Langsung ke konten utama

Brosur Wisata Belanja Kota Bandung

Kota ini berasal dari lumpur dasar danau yang menempel di sepatu seorang Gubernur Jenderal.

Lalu tuan-tuan perkebunan membuat kota ini dari sisa-sisa kecantikan seorang germo yang didatangkan dari Paris. Kota tempat tuan-tuan perkebunan pelesir. Belanja dan bergaya. Mereka membawa juga banyak sekolah. Sekolah yang mengajak anak-anak Inlander melihat barisan orang menyerbu penjara Bastille.

Kota ini berangin seperti perempuan yang berbisik di balik daun telingamu.

Mari belanja. Orang-orang membawa tubuhnya ke toko baju. Menumpuk tubuhnya dalam troli. Taruh saja tubuhmu di situ. Seorang walikota akan mendorongnya. Ia memakai sepatu Gubernur Jenderal. Mengajakmu mengelilingi seluruh toko baju di kota ini. Toko baju yang membuat kota ini menjadi ruang rias dalam gedung sandiwara. Gedung sandiwara dengan panggung yang tak punya ingatan.

Lihat. Penunjuk arah di kota ini. Semua menuju toko baju, mall, apartemen yang semua namanya terapung-apung dalam bahasa Inggris. Di depan kasir kau menerima senyum puas para gadis muda yang manis. Senyum untuk kartu kredit dan tubuhmu yang terlipat dalam kantung toko baju.

Kota ini kuah batagor yang menetes dari ruang sauna dan panti pijat.

Mari makan. Udara kota ini membuatmu selalu merasa lapar. Bawa tubuhmu ke mana saja. Kota ini akan memasak apa saja untuk tubuhmu. Kota ini meja makan besar. Meja makan yang dipenuhi bunga-bunga plastik, steak dan kuah batagor yang menetes dari ruang sauna dan panti pijat. Kau bisa makan sambil mendengarkan suara angklung atau karinding underground. Atau suara lemah anak-anak mengamen yang bernyanyi hanya dengan menepuk-nepuk tangannya. Memakai kaos Persib.

2012
Ahda Imran

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007