Kusulam sungai dengan tangan yang sakit,
dengan bergelas-gelas kopi, dengan seluruh ingatan
buruk yang bergelantungan di rambutku. Entah
dari hulu yang mana sungai ini datang, membelah
kota, seperti juga entah sejak kapan aku
berada dalam kamar ini
Buih dan arus air terus menyerbu tanganku
Di antara gulungan benang, rokokku berulangkali
padam. Jauh ke pusat malam tubuhku semakin kurus,
ginjalku kerap terasa sakit. Tapi sebaiknya tak ada
yang harus kupikirkan. Juga orang-orang yang saling
berbisik, mengancamku dengan seekor anjing
dalam kepalanya
Tanganku terus menyulam,
bergerak di antara air dan ikan-ikan,
menjadi rakit dan jembatan
Kunyalakan pemanas air. Di luar
suara hujan seperti derap sepasukan berkuda
seseorang melintasi kamar tergesa, lalu membanting
pintu. Seorang lelaki mengeluh di seberang sungai,
di depan sebuah lukisan. Tubuhnya terikat
di tiang kayu yang terbakar, kulitnya mengelupas,
tulang-tulangnya merah
Kusulam sungai dengan gambar-gambar
tubuhku sendiri, dengan bergelas-gelas kopi,
dengan perempuan lain yang menatapku dari dalam
cermin. Ah! Menjadi perempuan adalah menyulam
baju hangat bagi para lelaki. Tapi sebaiknya tak ada
yang harus kupikirkan
Dalam sulamanku lelaki hanya sepasukan
berkuda tanpa kepala
Kusulam sungai dengan bergulung-gulung
benang yang mengurung tubuhku. Di luar hujan
melewati jembatan. Kopiku habis dan rokokku
padam lagi, sedang handphoneku jatuh ke dalam
air. Sungai terus mengalir ke dalam sulamanku,
menjadi laut dan tubuhku. Suatu hari,
ombak dan gelombangnya
akan sampai padamu!
2006
Ahda Imran
dengan bergelas-gelas kopi, dengan seluruh ingatan
buruk yang bergelantungan di rambutku. Entah
dari hulu yang mana sungai ini datang, membelah
kota, seperti juga entah sejak kapan aku
berada dalam kamar ini
Buih dan arus air terus menyerbu tanganku
Di antara gulungan benang, rokokku berulangkali
padam. Jauh ke pusat malam tubuhku semakin kurus,
ginjalku kerap terasa sakit. Tapi sebaiknya tak ada
yang harus kupikirkan. Juga orang-orang yang saling
berbisik, mengancamku dengan seekor anjing
dalam kepalanya
Tanganku terus menyulam,
bergerak di antara air dan ikan-ikan,
menjadi rakit dan jembatan
Kunyalakan pemanas air. Di luar
suara hujan seperti derap sepasukan berkuda
seseorang melintasi kamar tergesa, lalu membanting
pintu. Seorang lelaki mengeluh di seberang sungai,
di depan sebuah lukisan. Tubuhnya terikat
di tiang kayu yang terbakar, kulitnya mengelupas,
tulang-tulangnya merah
Kusulam sungai dengan gambar-gambar
tubuhku sendiri, dengan bergelas-gelas kopi,
dengan perempuan lain yang menatapku dari dalam
cermin. Ah! Menjadi perempuan adalah menyulam
baju hangat bagi para lelaki. Tapi sebaiknya tak ada
yang harus kupikirkan
Dalam sulamanku lelaki hanya sepasukan
berkuda tanpa kepala
Kusulam sungai dengan bergulung-gulung
benang yang mengurung tubuhku. Di luar hujan
melewati jembatan. Kopiku habis dan rokokku
padam lagi, sedang handphoneku jatuh ke dalam
air. Sungai terus mengalir ke dalam sulamanku,
menjadi laut dan tubuhku. Suatu hari,
ombak dan gelombangnya
akan sampai padamu!
2006
Ahda Imran
Komentar
Posting Komentar