Langsung ke konten utama

Tentang Perempuan di Sebuah Kebun

pada remang cahaya kunang-kunang
di sebuah kebun
ada perempuan berambut panjang
dengan mata serupa bulan

perempuan itu
telah memberiku sebilah pedang

”aku hanya menunggu kau bunuh diri
dan menjadi hantu”
ujar perempuan
serupa dengung kawanan lebah
dari dasar lembah

ada debar yang menggetarkan tanah kebun
ketika perempuan bergegas ke arah malam
meninggalkan kebun
meninggalkan aku
pohon yang sebentar lagi memberinya buah

”aku ingin menua bersamamu
dan melahirkan benih baru
dari rencana cuaca di pepohonan lain”

“aku hanya singgah
agar tunai dendam pedang
di masa kecilku”



November 2007
sajak Fitri Yani

Komentar

  1. seperti sebuah mata rantai dan traumatik panjang tentang itu
    sungguh, membuat setiap hati tertegun dan terkesan

    BalasHapus
  2. ada hal-hal yang tak selesai memang
    membuatmu sedikit bergumam pada perempuan di sebuah kebun
    namun adakah hal lain yang kaulihat di matanya yang berembun?

    BalasHapus
  3. Agit Yogi Subandi12 Maret 2008 pukul 02.33

    biografi yang dirangkai oleh sajak itu (red: tentang aku lirik dan perempuan itu) merupakan biografi yang bergerak. ada pengamatan yang dalam di dalam sajak ini. seperti:

    "ada debar yang menggetarkan tanah kebun
    ketika perempuan bergegas ke arah malam
    meninggalkan kebun
    meninggalkan aku
    pohon yang sebentar lagi memberinya buah"

    ini menyatakan keseriusan penyair di dalam melakukan pengamatan dan pengendapan di dalam dirinya. inilah kelebihan daripada sajak-sajak fitri yani. pengamatan terhadap objek sangat mendalam. tetapi, kita juga harus sadar, bahwa puisi yang menuliskan biografi seperti sajak di atas ini, adalah latar suasana. sajak membutuhkan suasana di dalam pengungkapannya. seperti sajak goenawan mohhamad yang Asmaradana ....."ia dengar kepak sayap kalelawar...", betapa kesunyiannya digambarkan oleh kepak kalelawar...mungkin hal-hal semacam itu yang penyairnya belum dapatkan. kita menceritak orang, tentu ada saat-saat di mana objek yang kita tuliskan mengeluarkan aktivitas yang puitik lengkap dengan lingkungannya.

    tapi secara keseluruhan, sajak ini berkesan. karena:

    ”aku ingin menua bersamamu
    dan melahirkan benih baru
    dari rencana cuaca di pepohonan lain”

    wassalam

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007