: Samosir Island
sehelai langit purnama
mewarnai kunang-kunang
yang terburai
dikibas sayap keluang-pulang
di bawah semburat awan bening
yang tersobek liris-liris
angin berisi risau jangkrik, terdengar
mengarak-arak sekeping bulan perak ke tenggara
sembari menyiulkan sayatan ayat-ayat rindu
milik para malaikat perempuan
yang bergelantungan di lingkar-pelangi-malam
:para malaikat
yang pamit dari perjamuan-kayangan, turun
menyapa kunang-kunang
dan berhinggapan di atas buih reriak danau
dari celah surga, tuhan membaca malam
tuhan tertarik,
tuhan melirik
tepian Toba merendam
segerombol tubuh malaikat perempuan
sesekali tersenyum, saat ombak-ombak mungil
terbelah oleh kibas selendang-selendang kiamat
yang terus mengibarkan dedenyut waktu
tapi, hanya beberapa kokok
sebelum gerbang subuh menyala,
bahak-bahak tuhan tuntas
menguap ke rembulan perak
dan tinggal suara seribu-satu kepak
berpacu menggapai Pusuk Buhit
menyudahi ritual-ritual danau para penghuni angin
Pusuk Buhit, Januari
sehelai langit purnama
mewarnai kunang-kunang
yang terburai
dikibas sayap keluang-pulang
di bawah semburat awan bening
yang tersobek liris-liris
angin berisi risau jangkrik, terdengar
mengarak-arak sekeping bulan perak ke tenggara
sembari menyiulkan sayatan ayat-ayat rindu
milik para malaikat perempuan
yang bergelantungan di lingkar-pelangi-malam
:para malaikat
yang pamit dari perjamuan-kayangan, turun
menyapa kunang-kunang
dan berhinggapan di atas buih reriak danau
dari celah surga, tuhan membaca malam
tuhan tertarik,
tuhan melirik
tepian Toba merendam
segerombol tubuh malaikat perempuan
sesekali tersenyum, saat ombak-ombak mungil
terbelah oleh kibas selendang-selendang kiamat
yang terus mengibarkan dedenyut waktu
tapi, hanya beberapa kokok
sebelum gerbang subuh menyala,
bahak-bahak tuhan tuntas
menguap ke rembulan perak
dan tinggal suara seribu-satu kepak
berpacu menggapai Pusuk Buhit
menyudahi ritual-ritual danau para penghuni angin
Pusuk Buhit, Januari
Komentar
Posting Komentar