Kabut Yang Memataiku demi dingin yang menyertaiku pulang kampung, aku memoles malam dengan gemetaran hidup yang ditiupkan setiap jemari kuharap tak berhenti hanya karena jalanan ini sepi dan pengap tapi kerling itu, tak cukup menggangguku tidak juga kabut itu, aku hanya perlu menciumnya dan selebihnya kuhancurkan kugempur dan kau pun tahu, diam-diam mereka menyertaiku dan memataiku Bunga Pustaka, Maret 2009 --- Pada Sebuah Kata Di lorong-lorong hening Tiap pasang mata menjelma matahari Sinaran leluasa yang dikelabui kabut Jangan berharap kau dapat dekat mendekapnya erat Jika reruntuhan sesunyi itu telah meninggalkan riwayat Bakal api kembali debu Dan sesekali berteduh di rumah-rumah lebah Akankah kau percaya pada dinding Tempat dingin membentuk wajahmu Bersama surat-surat yang tak satu pun terbalas Walau hanya sebatas senyum dan angan Akhirnya, kata-kata menyembunyikan mereka Seperti pori-pori kulit dari kejauhan kau memandang Pendhapa Bunga Pustaka, 2009 --- Tuhan dan Semut Naka...