Langsung ke konten utama

Kokok Sepasang Ayam

I/

Dengarkan suara kami;

suara pemakan biji-bijian dari ladang petani
mahluk bersayap yang tak bisa terbang tinggi

suami-istri yang menggemakan mantra pagi
bersama langit dan matahari

dengarkan suara kami

hai mahluk berkaki dua,
yang gemar berganti rupa

;musang berbulu domba
elang bermata manusia

jangan terkam kami
dengan cakar-cakar api

jangan santap kami
dengan lidah-lidah benci

biarkan kami menggemakan mantra pagi
sahut-menyahut dengan sesama pemilik taji

mengatakan mimpi kepada para petani

seperti kutu-kutu di ketiak kami;
sekutu bagi ulat-ulat di mata kami…


Bangunkan kami, mahluk yang lebih dulu melihat matahari

di geliat pagi, di ambang mimpi para petani
kami akan menerkammu; suami-istri penggema mantra pagi

merobek-robek dada dan kepalamu

hingga kamu, kutu-kutu di ketiakmu, dan ulat-ulat di matamu
tak akan sempat terkejut dan mengedipkan mata



II/

di tengah ladang petani
ada tetes-tetes darah melayang di udara

melewati berkas cahaya matahari
membiaskan warna merah cemerlang
lalu jatuh di daun jagung yang kering

seekor elang terbang jauh ke angkasa


Bandarlampung, November 2008

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007