Langsung ke konten utama

Pemenang Puisi Bulan Ini Edisi Januari 2008 Versi Puitika.net!

Puitika.net mengucapkan terimakasih atas partisipasi pembaca atas kesediaannya menjadi bagian dari proses pemilihan Puisi Bulan Ini. Proses voting ini kami pilih sebagai bentuk penghargaan kami kepada pembaca untuk turut serta memilih puisi yang paling baik menurut anda semua. Setelah proses pemilihan puisi dari 120 puisi yang masuk sebagai peserta kami memilihkan 10 puisi yang menjadi Nominasi Sayembara yang telah anda baca.

Berikut Jumlah dukungan untuk setiap masing-masing nominasi:

  1. Puisi: Untuk Semua, Milik Semua 1 pemilih
  2. Mengantar Emak Pulang 0 pemilih
  3. Yang Tak Selesai 2 pemilih
  4. Selepas Gerimis, Benih-Benih Pelangi Tumbuh Di Jemari Ibu 2 pemilih
  5. Siluet Senja 2 pemilih
  6. Kabar Terkubur 5 pemilih
  7. Di Pantai Paradoksal 4 pemilih
  8. Hartati 1 pemilih
  9. Untuk Budhe 2 pemilih
  10. Sajakku 3 pemilih


Berdasarkan suara yang masuk ke database Puitika.net maka terpilihlah puisi dengan judul "KABAR TERKUBUR" karya Arif Rizki dari Padang sebagai pemenang Puisi Bulan Ini Edisi Januari 2008 versi Puitika.net.

Sebagai pemenang hadiah hiburan bagi pemilih nominasi Puisi Bulan Ini jatuh kepada abim_id@yahoo.com dari Malang

Selamat bagi para pemenang, hadiah akan segera kami kirimkan.
Dan kirimkan lagi puisi anda untuk Sayembara Bulan Februari 2008 karena telah dibuka sejak tanggal 8 Januari 2008 s/d 20 Januari 2008. Edisi Februari mengambil tema "Kemenangan Cinta"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...