mohon komentar
di peta ibuku, merentang ladang luas
tempat ibu dan sepi menanam air mata
di setiap pagi yang dingin dan
buta, ibuku menjelajah di
galur-galur petanya sendiri
memetik bulir-bulir air mata
yang ranum, kemudianmenuangkan-
nya dalam gelas kopi bapakku.
dan saat matahari dengan malas mulai
belajar melihat, ibuku menyiangi ladangnya
membawa sekantong SPP dan
sebakul rekening listrik
"agar air mata semakin subur
dan gemuk, agar masih ada
yang bisa dimakan senyap
saat senja menggantung nanti
sambil menonton infotainment
di tetangga sebelah" katanya
selalu.
di peta ibuku, air mata jatuh
seperti hujan. membawa angka,
gambar, warna dan huruf
pergi, entah kemana.
di peta ibuku, hanya ada
kertas yang melompong
dan sepi yang pingsan
setelah berkelahi dengan puisi
Komentar
Posting Komentar