Langsung ke konten utama

Sajak-sajak Kurniawan Yunianto

MAAF, AKU MEMBUAT PENGECUALIAN

aku tahu
kau begitu sangat dapat menutup rapatrapat
segenap pintu
yang termungkinkan menuju
ke rasa galau dan kesedihan mu

pernah memang pada akhirnya
aku membuat pengecualian
sempat ku rasakan kegetirankegetiran
yang bisa jadi tak pernah kau ijinkan kluyuran
meski cuma lewat pandang mata
namun aku tak sampai hati untuk berlamalama di sana
kerna sepertinya aku telah mencuri sesuatu dari mu
hingga akhirnya ku cukupkan kehadiran ku

pergi dari hadapan mu
dalam arti yang sebenarnya


CATATAN TAHUN 2007

nyaris di sepanjang tahun ini
di tiap malam menjelang pagi
ratusan burung silih berganti datang dan pergi

bahkan beberapa di antara mereka begitu betah
menjadikan pohon nangka depan rumah
tempat singgah mukim dan istirah

burungburung itu
riuhkicaunya bikin jiwa risih

burungburung itu
geleparsayapnya bikin hati kian perih

burungburung itu
tegursapanya bikin kalbu makin merepih

aih ternyata penawar rindu sedang menunggu
sungguh begitu dekat tak jauh dari pintu
lalu ke mana dulu aku
kenapa tak pernah tahu menahu

meski banyak orang menginginkannya tumbang
pohon nangka itu hingga kini tak jua ku tebang
ku biarkan saja tetap menjulang
tempat burungburung menanamkan kasihsayang

ada memang yang ingin butuh ku bilang
di banyak air matamelinang
hanya satu yang pantas dikenang
sayang engkau tak pernah datang


SERUPA PELANGI

tak ada jeda
di batas warna
hanya bias bias
pantulan cahaya

begitu pula kau dan aku
ia dan mereka
meski nyata berbeda
berjalan dari asal
ke tujuan yang sama

serupa pelangi :
menjelma sementara
lalu menipu kita
sehabis hujan reda


MENYELARAS

daun daun kering itu luruh ke tanah
berserakan di halaman
mereka tanggal begitu saja dari rantingnya
bukan karena gaya tarik bumi
sungguh bukan pula angin nakal
yang menghempaskannya ke bawah

lihat
justeru daun daun kering itu
telah menyatukan kehendak mereka
dengan kehendak yang juga telah menumbuhkannya
: lebih dari sekedar rasa mencinta yang sangat

mereka telah meniadakan
keinginan dan harapan
tak ada protes dan penolakan
begitu pas
menyelaras

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...