Langsung ke konten utama

Manado Ado Pe Sadap!

Manado, Ado Pe Sadap!

Pe sadap ja tinggal di Manado
Ngana mo kamana-mana gampang
Nae mikro frak saribu
So dari ujung-ka ujung
Kacuali kalo taprop di 45
Satu jam oto bajalang satu meter
Deng pas Natal taong baru
Sopir minta bayar dua kali lipa

Pe sadap ja tinggal di Manado
Depe udara nya’ panas nya’ dinging
Anging sadap batiop di pohong bulu
Matahari pe gaga ujang nya’ lama
Kacuali kalo musim barat
Seng ruma kurang punggu kampung sabla
Omba pe basar Ikang pe mahal
Kuala guhi enter karamba anyor

Pe sadap ja tinggal di manado
Di kampung masi baku-baku bantu
Ba mapalus kong baku-baku bae
Samua basudara kong baku-baku sayang
Kacuali sala maso orang pe kampung
Apa lagi so langgar jam 9
Kalo nyanda dapa pajak dapa pulungku
Lebe soe cumu slamat malam


Pe sadap ja tinggal di Manado
Depe orang samua taat baibada
Samua agama baku mangarti
Pemerenta bamoral deng tau atoran
Kacuali di kasus mbh geit
Amusemen so mancari di mana-mana
Captikus di amper samua warong
Tambio sport tafiaro di jalang

Komentar

  1. hue he he he..
    kita so nintau mo bilang apa :)
    btw bagimana dunia perpuisian manado skarang?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...