Langsung ke konten utama

Jika nanti kau atau aku berpulang

pernah kita sama-sama belajar
dari rasa sakit
dan desah nafas sebuah negeri
yang mendera berabad lamanya

jika kelak kau berpulang
biarkan aku duduk tekun di bawah pohon itu
menghitung tiap inci tinggi dan lebar tubuhmu
dari benih hujan yang tak henti menyentuh musim:
pupuk pohon yang kita sebut harapan

sementara ini biarkan saja
kuzikirkan dulu namamu

kaulah lelaki yang menang
saat menemukan jalan pulang
ke negeri yang penuh belukar semak
tempat pertama kali sebutir mempi
ingin tumbuh tanpa mengeluh

di pohon itu
sebenarnya tak hanya melekat
bekas sentuhan kita
tapi juga dapat kau lihat
daun yang tak hendak jatuh dari tangkainya
saat angin mengajaknya menari
buah yang bahagia menjadi remaja
saat embun begitu santun menyentuhnya
akar yang menjadi lebih kuat
saat tanah merasa betah menerima benih
dari segala yang lepas dari nafas

jika kelak kau atau aku
yang berpulang
terjemahkanlah tiap desah nafas di negeri ini!

Januari 2008

Komentar

  1. Fitri Yani, you are a great poet---puisi yang tersangat indah. Merinding aku membacanya. Salam kreatif buatmu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007