Langsung ke konten utama

Kepalanya Berisi Benda-benda

Di kepalanya ada benda-benda apa saja
Pada langit yang telah tak bertuan
Ia mendongak ke atas ke atas tanpa batas

Ia melempar sandal jepit ke ujung jurang yang tak terang
Pada kepalanyalah benda-benda yang ia colokan ke setiap mata
Mencoloknya hingga buta
pada mata babi juga ia colokan benda-benda hingga babi itu buta

Babi buta berlari keranjingan menabrak segala sesuatu
Di kepala babi itu muncul benda-benda juga

Karena kepalanya berisi benda-benda
Ia menendang jasad-jasad yang dianggapnya tanpa nyawa
Ia menendang jasad yang sebenarnya masih bernyawa

Pada langit yang berlapis-lapis ia anggap tak berlapis lagi
Karena ia telah terbang ke langit yang tertinggi
Karena benda-benda ia meludah ke muka anjing yang sebenarnya bukan anjing

Pada jiwa yang telah tuli ia lemparkan benda-benda]
Ia tak ingin beranjak dari tanah yang dipijaki
Ia berdiri sendiri
Ia tegak
Ia tak pernah merasa sekarat karena di kepalanya terselip benda-benda
Kadang kepala itu mirip kotak pos
Menampung surat-surat dari golongan sekarat
Kemudian ia ludahi surat itu

Ia terbang
Ia di langit
Bahkan mungkin dia adalah dewa
Terbang dan melayang di atas yang dianggapnya kepala hewan-hewan
Sebenarnya ia takut akan kematian yang datang dengan lantang
Ia takut dan mengggil kemudian ia mengirim surat yang teramat berat
Ia kirim ke negeri yang belum pernah ia kunjungi
Tapi kepalanya berisi benda-benda pasti isi tulisannya tentang benda

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007