di tepi danau lelaki itu terdiam
dia tahu Tuhan bukan tempat tawar
menawar, karena itu dia tidak menangis
tak ada kecipak ikan, juga perahu yang
siap mengantarnya menyeberang
tapi dia tetap berdiri
sebab ada sesuatu yang ditunggunya
sebutir debu surga yang mengganggu
matanya: Windardi, ibu tiga lutung
yang kecewa
namun wanita itu telah beku
tercenung di tubir jurang
menanti waktu untuk kembali
mencumbu matahari
dan lelaki itu, tua dan rapuh
tetap saja diam
seperti saat pertama kali
danau itu tercipta
dari denting cupu sang surya
:persetubuhan basi setetes embun
walaupun dia tahu
apa artinya pagi
Pacet, Januari 2007
Semua lelaki, ya hanyalah seorang lelaki.. yang tak bisa menerima dirinya telah dikhianati.
BalasHapusAh...satu puisi yang indah dan pasrah.