu Ba mapalus kong baku-baku bae Samua basudara kong baku-baku sayang Kacuali sala maso orang pe kampung Apa lagi so langgar jam 9 Kalo nyanda dapa pajak dapa pulungku Lebe soe cumu slamat malam Pe sadap ja tinggal di Manado Depe orang samua taat baibada Samua agama baku mangarti Pemerenta bamoral deng tau atoran Kacuali di kasus mbh geit Amusemen so mancari di mana-mana Captikus di amper samua warong Tambio sport tafiaro...

Peluncuran Antologi "Kumpulan Puisi Perempuan Bukan Penyair"

Lulu Ratna, Olin Monteiro, Vivian Idris and Oppie Andaresta, mengundang anda pencinta puisi di Jakarta Peluncuran Antologi "Kumpulan Puisi Perempuan Bukan Penyair" BIRU HITAM MERAH KESUMBA. Lulu Ratna, Olin Monteiro, Vivian Idris and Oppie Andaresta, mengundang anda pencinta puisi di Jakarta Peluncuran Antologi "Kumpulan Puisi Perempuan Bukan Penyair" BIRU HITAM MERAH KESUMBA 6 December 2006 At 7 pm (19.00 WIB dan seterusnya) di Omah Sendok Cafe Jl Taman Mpu Sendok 45 Senopati (Blok S) Dekat Pom Bensin. Jakarta Selatan Agenda: Opening host Akmal N. Basral (penulis novel, jurnalist dan moderator milisters) Crosswijk Screening by Lulu Ratna Pembacaan puisi oleh : Inne Febriyanti, Ade Kusumaningrum, Norman Akyuwen dan Unique Priscilla. Berdiskusi tentang buku: BIRU HITAM MERAH KESUMBA , pembahas Gadis Arivia, Iman BS dengan moderator Akmal N Basral. Pembacaan puisi spontan dan happening art ( informal gathering) Bagi yang berminat hadir mohon menghubungi Olin (karena k...

Launching Antologi "Mojokerto Dalam Puisi"

Dewan Kesenian Kota Mojokerto akan menyelenggarakan Launching antologi puisi "MOJOKERTO DALAM PUISI " , pada hari Sabtu, 9 Desember 2006, pukul 19.00 WIB , di Sekretariat Dewan Kesenian Kota Mojokerto Jl.Gajah Mada 149, Kota Mojokerto Antologi puisi MOJOKERTO DALAM PUISI memuat puisi karya: Andi, Aming Aminudhin, Chamim Khohari, Gatot Sableng, Hardjono WS, Max Arifin, M.MIsbach, Mugianto, Raden Fakih, Saiful Bakri, Suliadi, Suyitno Ethexs, Tuasikal, Umi Salamah. Informasi: Saiful Bakri, Biro Sastra Dewan Kesenian Kota Mojokerto Hp 081 330 06 1978. Acara ini terbuka untuk umum. Terima kasih.

Joko Pinurbo : Puisi Memperbaiki Salah Cetak Hidup dan Nasib Kita

Berikut ini saya ingin sajikan sambutan Joko Pinurbo dalam peluncuran buku puisi 'Di Lengkung Alis Matamu', 25 November 2005 lalu di MP Book Point, Cipete, Jakarta Selatan. Bukan karena ini disampaikan pada acara saya, terutama juga banyak menyebut nama saya, tapi menurut saya apa yang dikemukakan oleh Jokpin menarik untuk disimak, karena di situ beliau juga berbicara tentang komunitas sastra. Semoga bermanfaat. Saya sangat senang atas terbitnya buku ini, terutama antara lain karena covernya yang sangat indah. Saya mengatakan pada Yo, bahwa inilah buku puisi Indonesia dengan cover yang bagus, termsuk yang salah satu yang terbaik dari segi cetak. Lalu yang kedua, editingnya yang nyaris sempurna. Nyaris tak ada ralat. Satu-satunya kesalahan cetak adalah menyangkut nama saya.Dan itu saya anggap tidak penting. Coba Yo bandingkan dengan buku puisi saya yang pertama "Celana", itu sangat penuh dengan salah cetak. Sehingga saya harus membuat daftar khusus yang berisi ralat. S...

Hujan Telah

Hujan telah guyur siang ini   Sampah sisa keluh dari santap malam pesta kita   Semoga hanyutkan cinta   Yang ternyata pongah   Dan api rasa yang bergelora   Tak mungkin bersatu dengan gerimis basah   Lantas mengapa kita tunggu   Kepastian matahari menyinari   Ketiadaan ini tetap tereja dalam kata sia- sia     Hujan telah guyur siang ini   Hanyut sudah impian di belantara awan