Kenapa kaubiarkan sebatang pohon itu, menantang langit sendirian? Angin-angin gemar meruntuhkan hijau daun dari tangkai, hingga setiap hari, tubuhnya harus merasakan kepergian dan ditinggalkan. Tetapi, setiap ada yang gugur dari dahan-dahannya yang tak seberapa, ada saja yang menunas kemudian tumbuh. Daun-daun muda bersemi, berdesiran dan berayun-ayun. Apabila langit sedang berbaik budi, maka ia akan menurunkan hujan. Butir-butir air akan menetas di tubuh daun itu, menguncup, jatuh ke tanah. Setelah usai, langit akan cerah, maka akan kaulihat dari kejauhan, betapa sisa hujan di daun-daun itu berkilauan, seperti intan pada mahkota raja. Seperti samudera dengan bayang-bayang matahari senja. Ada baiknya kautanam kembang hias di sekitar pohon itu. Agar ada yang menemaninya setiap kali kesakitan melepas demaun. Rapatkan pula sebuah bangku panjang, agar ada yang singgah; mungkin kawanan angsa atau gereja, berbagi perih dan rayuan, sambil menyimak cuaca yang berubah-ubah. (Desember, 2008)