pernah kita sama-sama belajar
dari rasa sakit
dan desah nafas sebuah negeri
yang mendera berabad lamanya
jika kelak kau berpulang
biarkan aku duduk tekun di bawah pohon itu
menghitung tiap inci tinggi dan lebar tubuhmu
dari benih hujan yang tak henti menyentuh musim:
pupuk pohon yang kita sebut harapan
sementara ini biarkan saja
kuzikirkan dulu namamu
kaulah lelaki yang menang
saat menemukan jalan pulang
ke negeri yang penuh belukar semak
tempat pertama kali sebutir mempi
ingin tumbuh tanpa mengeluh
di pohon itu
sebenarnya tak hanya melekat
bekas sentuhan kita
tapi juga dapat kau lihat
daun yang tak hendak jatuh dari tangkainya
saat angin mengajaknya menari
buah yang bahagia menjadi remaja
saat embun begitu santun menyentuhnya
akar yang menjadi lebih kuat
saat tanah merasa betah menerima benih
dari segala yang lepas dari nafas
jika kelak kau atau aku
yang berpulang
terjemahkanlah tiap desah nafas di negeri ini!
Januari 2008
dari rasa sakit
dan desah nafas sebuah negeri
yang mendera berabad lamanya
jika kelak kau berpulang
biarkan aku duduk tekun di bawah pohon itu
menghitung tiap inci tinggi dan lebar tubuhmu
dari benih hujan yang tak henti menyentuh musim:
pupuk pohon yang kita sebut harapan
sementara ini biarkan saja
kuzikirkan dulu namamu
kaulah lelaki yang menang
saat menemukan jalan pulang
ke negeri yang penuh belukar semak
tempat pertama kali sebutir mempi
ingin tumbuh tanpa mengeluh
di pohon itu
sebenarnya tak hanya melekat
bekas sentuhan kita
tapi juga dapat kau lihat
daun yang tak hendak jatuh dari tangkainya
saat angin mengajaknya menari
buah yang bahagia menjadi remaja
saat embun begitu santun menyentuhnya
akar yang menjadi lebih kuat
saat tanah merasa betah menerima benih
dari segala yang lepas dari nafas
jika kelak kau atau aku
yang berpulang
terjemahkanlah tiap desah nafas di negeri ini!
Januari 2008
Fitri Yani, you are a great poet---puisi yang tersangat indah. Merinding aku membacanya. Salam kreatif buatmu.
BalasHapus