Di Semenanjung
arah kedatanganmu
yang tak pernah kau beritahu kepadaku
nasib berlarian, mengitari semesta
semesta, meringkus nasib durjana
engkau, kalimat puisi tertinggal.
engkau, kesan yang tak dapat kutuliskan
betapa cahaya terasa mengepung, melempar
tombak-tombaknya ke punggungku, ke mataku.
camar memanggil dari rentangan cahaya
paruhnya mengais sejuta kengerian ikan
“beri aku tanda, tentang arah kedatanganmu.
kutunggu! meski tanggal gugur, satu-satu.”
meski bulan-bulan menjadi basi
dan tahun membusuk di dadaku
datanglah! datanglah! akan kumaknai penantian
sebagai kutub yang mengangan matahari
peluh yang mengalir adalah pujian
yang tak sampai kepadamu
gelisahku, gemetar daun-daun
datanglah! datanglah!
tunjukan padaku,
bahwa kaubenar ada,
(2008)
arah kedatanganmu
yang tak pernah kau beritahu kepadaku
nasib berlarian, mengitari semesta
semesta, meringkus nasib durjana
engkau, kalimat puisi tertinggal.
engkau, kesan yang tak dapat kutuliskan
betapa cahaya terasa mengepung, melempar
tombak-tombaknya ke punggungku, ke mataku.
camar memanggil dari rentangan cahaya
paruhnya mengais sejuta kengerian ikan
“beri aku tanda, tentang arah kedatanganmu.
kutunggu! meski tanggal gugur, satu-satu.”
meski bulan-bulan menjadi basi
dan tahun membusuk di dadaku
datanglah! datanglah! akan kumaknai penantian
sebagai kutub yang mengangan matahari
peluh yang mengalir adalah pujian
yang tak sampai kepadamu
gelisahku, gemetar daun-daun
datanglah! datanglah!
tunjukan padaku,
bahwa kaubenar ada,
(2008)
Komentar
Posting Komentar