;rindu kemenakan
jauh sebelum rumput liar ditimbuni tanah merah di kepalamu
telah aku eja serumpun makna walau tak bersua
kita pernah berdua mengekori apa maunya abad, pun jua tersesat
saat mengejar kilat air yang coba beramah tamah di padang pasir
jauh sebelum rumput liar ditimbuni tanah merah di kepalamu
telah kau pahat sendiri
rupa nisan sehabis mengkhatamkan sunyi
‘jadilah superman.” katamu
ketika kumenangis pulang sekolah. dan kau menyanyi lagu lawas
aku terlalu kepompong untuk meraba makna yang tak bersua
kemenakan rindu kau jinjing, mak
namun pangku pupus jinjingan retak
tongkat tertanam dimakan rayap
dan kau pulang tak bilang-bilang
dalam igau rindu ku pajang
jauh sebelum rumput liar ditimbuni tanah merah di kepalamu
kusimpul saja makna baku:
sebuah bantal selimut tebal susu kental lebih ku kenal ketimbang menghafal sesal
tentang matahari yang padam di tungku api—lagi kau tangisi
kubilang aku terlalu kepompong untuk meramu madu dan mengasah pilu setajam paku
kaulah yang urung berkabar sebelum berkubur
perihal peti resah yang simpan rahasia; kesedihan
Padang, desember 2007
Biodata Penulis :
Arif Rizki lahir di Bukittinggi, 15 Maret 1987. Menamatkan SD, SMP dan SMA di Bukittinggi. Saat ini tengah menjalani studi nya di Fakultas Sastra dan Seni jurusan Sastra Inggris di Universitas Negeri Padang. Mempublikasikan tulisan-tulisannya yang berupa puisi, cerpen, essay, resensi dan opini di beberapa media lokal Padang seperti Harian Singgalang dan Padang Ekspress. Aktif menulis semenjak berada di sekolah menengah atas. Puisi secara intens digeluti semenjak menduduki bangku perkuliahan. Saat ini aktif dalam berbagai komunitas sastra seperti Kelompok Studi Sastra dan Teater (KSST) Noktah, RuangSempit dan HangarJet. Hobi mengkoleksi buku, kaset, kliping, bermain musik dan menjadikan menulis dan membaca sastra sebagai sebuah kebutuhan primer.
Puisi ini terpilih sebagai Puisi Bulan Ini Edisi Januari 2008 dengan tema "Rahasia Kesedihan" setelah melalui mekanisme seleksi Editor dan pemilihan langsung oleh pembaca puitika.net
Komentar Dukungan:
abim_id@yahoo.com : Saya memilih puisi ini saja.
qiven_dc@yahoo.com : Puisinya bagus
sibirantulang@gmail.com : Saya yakin puisi yang satu ini mampu memberikan sumbangsih pada kekeringan yang dialami umat manusia, sebab karya sasrta tak hanya tetap berkutat pada dirinya, tapi lebih luas dari pada itu.
black_shakura@yahoo.uk : Woww.. keren ya puisinya.
fred_mandoge@yahoo.co.id : no comment . menurut saya, belum ada yang cocok dengan apa yang saya maksud dengan keindahan suatu puisi. tapi saya memilih supaya dapat hadiah.
jauh sebelum rumput liar ditimbuni tanah merah di kepalamu
telah aku eja serumpun makna walau tak bersua
kita pernah berdua mengekori apa maunya abad, pun jua tersesat
saat mengejar kilat air yang coba beramah tamah di padang pasir
jauh sebelum rumput liar ditimbuni tanah merah di kepalamu
telah kau pahat sendiri
rupa nisan sehabis mengkhatamkan sunyi
‘jadilah superman.” katamu
ketika kumenangis pulang sekolah. dan kau menyanyi lagu lawas
aku terlalu kepompong untuk meraba makna yang tak bersua
kemenakan rindu kau jinjing, mak
namun pangku pupus jinjingan retak
tongkat tertanam dimakan rayap
dan kau pulang tak bilang-bilang
dalam igau rindu ku pajang
jauh sebelum rumput liar ditimbuni tanah merah di kepalamu
kusimpul saja makna baku:
sebuah bantal selimut tebal susu kental lebih ku kenal ketimbang menghafal sesal
tentang matahari yang padam di tungku api—lagi kau tangisi
kubilang aku terlalu kepompong untuk meramu madu dan mengasah pilu setajam paku
kaulah yang urung berkabar sebelum berkubur
perihal peti resah yang simpan rahasia; kesedihan
Padang, desember 2007
Biodata Penulis :
Arif Rizki lahir di Bukittinggi, 15 Maret 1987. Menamatkan SD, SMP dan SMA di Bukittinggi. Saat ini tengah menjalani studi nya di Fakultas Sastra dan Seni jurusan Sastra Inggris di Universitas Negeri Padang. Mempublikasikan tulisan-tulisannya yang berupa puisi, cerpen, essay, resensi dan opini di beberapa media lokal Padang seperti Harian Singgalang dan Padang Ekspress. Aktif menulis semenjak berada di sekolah menengah atas. Puisi secara intens digeluti semenjak menduduki bangku perkuliahan. Saat ini aktif dalam berbagai komunitas sastra seperti Kelompok Studi Sastra dan Teater (KSST) Noktah, RuangSempit dan HangarJet. Hobi mengkoleksi buku, kaset, kliping, bermain musik dan menjadikan menulis dan membaca sastra sebagai sebuah kebutuhan primer.
Puisi ini terpilih sebagai Puisi Bulan Ini Edisi Januari 2008 dengan tema "Rahasia Kesedihan" setelah melalui mekanisme seleksi Editor dan pemilihan langsung oleh pembaca puitika.net
Komentar Dukungan:
abim_id@yahoo.com : Saya memilih puisi ini saja.
qiven_dc@yahoo.com : Puisinya bagus
sibirantulang@gmail.com : Saya yakin puisi yang satu ini mampu memberikan sumbangsih pada kekeringan yang dialami umat manusia, sebab karya sasrta tak hanya tetap berkutat pada dirinya, tapi lebih luas dari pada itu.
black_shakura@yahoo.uk : Woww.. keren ya puisinya.
fred_mandoge@yahoo.co.id : no comment . menurut saya, belum ada yang cocok dengan apa yang saya maksud dengan keindahan suatu puisi. tapi saya memilih supaya dapat hadiah.
Komentar
Posting Komentar