Langsung ke konten utama

Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1433 H

Puitika.Net mengucapkan Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1433 H untuk semua umat Islam yang merayakannya. Semoga amal ibadah kita selama bulan Ramadhan diterima di sisi Allah SWT. Amin.

Pembaca sekalian, tidak terasa Puitika.Net telah hadir di dunia maya selama lebih kurang 6 tahun. Bukan waktu yang singkat, tetapi juga bukan waktu yang terlalu panjang karena toh semua waktu itu telah kita lewati. Sekarang adalah waktu untuk mengambil pelajaran dari masa lalu itu untuk bekal kita melangkah di waktu-waktu mendatang.

Oktarano Sazano (Pemred Puitika.Net) telah wafat 1 tahun yang lalu, 24 Agustus 2011. Tanggal itu bertepatan dengan 24 Ramadhan 1432 H. Berita kepergiannya begitu mengejutkan. Bahkan hingga hari ini kami belum bisa percaya bahwa Sazano telah kembali berpulang ke sisi Allah AWJ, Tuhan Yang Maha Kekal. Masih tak percaya namun kami mengikhlaskannya, karena Tuhan telah menetapkannya. Yang dapat kami lakukan hanyalah berdoa semoga semua amal semasa hidupnya akan tercatat sebagai pengabdian yang bernilai tinggi di sisi Tuhan.

Sazano yang kami kenal adalah seorang figur yang amanah & jujur, berdaya juang tinggi, dan pantang menyerah atas semua rintangan yang menghadangnya. Tak ada kenangan buruk bersamanya. Satu-satunya kenangan buruk adalah bahwa kami belum bisa mewujudkan mimpi atas Puitika.Net dan Sazano tiba-tiba melepaskan semuanya. Meski semua itu tak diinginkannya.

Kita kembali ke Puitika.Net. Selama enam tahun ini masa-masa aktif Puitika.Net mungkin hanya berkisar 2006-2008. Tahun-tahun sesudahnya adalah masa-masa kekosongan yang kurang menyenangkan. Namun demikian kami mencoba tetap bertahan dengan rutin melakukan pemeliharaan atas naskah-naskah yang telah terbit di Puitika.Net sehingga Anda tak perlu kehilangan materi-materi puisi maupun artikel yang dapat memberikan inspirasi untuk menjadi penyair yang lebih baik.

Kami ingat tentang situs Cybersastra.net*) yang dulu kita cintai sebagai ruang belajar & berekspresi sekitar 2008 tiba-tiba menghilang dari dunia maya. Saat itu kami menyayangkannya karena begitu banyak basis data perpuisian yang mestinya bisa diambil sebagai pijakan perkembangan sastra di Indonesia untuk melangkah di waktu-waktu selanjutnya. Dengan berbekal ingatan itulah, kami berupaya untuk tetap mengudara dan menjaga agar semua naskah yang ada dalam basis data Puitika.Net tidak hilang.

Untuk saat ini, Puitika.Net masih belum dapat menyajikan materi-materi baru untuk Anda. Namun kami berusaha untuk dapat menyajikannya sesegera mungkin. Mohon doanya.

*) Cybersastra.Net sekarang dihidupkan lagi dengan memakai domain .org, sedangkan arsip2 cybersastra.net ternyata saat ini dapat kita akses melalui http://web.archive.org

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...