Aku sakit. Orang-orang terbaring
di atas tubuhku. Mereka demam. Angin
membawa debu ke rambut dan misaiku—
membawa banyak suara—juga potongan gambar
cahaya menetes dari lubang atap. Ular itu
bergelung di atas lemari obat
Memandang aku
Aku sakit. Aku terbaring
di atas tubuh setiap orang. Mereka bekerja
siang dan malam. Tubuh mereka penuh suara
ambulan. Aku berlari membawa tubuh ibu
mendorong brankar sepanjang lorong bangsal—
ke ruang cuci darah. Langit menetes
dari lubang atap. Ular itu
mendesis
Memandang aku
Aku sakit. Orang-orang mengerang
di atas brankar. Angin menghembus lengang—
berbagi dingin dengan bayang. Potongan gambar
dan suara berjatuhan di lantai, seperti air hujan
di loket pendaftaran kata-kata menunggu sambil
berusaha keras mengucapkan sebuah nama. Tubuhnya
bau kamper. Gelap menetes dari lubang atap. Ular itu
mendekat
Menjalar di atas tubuhku
2011
Ahdan Imran
di atas tubuhku. Mereka demam. Angin
membawa debu ke rambut dan misaiku—
membawa banyak suara—juga potongan gambar
cahaya menetes dari lubang atap. Ular itu
bergelung di atas lemari obat
Memandang aku
Aku sakit. Aku terbaring
di atas tubuh setiap orang. Mereka bekerja
siang dan malam. Tubuh mereka penuh suara
ambulan. Aku berlari membawa tubuh ibu
mendorong brankar sepanjang lorong bangsal—
ke ruang cuci darah. Langit menetes
dari lubang atap. Ular itu
mendesis
Memandang aku
Aku sakit. Orang-orang mengerang
di atas brankar. Angin menghembus lengang—
berbagi dingin dengan bayang. Potongan gambar
dan suara berjatuhan di lantai, seperti air hujan
di loket pendaftaran kata-kata menunggu sambil
berusaha keras mengucapkan sebuah nama. Tubuhnya
bau kamper. Gelap menetes dari lubang atap. Ular itu
mendekat
Menjalar di atas tubuhku
2011
Ahdan Imran
Komentar
Posting Komentar