Langsung ke konten utama

Orang-OrangKitabSuci

Orang-OrangKitabSuci (1)
orang-orang itulah, orang-orang itu,
orang-orang yang bangun,
dengan bulu mata dibelakang tengkuknya
bantalnya menepuk busa pundaknya
selepas santun mengelus bulu kaki
mereka meraba-raba,
masihkah mata yang semalam terpejam
masih utuh di rongga telurnya?


Orang-OrangKitabSuci (2)
Lantai itu bercorak persegi
dengan sisi sama panjang
dan siku tertata rapi
Didatangkan dari pedalaman Afrika
Konon, katanya di angkut kapal
pedangang Belanda,

Ada waktu yang tercatat di halaman
ingatan seseorang,
sebelum orang-orang itulah, orang-orang itu,
orang-orang yang bangun,
dengan bulu mata dibelakang tengkuknya
menghadap barat di dalam kamar-mandi
Lantai itu,
hanya boleh dibasahi embun
yang ditebar udara,

dari pintu, ke pintu
siku-siku itu kembali melahirkan
siku-siku yang tegap menjulang
dengan nol derajat,
dari utara tuhan.


Orang-OrangKitabSuci (3)
Mari angkat dua tangan dan tundukkan kepala
seserhana lekuk kurma di mangkuk
pagi ini,
orang-orang yang bangun,
kemudian jongkok di kamar mandi
lalu bersila di atas pandan
tegakkan. tegakkan rusuk belakang
dan ketika mulai mengunyah
jangan sampai pecah kata-kata
yang dirantai di lingkar dada tuhan.

tuan.


Pulogadung, 11042008 11:24
blalang_kupukupu
dari sebuah kamar
http://asharjunandar.wordpress.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007