sejak cuaca memerahkan cakrawala
dengan puing cahaya warisan senja,
lengan-lengan waktu seakan datang,
hanya untuk melukis bilur lebam di dasar jiwa,
selebihnya—dunia yang hampa oleh pagutan rahasia
dari balik kata-kata.
aku mengenalmu tatkala angsana meluruhkan bunga,
sebelum tangis gerimis berduyun turun dari utara. kala itu,
tiada percakapan atau kenangan
yang mengundang hujan bernyayi
tentang sepetak beranda yang lengang dan sunyi.
ah, semenjak senja pergi, di udara
menggenang rintih-ratap menggetarkan bulan
lalu waktu menyerahkan jasad ke pangkuan malam.
selaksa pertemuan hanya diam terbungkam,
dan cinta senantiasa memabukkan
meski tanpa kehadiran, ungkapan
—tanpa percakapan.
Surabaya, Juni 2007
dengan puing cahaya warisan senja,
lengan-lengan waktu seakan datang,
hanya untuk melukis bilur lebam di dasar jiwa,
selebihnya—dunia yang hampa oleh pagutan rahasia
dari balik kata-kata.
aku mengenalmu tatkala angsana meluruhkan bunga,
sebelum tangis gerimis berduyun turun dari utara. kala itu,
tiada percakapan atau kenangan
yang mengundang hujan bernyayi
tentang sepetak beranda yang lengang dan sunyi.
ah, semenjak senja pergi, di udara
menggenang rintih-ratap menggetarkan bulan
lalu waktu menyerahkan jasad ke pangkuan malam.
selaksa pertemuan hanya diam terbungkam,
dan cinta senantiasa memabukkan
meski tanpa kehadiran, ungkapan
—tanpa percakapan.
Surabaya, Juni 2007
Komentar
Posting Komentar