Langsung ke konten utama

Ketika Ku Kenang Ibuku



Ibu……………………………..
Mengenangmu adalah membuka lembaran terindah hidupku
Dalam keteduhan damai hatimu, dalam kelembutan belai tanganmu
Sinar matamu yang sejuk, selalu berhasil menyiram bara jiwaku
Sapaanmu yang syahdu ,selalu  menentramkan gejolak resah hatiku
 

Ibu…………………………
Padamu kuselalu berteduh ketika panas membakar dijalan hidupku
Dalam naungan kasihmu kedamaian menyelimuti sekujur tubuh kalbuku
Kau bagaikan pohon pengayom yang hadir disepanjang lintasan jalanku
Dan ketika lelah mendera, dahaga kering menerpa, Kau sudah ada disana

Menghadirkan kesejukan

Menyiramkan kedamaian

Membangkitkan lagi harapan
 

Ibu……………………………
Ketegaran mu menjalani takdirmu, sungguh tiada akan ada tandingan
Ketika kau menaungi, kau tadah seluruh panas,dan bagiku kau tebarkan kesejukan
Ketika kau mata air, kau tetap dalam dahaga , dan bagiku kau berikan kesegaran
Ketika  kau atasi semua keluh kesahku, tak pernah aku mendengar seucap keluh kesahmu
Kau pikul seluruh beban hidupmu dalam kepasrahan diri, demi menghidupi kami
 

Ibu ……………………………..
Padahal kamipun tahu, betapa berat beban kau pikul dibahu lembutmu itu
Kami anak anak ibu semakin memahami,betapa tegar hatimu, betapa kokoh dirimu
Dalam kesendirian hidupmu kau bagikan kasih sayangmu , mengalir tiada henti
Masih kudengar rapal doamu,  yang kadang lupa meminta untuk dirimu.
Karena seluruh ucap doamu kau pintakan bagi keberkahan kami , untuk bahagia kami

Sungguh ingin ku menjerit ketika kini kusadar kasihmu tiada bertepi
 

Ibu……………
Mengenangmu adalah membaca ketauladan sejati  ,dari kesucian hati
Yang memberi tak pernah mengingat pamrih,mengasihi tanpa meminta balasan
Tiada tempat yang pantas bagimu wahai ibuku, selain Syurga abadi Bertabur Rakmat Illahi
Bertahtalah Ratu hidupku,dikerajaan sucimu,dalam limpahan RidhoNYA
Bahagialah kau disana ,petiklah  buah pahala, tanamanmu ketika hidup dunia
 

Ya Allah Illahi Robbi……..Bahagiakanlah Ibuku dialam kuburnya itu
Ampuni semua dosanya, dan Limpahkanlah RakhmatMU,
Kami tak sempat membahagiakannya, karena KAU telah memanggilnya
Terimalah doa kami untuk Ibuku tercinta,Muliakanlah dia berikan tempat terhormat

Berikan juga balasan

Atas segala perjuangan hidupnya,Demi menghidupi kami
Atas ketulusan hatinya
Atas ketegaran jiwanya
Atas  kebesaran kasih sayangnya
Atas ketaqwaan dirinya
Atas kesucian  kalbunya
 

Amin Ya Rabbil Allamin…
 
 

Jakarta 22-12-2006
Putra Nusantara
Bd dalam linangan air mata kerinduan

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...