Meja persegi berpelitur separoh, tuak dan tambul berdetak. Sambil ngelindur, kita lihat bulan lorotkan engselnya: "Ini malam kerajaan pemabuk!" setelah itu, kau terus terbang ke sorga atau justru aku yang terkapar di kolong-kolong ini memang sudah amsalnya seperti amsal bumi yang ringsek. Sebab, terlalu lama menanggung beban keberanak-pinakan yang tak terduga: "Tapi, mengapa selalu saja kau ilusikan kebun-kebun bening di ubun-ubunku. Padahal, itu kau tahu cuma batok berkarat?" mungkin, ya, mungkin saja, kau kelewat akrab dengan pil-pil, sampai lupa pada apa yang kau lihat : "Apakah aku daging atau lanskap, belulang-air atau tata-kota?" yang melulur lewat kantong-garba, diselup di tiap selangkang neon, yang persis diantara moncong-murnya seseorang yang telah ketemu Maut, masih merasa sangat sayang atas gemerincing-recehan dan : "Oh, kemamang, kemamang, pemberhentian, hunus saja pedangmu untuk ilusinya itu, " ilusi yang membuat siapa saja untuk sal...