subuh
; a. h
“aku ingin sampai kepada lelap
maka izinkan aku bermalam di matamu
sebelum subuh menjadi dongeng bagi pasukan kabut”
perbincangan belum selesai
namun kautergesa menemui pagi
padahal masih kuhayalkan karam
di matamu yang mengandung garam
di bibirmu yang berpoles kelam
sebab di tubuhku ada sunyi yang melekat
menghujat gelap dalam perputaran waktu
tapi tak apa!
Biarkan kumaknai langit yang masih pekat
agar pasukan kabut menjelaskan perkara subuh
yang menjadi doa-doa di tubuhmu
seperti sebuah perkiraan yang suatu saat
berubah menjadi pasti
Januari 2008
; a. h
“aku ingin sampai kepada lelap
maka izinkan aku bermalam di matamu
sebelum subuh menjadi dongeng bagi pasukan kabut”
perbincangan belum selesai
namun kautergesa menemui pagi
padahal masih kuhayalkan karam
di matamu yang mengandung garam
di bibirmu yang berpoles kelam
sebab di tubuhku ada sunyi yang melekat
menghujat gelap dalam perputaran waktu
tapi tak apa!
Biarkan kumaknai langit yang masih pekat
agar pasukan kabut menjelaskan perkara subuh
yang menjadi doa-doa di tubuhmu
seperti sebuah perkiraan yang suatu saat
berubah menjadi pasti
Januari 2008
:“aku ingin sampai kepada lelap/ maka izinkan aku bermalam di matamu/ sebelum subuh menjadi dongeng bagi pasukan kabut”, betapa ia ingin kembali kepada harapan-harapan yang sempat sirna ditunjukan oleh penulis pada awal larik ini. seperti seseorang yang ingin kembali kepada rumah. di mana ia dapat mengembalikan dirinya yang mengambang dan tak tentu arah, dan ditambah lagi dengan kalimat "sebelum subuh menjadi dongeng bagi pasukan kabut" yang menggambarkan sesuatu yang asap atau mimpi atau bentuk yang tak tentu.
BalasHapus:"perbincangan belum selesai/ namun kautergesa menemui pagi", mungkin penulis ingin menyatakan kegelisahan tentang hatinya, namun yang diharapkan untuk menjadi tempat kembalinya, bergegas menemui pagi dan si penulis kembali kepada tak terarahnya dirinya. tapi kata-kata ini kemudian ia tegarkan kembali di akhir bait sajak ini dengan kata-kata: "tapi tak apa!/ Biarkan kumaknai langit yang masih pekat/ agar pasukan kabut menjelaskan perkara subuh/ yang menjadi doa-doa di tubuhmu/
seperti sebuah perkiraan yang suatu saat/ berubah menjadi pasti/"
pada sajak subuh ini yang diperuntukkan seseorang ini, penulis menyampaikan kegelisahannya yang belum selesai. sebuah proses pencarian diri yang dilematis dan dramatis ditunjukkan dalam sajak-sajak Fitri Yani ini. namun di sisi lain, hal-hal yang ia tunjukkan tadi ia ungkapkan dengan sangat sederhana. proses pengendapan yang matang. pada akhirnya, setiap orang memiliki tempat kembali; di mana setiap orang akan kembali menjadi dirinya sendiri. mungkin tempat kembalinya itu rumah, kekasih, atau tempat yang sepi atau apa saja di mana ia dapat merenungkan dirinya dan menetralkan emosinya. inilah yang ingin digambarkan pada sajak Subuh ini. tetapi tak semua harapan itu dapat kita dapatkan dengan mudah. ada proses-proses yang menuntut hal-hal di dalam diri kita. terima kasih. teruslah menjadi yang terbaik Fitri.
yang pertama, terimakasih atas semuanya abang....kebersamaan yang tak tahu akan bermuara di mana. kau pernah mengatakan, siapa yang tak pernah terluka, siapa yang tak pernah mencari, semua mencari, semua berjalan, semua terluka.....dan lagi-lagi, yang menjadi soal adalah kapan kita akan sampai tapi sampai kapan kau akan setia menemaniku berjalan...kita sudah minum anggur bersama. melewati malam yang pernah bercerita tentang kisah remaja yang dilanda asmara....akirnya, teruslah senandungkan lagu-lagu dari petikan gitarmu. sampai aku benar-benar mabuk dan ingin kembali ke suatu tempat yang entah.
BalasHapussudah lama sekali ini tertulis, ya. aku sendiri hampir lupa dan heran saat menemukan ini lagi..hmmm....
BalasHapus