dari senggama pasir dan debu
fatamorgana membias perak,
oase mungkin sebuah lubang
begitu dingin
begitu dalam
di luas gurun,
di jauh gurun.
mungkin kau telah menutup matamu,
mengukur dahaga di lehermu ketika
seseorang tiba di puncak sunyi piramida
dan berkata:
“sphinx yang buta adalah bidak
yang jatuh dari luas langit
seperti usia hanya ingin kembali
jadi gurun abadi dari rahasia.”
dari senggama pasir dan debu,
seseorang mengirim tanda
dengan panji di tangannya,
ketika yang maya segaris
dengan gradasi bianglala:
debu pun beterbangan,
dan cinta ingin menjemputmu,
siang itu.
“sebenarnya aku tak ingin menjerit
siang itu.” gumammu perlahan.
dari senggama pasir dan debu
Tuhan pun telah mencipta tanda.
(2009)
fatamorgana membias perak,
oase mungkin sebuah lubang
begitu dingin
begitu dalam
di luas gurun,
di jauh gurun.
mungkin kau telah menutup matamu,
mengukur dahaga di lehermu ketika
seseorang tiba di puncak sunyi piramida
dan berkata:
“sphinx yang buta adalah bidak
yang jatuh dari luas langit
seperti usia hanya ingin kembali
jadi gurun abadi dari rahasia.”
dari senggama pasir dan debu,
seseorang mengirim tanda
dengan panji di tangannya,
ketika yang maya segaris
dengan gradasi bianglala:
debu pun beterbangan,
dan cinta ingin menjemputmu,
siang itu.
“sebenarnya aku tak ingin menjerit
siang itu.” gumammu perlahan.
dari senggama pasir dan debu
Tuhan pun telah mencipta tanda.
(2009)
"oh" jerit sang pasir
BalasHapus"Yes" lenguh sang debu
semua tercipta karena ilah.
*_^ bagus puisinya.
makasih atas komentx...
BalasHapussalam puisi...!!!