Perjuangan belum selesai
Malah bertambah gawat.
Tiga jarum jam
Seperti kincir angin dan anak-anaknya
Berputar dan bolak-balik
Di situ-situ juga.
Kutelan jagatmu
Sedikit demi sedikit.
Dan engkau!
Kuhisap ruhmu demi nafsuku.
Engkau bertualang menuju tiada.
Bara membakar tubuh dan ruhmu
Kuhembuskan lagi, menuju ayahmu.
Kuijinkan engkau pergi
Menuju langit malam
Dan kosongnya ruang
Antara langit dan bumi.
Juga engkau!
Hitam wujudmu
Ketakterdugaan esok
Tak pasti merayu.
Tampak serasi engkau
Berperangai dan berpola
Pahit dan manis, saling menjaga.
Konstruk macam apa?
Rumus kitab abstraksi yang mana?
Kalian berdua, sama-sama tiada
Pada akhirnya, aku juga!
2006
Sulaiman Djaya lahir di Serang, Banten 1 Januari 1978. Antologi puisinya berjudul Mazmur Musim Sunyi (Songsong Budaya, Juli 2005). Selain menulis puisi, saat ini aktif sebagai penggiat Jaringan Intelektual Mahasiswa dan Masyarakat Serang (JIMMS) di Serang, Banten, dan periset di Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina Jakarta.
sajak nya oke top
BalasHapussajak lakilaki, yang tak jauh dengan secangkir kopi pahit dan sebatang rokok.
BalasHapuskau pasti cumbui malammalammu, hingga begitu membuncah dalam kata, hmmm