Aku telah menaruhmu
dalam bahaya. Di senja remang
angin muara ketika air pasang
dan pulau-pulau menghilang
Kumasuki semenanjung
berjalan ke selat tak bernama. Orang-orang
menyeberang dan meninggalkan tubuhnya
berlabuh di punggungku. Membawa
kabut dan kapal-kapal hantu
Di kelopak mataku
tubuhmu bergetar. Pikiranku dirasuki
kegilaan yang aneh. Setiap hari aku melihat
cahaya tanpa ruang dan bayang. Seluruh ikatan
terurai, tapi setiap kepergian selalu menyimpan
kutukannya sendiri
Kedua tanganku memanjang
dengan jemari yang membusuk
Laut adalah kelambu yang terbuka
aku tidur dengan perempuan bersuara
kasar. Anak-anak kami lahir dengan lidah
bersisik. Mereka tak menyerupai siapapun
leluhur mereka adalah sungai
yang gelap
Aku telah menaruhmu
dalam bahaya. Di semenanjung yang jauh,
di tengah deru angin muara, di selat
yang tak bernama
Dan menjelang air pasang
di kelopak mataku tubuhmu
menjadi bayang
sebelum pulau-pulau menghilang
2009
Ahda Imran
sumber: sajaktanahair.blogspot.com
dalam bahaya. Di senja remang
angin muara ketika air pasang
dan pulau-pulau menghilang
Kumasuki semenanjung
berjalan ke selat tak bernama. Orang-orang
menyeberang dan meninggalkan tubuhnya
berlabuh di punggungku. Membawa
kabut dan kapal-kapal hantu
Di kelopak mataku
tubuhmu bergetar. Pikiranku dirasuki
kegilaan yang aneh. Setiap hari aku melihat
cahaya tanpa ruang dan bayang. Seluruh ikatan
terurai, tapi setiap kepergian selalu menyimpan
kutukannya sendiri
Kedua tanganku memanjang
dengan jemari yang membusuk
Laut adalah kelambu yang terbuka
aku tidur dengan perempuan bersuara
kasar. Anak-anak kami lahir dengan lidah
bersisik. Mereka tak menyerupai siapapun
leluhur mereka adalah sungai
yang gelap
Aku telah menaruhmu
dalam bahaya. Di semenanjung yang jauh,
di tengah deru angin muara, di selat
yang tak bernama
Dan menjelang air pasang
di kelopak mataku tubuhmu
menjadi bayang
sebelum pulau-pulau menghilang
2009
Ahda Imran
sumber: sajaktanahair.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar