Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2008

Selalu Saja Hujan Yang Angkat Bicara

Aku Hampiri Hujan aku hampiri hujan yang termangu di depan helai cuaca, lalu aku menarik lengan sejarahku. ada yang tertahan oleh abu-abu, pun pertemuan kau-aku. lalu yang kudekap hanya batu. Purbalingga, Maret 2006 Narasi Ciuman di ciuman pertama sehelai daun jatuh dari pengangannya, lalu kau pungut almanak, kau hitung seberapa rawan pertemuan awan dengan hujan, sehingga daun-daun basah bersalah. di ciuman kedua pohon-pohon rebah ke pangkuanmu, lalu aku berdiri menelunjuk hari yang rawan pada musim tak beriklim. di ciuman ketiga kau-aku rebah menjadi sejarah yang dicium lalat. Purbalingga, Maret 2006 Hujan adalah kau hujan adalah kau, yang menghilir di serat-serat nafas, menggenang di ingatan yang hijau. hujan adalah kau yang menjadi kekasih bumi, pelepas haus sungai-sungai di batin. hujan adalah ciuman yang mendarat di pelipis waktu. Purbalingga, Maret 2006 Ada Mendung di Wajah Hujan ada mendung di wajah hujan yang menulisi bumi dengan tirus-tirusnya, kemudian kuurai sungai, kugelar ...

Sajak Agit Yogi Subandi - Gerimis Pagi

Gerimis pagi 1 semalam, jalan basah kertap hujan mendesah percakapan melunak khayal nakal berpinak 2 ada yang enggan memintas di jalan memintal gelisah di sudut gedung tak lama, ditentramkan oleh derai daun yang jatuh melayang dan ngungun di sisi lain kuntum bunga mekar, puisi membentuk diri, lagu mengambang— bergelombang dan berkelindan di angin ke tebing-tebing curam menuju rumah-rumah padam mendekatlah ke sisi jendela renyai mengirim jas hujan, payung dan perempuan di tepi jalan “ayo, kita berlayar di genangan air mengalir menuju muara yang memasa lalu” 3 gerimis pagi ini, membesut burai ingatan meski serejang lari kuda maka akan kucatat tanda-tanda di kertas yang tak mengenang apa-apa 4 sejak semalam, jalan basah hujan mengertap dalam interval kalimat puisi dan ingatan mendekatlah ke sisi jendela di pagi hari akan kau lihat sajakku pada angin dan sisa gerimis di daun-daun yang menceritakan tanda ...

Puisi Agit Yogi Subandi - Anxiety Of Goose

Anxiety of Goose MIMPI LAMA I seperti lanskap yang merunut silsilah, kusaksikan samar hijau dedaunan dari bukit rendah yang akan melenyapkan tubuhku dari serentang tetirah musim gugur abadi rangkaian ranting mulai melunas janji pada tanah berbatu kunanti musim semi seperti penantian seorang kekasih di sebuah taman di mana angin bersiul mengibas gugusan rambut, dan mengayun tiga pohon akasia penggembala kerbau bersuling bambu berteduh di semak perdu memandang penuh hayat pada anak-anak yang bersenda gurau di rerumputan setengah kering kakinya terluka berdarah kemudian, orang di dusun bergegas ke kota satu-persatu di sengau dangau kenangan dibenam lalu pergi aku pun turut pergi II di kota ini, ketika matahari gogrok di gedung-gedung tua, suara riuh membentur tubuhku. ada raung pilu di pasar. di bawah pohon ara, aku termangu. mencari diri yang hilang di balik percakapan dan klakson kendaraan lalu lalang. sesekali jalanan itu mengisahkan sesuatu. entah tentang apa. mungkin tentang...

Sajak-Sajak Ferdi Afrar

Singgah Ia menengadah ke angkasa seperti ada yang menatapnya manja bersembunyi dibalik awan, diantara kerumunan kicau burung. Seperti ada yang menyentil daun-daun dan juga jemuran sarung. seperti ada yang melambai, yang membuat rambutnya terburai. Seperti ada yang menggemerincingkan air, melumutkan dinding. seperti ada yang berbisik, merambat di kuping. Seperti ada yang menggesitkan cahaya di dedahan, kemudian menggambar di permukaan. seperti ada yang mengintip, ingin menyampaikan pesan. Seperti ada yang menunjukkan jalan kepada debu, membuatnya bersayap seperti kupu-kupu kemudian hinggap di matanya. seperti ada yang memberinya kado waktu, tempat ia menanggalkan amuk di tubuh memudarkannya di angkasa. Februari 2008 BILA bila aku dilahirkan kembali, inginku berteduh dalam dekapmu menempelkan bibirku yang mungil ini dalam puting payudaramu, selamanya. sampai mataku terpejam hingga tak terasa sisa susu itu mengalir ke pipiku hingga tak pernah kudengar kata anjing yang meloncat dari mulutm...

