DIALOG KEADILAN
Tentunya kamu sudah tahu
Dengan mata yang tertempel pada badanmu
Bahwa di sekelilingmu
:adalah bagian dari kamu
Jaraknya semakin jauh
Sudah pasti, kamulah pembuatnya
“Supaya ada bedanya”katamu
Ada sebuah kepastian
siapa kuli dan siapa juragan
:Dan kepastian:siapa pengelola negeri ini
Aku tahu, kini cita-citamu
:menjadikan kuli selamanya kuli
“itu sudah takdirnya”Katamu
Kalau itu benar,kejam benar Tuhan
Buktinya Tuhan tidak turun ke dunia
Berarti Dia tidak marah
Kalau Tuhan tidak turun ke dunia, apakah sudah pasti semua yang ada di dunia benar?
Apakah kamu percaya Tuhan itu ada?Katamu
Tentu !
Berati kekuasaan Tuhan di dunia dimana?
Tuhan telah serahkan pada kita.
“Tuhan di dunia hanya keyakinan, Tuhan sebenarnya hanya ada di akherat”**
Berarti apa yang saya lakukan, selama tidak melanggar aturan negeri ini akan selalu benar di mata Tuhan. Dan aku pasti masuk surgaNYA, seberapa besarnya melanggar perintah Tuhan.
Ha….ha….aku dapat dunia dan Akherat !!
Apa dasarnya?Kataku
Dunia terbatas, akherat tidak terbatas.Sehingga ketika umur dosaku di dunia telah habis,Tuhan tidak berhak menuntutku untuk sesuatu yang belum aku lakukan.
Ternyata,dasar inilah yang kamu pakai
Sehingga kamu tidak takut berbuat apapun.
Pakai aturanku, ini aturan terbaru !! Katamu
Bogor,2007
**di ambil dari Wahdat Al-Wujud Ibn-Arabi
---
PABRIK PUISI
Semenjak pintu gerbang ini terbuka untukku. Ada sebuah harapan besar yang terwujudkan. Tiga bulan yang lalu, aku mengetuknya lewat selembar surat. Pas Pos mengantarnya dengan selembar perangko sebagai pesuruhnya. Sungguh, aku tidak pernah mengenal satu pun mahkluk yang ada di dalamnya. Kamu harus percaya ! Tolong jangan ulangi pertanyaan yang serupa.
Aku datang pertama dengan mengetuk pintu gerbang ini, setelah dering telpon di HP-ku menyalak ketika aku sedang menulis puisi. Dan sepertinya, aku harus segera meremas-remas kertas puisi yang selalu mengajarkanku untuk bermimpi. Suara dari balik HP-ku jauh lebih penting dari sejuta puisi yang tidak pernah memberikan rejeki. Ah, pusi hanya tentang omong kosong di sudut impian dan koranpun enggan memuatnya.Koran juga sebuah kotak sabun yang hanya mamajang keharuman para sastrawan. Jadi, aku harus melempar harapan pada kedalaman puisi yang tidak mampu membeli sejumput nasi.
Aku datang! Pintu gerbang di geser.ada keriuhan di dalamnya.orang berlalu-lalang. Bunyi suara bel, adalah sebuah tanda mulai atau selesai. Dengan sebuah label visitor yang tersemat di dada kiri,aku di bimbing memasuki sebuah arena baru. Kesopanan yang tersimpan kini mulai aku keluarkan.Dengan tersenyum dan menunduk terhadap lalu-lalangnya orang.”Selamat pagi Bu Lili, saya Anu?”Dia tersenyum hambar, menjawab datar lalu menunjuk sebuah bangku.Tanganku bersalaman dengan angin. Aku hanya mengikutinya dengan senyum hambar,ketika dia menyorongkan sebuah kertas.Aku mengisinya menyerahkan dan pulang. Benar-benar hambar dan datar. Tapi,aku butuh ini sebab hal ini lebih berharga daripada membuat segepok puisi. Jangan bilang nilai, sebab harga di sini tidak bisa di ukur dengan nilai. Lebih berguna UMR dari pada segepok puisi.
Tanpa terasa pintu gerbang ini telah memasungku 3 bulan.Ah, selalu saja kita teraniaya tanpa bisa membela. Kertas segel yang aku tanda tangani sepertinya sebuah jendral yang menyuruh prajuritnya untuk bunuh diri”Diluar masih banyak yang menunggu”itu yang setiap hari selalu terdengar. Aku hanya bisa bersyukur pada penderitaan orang lain. Kini,aku berkumpul dengan mesin orang yang patuh terhadap bel. Kebebasan pada lembaran kertas pusi adalah mimpi dalam sebuah realita yang menuntut akan sebuah hidup. Tanpa pusi aku dapat hidup.
Waktu terus mengalir, harapan terus bergulir. Waktu semakin semakin tidak bisa di ukur dengan jam. Waktu hanya bisa di ukur dengan kerja lembur. Rumah dan puisi? Ah,kini tinggal mimpi. Aku sering bertemu lewat mimpi yang kadang-kadang menyelinap dalam sepi.
Saatnya untuk bermimpi membuat pusi. Koran milik siapa ya?Apa masih di miliki sekotak sabun wangi.
Bogor,November 2007
---
KORBAN
Gulungan ombak zaman
Mengantarkan kapal tanker kepantai
Orang-orang masih sibuk mengais butiran air laut yang tersengat sinar matahari
Perahu cadik,
Melambaikan salam perpisahan
Nelayan membalas
Dengan kesedihan
Sinar matahari esok
Akan bertambah terang
:Katanya
Besi-besi
Mulai datang tanpa permisi
Mulai terapung
Dengan harga yang membumbung
Keramaian semakin terasa
Menambah luka
Ikan-ikan tertumpuk di gudang
Menyebarkan bau menyengatkan
Kapal tanker
Merapat lagi kepantai
Membawa kotak besi pengawet ikan
:standart Luar Negeri
Tabungan luka
Kini menuai hasilnya
Tiada pilihan
Untuk tidak berjabat tangan
Bulan depan
Kabarnya,
Kapal tanker akan merapat lagi
Bawa apa?
Angin pagi
Diiringi suara Adzan
Siap-siap bertambah beban
Demak,April 2006
---
PENDERITAAN I
Membakar jerami
Untuk menandingi awan
Padi-padi
Tanpa bekas mengalir ke kota
Asap jerami
Menyebarkan tanda kemakmuran
Maukah kamu menerima semangat?
---
PENDERITAAN II
Jangan kuatir
Asap jerami disini
Akan berubah menjadi nasi
Bukankah sekarang buah jarak dapat mengganti minyak bumi?
Siapkah kamu berangkat?
Pupuk bersubsidi
Tidak merubah nasib pak tani
---
PENDERITAAN III
Kamu menggelengkan kepala
sebelum,
pemerintah sempat bertanya
--Selesai--
Demak,April 2006
---
MENUNGGU
Apakah yang terjadi di antara kita ?
Sehingga ada sesuatu yang tersisa
Untuk apa?
Garis yang saling bersilangan
Akan membentuk sebuah bingkai lukisan
Aku ingin kamu melukisnya
Dengan hati dan jiwa yang telah kamu rasakan
Sekarang,
Aku sedang terganjal sebuah harapan
Apakah aku dan kamu yang sangat berbeda
Dapat tiba di stasiun yang sama?
Jangan pernah menyimpan mimpi
Di balik bantal
:karena akan sesal
Jangan pernah menyulam
Dalam diam
:karena akan kelam
Jika malam telah melipat
Bersama angin yang berkelebat
Aku ingin hati kita merapat
Bukankah kita membutuhkan untuk bersepakat?
Telah lama rasa ini bersemayam di dada
Seperti matahari yang tidak sabar menyapa pagi
Tidak perlu kamu menyimpan ragu
Karena ragu,
:hanya akan membuat kita selalu di jajah waktu
Yogyakarta,1999
---
UNTUKMU
Sorot Matamu
Telah membawa hati ini
Melalui pintu,
Yang tanpa sengaja terbuka
Deret kata adalah nyawa
Aku mencoba menuangkan dalam kejernihan yang mendalam
Jika,Tidak melihatmu,Dik
Dari sebuah sudut pandangku
Terasa ada yang berbeda
Seperti,malam yang enggan menyampaikan salam kepada bulan
Semenjak sorot mata ,mendekam di hati
Aku merasa
Ada yang tertusuk pada hatiku
Kamu tahu,Dik?
Duri itu menancap begitu dalam
Setelah kamu juga merasakan nyeri
Aku ingin
:Detak jantungmu akan menggetarkan ujung nadiku
Peta telah aku gelar, Dik
Layar telah aku bentangkan
Kompas ada di tanganmu
Jika hatimu tergerak
:Pasti,kamu akan tahu dimana akan berpijak!
Yogya,1999
---
Moch Arif Makruf
ALUMNI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
Penggiat di SAINS,Sajogyo Inside Bogor
Anggota KMB(komunitas menulis Bogor)
Beberapa Puisi saya tergabung dalam antologi bersama penulis muda,yang terbit tanggal 7 agustus 2007
Beberapa tulisan saya baik berupa Opini,cerpen,puisi dan esai sastra pernah dimuat di harian suara Karya,surya(jawa Timur),Pakuan Raya(bogor),majalah anak orbit,Batam Pos dan lain-lain.)
Perumahan Bukit Mekar Wangi
Blok C8 No.6
Kec.Tanah Sareal,Ds.Mekar Wangi Bogor-Jawa Barat
Telepon : (0251)7536078/0815 6544964
Email:Endoetmembara@gmail.com
Tentunya kamu sudah tahu
Dengan mata yang tertempel pada badanmu
Bahwa di sekelilingmu
:adalah bagian dari kamu
Jaraknya semakin jauh
Sudah pasti, kamulah pembuatnya
“Supaya ada bedanya”katamu
Ada sebuah kepastian
siapa kuli dan siapa juragan
:Dan kepastian:siapa pengelola negeri ini
Aku tahu, kini cita-citamu
:menjadikan kuli selamanya kuli
“itu sudah takdirnya”Katamu
Kalau itu benar,kejam benar Tuhan
Buktinya Tuhan tidak turun ke dunia
Berarti Dia tidak marah
Kalau Tuhan tidak turun ke dunia, apakah sudah pasti semua yang ada di dunia benar?
Apakah kamu percaya Tuhan itu ada?Katamu
Tentu !
Berati kekuasaan Tuhan di dunia dimana?
Tuhan telah serahkan pada kita.
“Tuhan di dunia hanya keyakinan, Tuhan sebenarnya hanya ada di akherat”**
Berarti apa yang saya lakukan, selama tidak melanggar aturan negeri ini akan selalu benar di mata Tuhan. Dan aku pasti masuk surgaNYA, seberapa besarnya melanggar perintah Tuhan.
Ha….ha….aku dapat dunia dan Akherat !!
Apa dasarnya?Kataku
Dunia terbatas, akherat tidak terbatas.Sehingga ketika umur dosaku di dunia telah habis,Tuhan tidak berhak menuntutku untuk sesuatu yang belum aku lakukan.
Ternyata,dasar inilah yang kamu pakai
Sehingga kamu tidak takut berbuat apapun.
Pakai aturanku, ini aturan terbaru !! Katamu
Bogor,2007
**di ambil dari Wahdat Al-Wujud Ibn-Arabi
---
PABRIK PUISI
Semenjak pintu gerbang ini terbuka untukku. Ada sebuah harapan besar yang terwujudkan. Tiga bulan yang lalu, aku mengetuknya lewat selembar surat. Pas Pos mengantarnya dengan selembar perangko sebagai pesuruhnya. Sungguh, aku tidak pernah mengenal satu pun mahkluk yang ada di dalamnya. Kamu harus percaya ! Tolong jangan ulangi pertanyaan yang serupa.
Aku datang pertama dengan mengetuk pintu gerbang ini, setelah dering telpon di HP-ku menyalak ketika aku sedang menulis puisi. Dan sepertinya, aku harus segera meremas-remas kertas puisi yang selalu mengajarkanku untuk bermimpi. Suara dari balik HP-ku jauh lebih penting dari sejuta puisi yang tidak pernah memberikan rejeki. Ah, pusi hanya tentang omong kosong di sudut impian dan koranpun enggan memuatnya.Koran juga sebuah kotak sabun yang hanya mamajang keharuman para sastrawan. Jadi, aku harus melempar harapan pada kedalaman puisi yang tidak mampu membeli sejumput nasi.
Aku datang! Pintu gerbang di geser.ada keriuhan di dalamnya.orang berlalu-lalang. Bunyi suara bel, adalah sebuah tanda mulai atau selesai. Dengan sebuah label visitor yang tersemat di dada kiri,aku di bimbing memasuki sebuah arena baru. Kesopanan yang tersimpan kini mulai aku keluarkan.Dengan tersenyum dan menunduk terhadap lalu-lalangnya orang.”Selamat pagi Bu Lili, saya Anu?”Dia tersenyum hambar, menjawab datar lalu menunjuk sebuah bangku.Tanganku bersalaman dengan angin. Aku hanya mengikutinya dengan senyum hambar,ketika dia menyorongkan sebuah kertas.Aku mengisinya menyerahkan dan pulang. Benar-benar hambar dan datar. Tapi,aku butuh ini sebab hal ini lebih berharga daripada membuat segepok puisi. Jangan bilang nilai, sebab harga di sini tidak bisa di ukur dengan nilai. Lebih berguna UMR dari pada segepok puisi.
Tanpa terasa pintu gerbang ini telah memasungku 3 bulan.Ah, selalu saja kita teraniaya tanpa bisa membela. Kertas segel yang aku tanda tangani sepertinya sebuah jendral yang menyuruh prajuritnya untuk bunuh diri”Diluar masih banyak yang menunggu”itu yang setiap hari selalu terdengar. Aku hanya bisa bersyukur pada penderitaan orang lain. Kini,aku berkumpul dengan mesin orang yang patuh terhadap bel. Kebebasan pada lembaran kertas pusi adalah mimpi dalam sebuah realita yang menuntut akan sebuah hidup. Tanpa pusi aku dapat hidup.
Waktu terus mengalir, harapan terus bergulir. Waktu semakin semakin tidak bisa di ukur dengan jam. Waktu hanya bisa di ukur dengan kerja lembur. Rumah dan puisi? Ah,kini tinggal mimpi. Aku sering bertemu lewat mimpi yang kadang-kadang menyelinap dalam sepi.
Saatnya untuk bermimpi membuat pusi. Koran milik siapa ya?Apa masih di miliki sekotak sabun wangi.
Bogor,November 2007
---
KORBAN
Gulungan ombak zaman
Mengantarkan kapal tanker kepantai
Orang-orang masih sibuk mengais butiran air laut yang tersengat sinar matahari
Perahu cadik,
Melambaikan salam perpisahan
Nelayan membalas
Dengan kesedihan
Sinar matahari esok
Akan bertambah terang
:Katanya
Besi-besi
Mulai datang tanpa permisi
Mulai terapung
Dengan harga yang membumbung
Keramaian semakin terasa
Menambah luka
Ikan-ikan tertumpuk di gudang
Menyebarkan bau menyengatkan
Kapal tanker
Merapat lagi kepantai
Membawa kotak besi pengawet ikan
:standart Luar Negeri
Tabungan luka
Kini menuai hasilnya
Tiada pilihan
Untuk tidak berjabat tangan
Bulan depan
Kabarnya,
Kapal tanker akan merapat lagi
Bawa apa?
Angin pagi
Diiringi suara Adzan
Siap-siap bertambah beban
Demak,April 2006
---
PENDERITAAN I
Membakar jerami
Untuk menandingi awan
Padi-padi
Tanpa bekas mengalir ke kota
Asap jerami
Menyebarkan tanda kemakmuran
Maukah kamu menerima semangat?
---
PENDERITAAN II
Jangan kuatir
Asap jerami disini
Akan berubah menjadi nasi
Bukankah sekarang buah jarak dapat mengganti minyak bumi?
Siapkah kamu berangkat?
Pupuk bersubsidi
Tidak merubah nasib pak tani
---
PENDERITAAN III
Kamu menggelengkan kepala
sebelum,
pemerintah sempat bertanya
--Selesai--
Demak,April 2006
---
MENUNGGU
Apakah yang terjadi di antara kita ?
Sehingga ada sesuatu yang tersisa
Untuk apa?
Garis yang saling bersilangan
Akan membentuk sebuah bingkai lukisan
Aku ingin kamu melukisnya
Dengan hati dan jiwa yang telah kamu rasakan
Sekarang,
Aku sedang terganjal sebuah harapan
Apakah aku dan kamu yang sangat berbeda
Dapat tiba di stasiun yang sama?
Jangan pernah menyimpan mimpi
Di balik bantal
:karena akan sesal
Jangan pernah menyulam
Dalam diam
:karena akan kelam
Jika malam telah melipat
Bersama angin yang berkelebat
Aku ingin hati kita merapat
Bukankah kita membutuhkan untuk bersepakat?
Telah lama rasa ini bersemayam di dada
Seperti matahari yang tidak sabar menyapa pagi
Tidak perlu kamu menyimpan ragu
Karena ragu,
:hanya akan membuat kita selalu di jajah waktu
Yogyakarta,1999
---
UNTUKMU
Sorot Matamu
Telah membawa hati ini
Melalui pintu,
Yang tanpa sengaja terbuka
Deret kata adalah nyawa
Aku mencoba menuangkan dalam kejernihan yang mendalam
Jika,Tidak melihatmu,Dik
Dari sebuah sudut pandangku
Terasa ada yang berbeda
Seperti,malam yang enggan menyampaikan salam kepada bulan
Semenjak sorot mata ,mendekam di hati
Aku merasa
Ada yang tertusuk pada hatiku
Kamu tahu,Dik?
Duri itu menancap begitu dalam
Setelah kamu juga merasakan nyeri
Aku ingin
:Detak jantungmu akan menggetarkan ujung nadiku
Peta telah aku gelar, Dik
Layar telah aku bentangkan
Kompas ada di tanganmu
Jika hatimu tergerak
:Pasti,kamu akan tahu dimana akan berpijak!
Yogya,1999
---
Moch Arif Makruf
ALUMNI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
Penggiat di SAINS,Sajogyo Inside Bogor
Anggota KMB(komunitas menulis Bogor)
Beberapa Puisi saya tergabung dalam antologi bersama penulis muda,yang terbit tanggal 7 agustus 2007
Beberapa tulisan saya baik berupa Opini,cerpen,puisi dan esai sastra pernah dimuat di harian suara Karya,surya(jawa Timur),Pakuan Raya(bogor),majalah anak orbit,Batam Pos dan lain-lain.)
Perumahan Bukit Mekar Wangi
Blok C8 No.6
Kec.Tanah Sareal,Ds.Mekar Wangi Bogor-Jawa Barat
Telepon : (0251)7536078/0815 6544964
Email:Endoetmembara@gmail.com
Komentar
Posting Komentar