Kulihat, jemarinya mengacungkan satu jari, jari telunjuk. Manakala dia bangun dan duduk dari sujudnya, lantas bacaan takhiyyat melantun. Kulihat, kepalanya yang menggeleng ke kanan dan ke kiri, seraya mengucapkan salam pada seluruh mahluk yang ada di sisi kanan dan sisi kirinya.
Ya, kulihat jari jemari otak, dan hatinya saling mengacung, menunjuk pada apa yang hendak digapai dan bahkan seperti di pertuhankan.
Ya, kulihat kaki dan tangannya saling sikut dan mendepakkan ke arah sesamanya di dunianya ketika mereka saling mendekat untuk menggapai tuhan-tuhan yang lainnya
Kulihat engkau terkejut, ketika kami membicarakamu. Aku hanyalah selembar sajadah yang senantiasa melihatmu bermunajat kepada Nya, sungguh aku tak punya daya, ucap sajadah yang terlihat ketakutan melihat sang tuan dengan sorot mata yang tajam yang ditujukan ke arahnya.
Aku hanyalah dasi, sapu tangan, pena, handuk pengusap keringat, dan lain-lain alatmu ketika engkau bekerja, sungguh aku tak punya daya, sahut dasi, sapu tangan, pena, handuk, dan yang lainnya seraya memohon untuk tidak dicampakkan
Mata melototnya yang bahkan hampir saja keluar hendak menelan mereka, meredup sayu bahkan tersedu-sedu menangis. Tuhan, mereka membicarakanku. Lantas lelaki itu jatuh di perengkuhan lantai merebahkan sujudnya.
Dalam hening, sunyi, sepi di tengah siang bolong itu, “aku bukanlah hamba Mu yang patut engkau ampuni ya robby. Aku adalah orang-orang yang menyekutukan Mu dengan tuhan-tuhan uang, jabatan, popularitas, dan lain sebagainya. Aku adalah orang yang bukan senantiasa mendoakan keselamatan bagi sesamaku”.
Lantas kemudian, ronce-ronce yang ada di tepian atas dan bawah sajadah, membisikkan, bahwa memang seharusnya sholat kita menjadi perisai
Pekalongan, 13 november 2007
Ya, kulihat jari jemari otak, dan hatinya saling mengacung, menunjuk pada apa yang hendak digapai dan bahkan seperti di pertuhankan.
Ya, kulihat kaki dan tangannya saling sikut dan mendepakkan ke arah sesamanya di dunianya ketika mereka saling mendekat untuk menggapai tuhan-tuhan yang lainnya
Kulihat engkau terkejut, ketika kami membicarakamu. Aku hanyalah selembar sajadah yang senantiasa melihatmu bermunajat kepada Nya, sungguh aku tak punya daya, ucap sajadah yang terlihat ketakutan melihat sang tuan dengan sorot mata yang tajam yang ditujukan ke arahnya.
Aku hanyalah dasi, sapu tangan, pena, handuk pengusap keringat, dan lain-lain alatmu ketika engkau bekerja, sungguh aku tak punya daya, sahut dasi, sapu tangan, pena, handuk, dan yang lainnya seraya memohon untuk tidak dicampakkan
Mata melototnya yang bahkan hampir saja keluar hendak menelan mereka, meredup sayu bahkan tersedu-sedu menangis. Tuhan, mereka membicarakanku. Lantas lelaki itu jatuh di perengkuhan lantai merebahkan sujudnya.
Dalam hening, sunyi, sepi di tengah siang bolong itu, “aku bukanlah hamba Mu yang patut engkau ampuni ya robby. Aku adalah orang-orang yang menyekutukan Mu dengan tuhan-tuhan uang, jabatan, popularitas, dan lain sebagainya. Aku adalah orang yang bukan senantiasa mendoakan keselamatan bagi sesamaku”.
Lantas kemudian, ronce-ronce yang ada di tepian atas dan bawah sajadah, membisikkan, bahwa memang seharusnya sholat kita menjadi perisai
Pekalongan, 13 november 2007
Komentar
Posting Komentar