Sajak Rindu

Dalam kurung tanpa titik titik di dalamnya Di sanalah aku, kita, kamu, dan semua Menggambar abjad menjadi angka Melukis senja menjadi selempar tawa Di sana rindu berkumandang Bersautan saat peluk menjadi pisah sby, 14 April 2008

Orang-OrangKitabSuci

Orang-OrangKitabSuci (1) orang-orang itulah, orang-orang itu, orang-orang yang bangun, dengan bulu mata dibelakang tengkuknya bantalnya menepuk busa pundaknya selepas santun mengelus bulu kaki mereka meraba-raba, masihkah mata yang semalam terpejam masih utuh di rongga telurnya? Orang-OrangKitabSuci (2) Lantai itu bercorak persegi dengan sisi sama panjang dan siku tertata rapi Didatangkan dari pedalaman Afrika Konon, katanya di angkut kapal pedangang Belanda, Ada waktu yang tercatat di halaman ingatan seseorang, sebelum orang-orang itulah, orang-orang itu, orang-orang yang bangun, dengan bulu mata dibelakang tengkuknya menghadap barat di dalam kamar-mandi Lantai itu, hanya boleh dibasahi embun yang ditebar udara, dari pintu, ke pintu siku-siku itu kembali melahirkan siku-siku yang tegap menjulang dengan nol derajat, dari utara tuhan. Orang-OrangKitabSuci (3) Mari angkat dua tangan dan tundukkan kepala seserhana lekuk kurma di mangkuk pagi ini, orang-orang yang bangun, kemudian jongkok ...

Ada Kabar Apa Hari Ini, Dian Sastro?

merenggut pupilku dari Ada Apa Dengan Cinta hingga Dunia Tanpa Koma lalu, sunyi tak kutemui polah ceria dan renyah tawa di layar kaca Ada Apa Dengan (mu) Cinta masihkah Dunia (ceria) Tanpa Koma 2007-2008 Judul “pinjaman” atau mungkin plesetan(¿) dari sajak Sapardi Djoko Damono “Ada Kabar Apa Hari Ini, Den Sastro?”, / What’s News Today, Den Sastro?, Before Dawn, Lontar,

Kepalanya Berisi Benda-benda

Di kepalanya ada benda-benda apa saja Pada langit yang telah tak bertuan Ia mendongak ke atas ke atas tanpa batas Ia melempar sandal jepit ke ujung jurang yang tak terang Pada kepalanyalah benda-benda yang ia colokan ke setiap mata Mencoloknya hingga buta pada mata babi juga ia colokan benda-benda hingga babi itu buta Babi buta berlari keranjingan menabrak segala sesuatu Di kepala babi itu muncul benda-benda juga Karena kepalanya berisi benda-benda Ia menendang jasad-jasad yang dianggapnya tanpa nyawa Ia menendang jasad yang sebenarnya masih bernyawa Pada langit yang berlapis-lapis ia anggap tak berlapis lagi Karena ia telah terbang ke langit yang tertinggi Karena benda-benda ia meludah ke muka anjing yang sebenarnya bukan anjing Pada jiwa yang telah tuli ia lemparkan benda-benda] Ia tak ingin beranjak dari tanah yang dipijaki Ia berdiri sendiri Ia tegak Ia tak pernah merasa sekarat karena di kepalanya terselip benda-benda Kadang kepala itu mirip kotak pos Menampung surat-surat dari go...

Sebab Ini Bukan Untuk Disesali

senja mengirimkan masa lalu lewat tangan-tangan nasib yang terbuka lebar sebenarnya jiwa ingin berlari saja mengeja halaman lain pada lembaran hidup dan kata yang firman yang sabda bisikan mantra-mantra -hidup ombak dan kau karang dan kata yang firman yang sabda bisikan mantra-mantra -kau sisipus yang tak lelah menelan kutuk bumi karawang 3 april 2008

HUJAN PERTAMA DI JOGJA

Hujan mungkin bisa dibikin Tidak untuk gerimis Semerbak aroma debu sore itu Yang lama kering dan tidak tersiram Maka licinlah jalan-jalan Juga tanpa kecuali jalan yang menuju Rumahmu Tawa siap bersenda di segala suka Tidak untuk rasa September 2007