sesempurna apa bila hati sunyi, lagi mengigau satu namamu.
masih tak kumengerti, namun kurasai
tanganku lantang tergerak menggali perigi, sendiri
mengharap mata air ruah tercurah, dan kelak membawaku
berperahu menuju muara di hatimu.
debu-debu salju dari beludru sayu bola matamu
mengajakku berdansa di bawah kubah cahaya
lalu memaksaku beku, seraya menghayati musim yang tak kukenali
namun selalu aku akrab senyum cuacanya, yang senantiasa
membuat bunga di taman kota, membuka kelopak rindunya.
duh rita, betapa singkat senja, betapa ringkas segala
seperti sajakku yang sahaja —menyerah pada malam,
terbenam beribu tafsir bisu, tentang diam seekor kupu,
seekor kupu dari hulu senyummu.
Surabaya, Februari 2007
masih tak kumengerti, namun kurasai
tanganku lantang tergerak menggali perigi, sendiri
mengharap mata air ruah tercurah, dan kelak membawaku
berperahu menuju muara di hatimu.
debu-debu salju dari beludru sayu bola matamu
mengajakku berdansa di bawah kubah cahaya
lalu memaksaku beku, seraya menghayati musim yang tak kukenali
namun selalu aku akrab senyum cuacanya, yang senantiasa
membuat bunga di taman kota, membuka kelopak rindunya.
duh rita, betapa singkat senja, betapa ringkas segala
seperti sajakku yang sahaja —menyerah pada malam,
terbenam beribu tafsir bisu, tentang diam seekor kupu,
seekor kupu dari hulu senyummu.
Surabaya, Februari 2007
Komentar
Posting Komentar