“apa sereal hari ini ma?”
aku bertanya pada ibuku.
yang sedang menghadapi dapurnya :
yang sedang bergayut pada keraguannya.
dinding jam memukul-mukul mentari di keningku :
mengingatkanku pada sarapan yang kemarin.
sarapan yang kemarin lebih indah.
ibuku membuat burger dengan saus tirai kamarku.
membuatnya lain dari pizza apapun yang ada di utara tempat tidurmu.
aku lapar.
setelah bangun dari kesunyian mimpi, aku lapar.
“apa sereal hari ini ma?”
tanyaku lagi.
iapun menoleh dari dapurnya :
tangannya memegang detik waktu
yang terus mengitari kipas angin yang menyala di depanku :
walaupun udara di luar semanis roti yang di panggang dalam kebenciannya,
tapi kipas itu terus menggumam : terus mengingau
lalu susuku tumpah
memantul di langit yang bersembunyi dalam nadiku
“apa sereal hari ini ma?”
namun ia tak menjawabku :
hanya riak dan derit takdir saja yang jatuh dari kelopak jiwanya
yuuna xiirou
2006
aku bertanya pada ibuku.
yang sedang menghadapi dapurnya :
yang sedang bergayut pada keraguannya.
dinding jam memukul-mukul mentari di keningku :
mengingatkanku pada sarapan yang kemarin.
sarapan yang kemarin lebih indah.
ibuku membuat burger dengan saus tirai kamarku.
membuatnya lain dari pizza apapun yang ada di utara tempat tidurmu.
aku lapar.
setelah bangun dari kesunyian mimpi, aku lapar.
“apa sereal hari ini ma?”
tanyaku lagi.
iapun menoleh dari dapurnya :
tangannya memegang detik waktu
yang terus mengitari kipas angin yang menyala di depanku :
walaupun udara di luar semanis roti yang di panggang dalam kebenciannya,
tapi kipas itu terus menggumam : terus mengingau
lalu susuku tumpah
memantul di langit yang bersembunyi dalam nadiku
“apa sereal hari ini ma?”
namun ia tak menjawabku :
hanya riak dan derit takdir saja yang jatuh dari kelopak jiwanya
yuuna xiirou
2006
Komentar
Posting Komentar