buat Maulida Isnaini
is, biar kujaga mimpimu dengan cemasku
ketika malam hablur, orang-orang
sibuk mengulur lindur,
aku memberimu kantuk di pelupuk
sebagaimana kuyakini sebentuk ufuk
akan jadi dinding yang keras membatas
antara rindu penghujan dan musim panas,
antara sunyi dan riuh yang lekas berkemas
(aku pun bergegas
menggamit asmara yang ganas mengeras...)
malam ini, akulah peronda
bagi kampung-kampung di hatimu yang hampa penanda
jasadku mungkin sarang kelelawar
namun selalu: rinduku taman berimbun mawar
dan bila dalam rongga dunia hanya tersisa debar,
sanggupkah kupenuhi rumahmu
dengan pikat samar yang membakar?
is, katupkan pelupukmu
penuhi arah nujum garis tanganmu
sebab malam bukan pembenci—seperti negeri
yang sabar menanti mati
dalam injakan kaki para pencuri
Surakarta, Desember 2006
is, biar kujaga mimpimu dengan cemasku
ketika malam hablur, orang-orang
sibuk mengulur lindur,
aku memberimu kantuk di pelupuk
sebagaimana kuyakini sebentuk ufuk
akan jadi dinding yang keras membatas
antara rindu penghujan dan musim panas,
antara sunyi dan riuh yang lekas berkemas
(aku pun bergegas
menggamit asmara yang ganas mengeras...)
malam ini, akulah peronda
bagi kampung-kampung di hatimu yang hampa penanda
jasadku mungkin sarang kelelawar
namun selalu: rinduku taman berimbun mawar
dan bila dalam rongga dunia hanya tersisa debar,
sanggupkah kupenuhi rumahmu
dengan pikat samar yang membakar?
is, katupkan pelupukmu
penuhi arah nujum garis tanganmu
sebab malam bukan pembenci—seperti negeri
yang sabar menanti mati
dalam injakan kaki para pencuri
Surakarta, Desember 2006
Komentar
Posting Komentar