Langsung ke konten utama

Dari Jalanan

Dari jalanan ketika kau bekerja cuma
dibayar dengan berita dan terpaksa
pulang dengan persiapan berkelai dengan istri

dari jalanan pula aku mainkan yang bisa
dan sesekali menghitung siapa yang telah
menembak tubuhku lewat balik jendela

lalu aku pun mati dan bangkit lagi
bangkit dan mati lagi, mati dan bangkit lagi lagi
tanpa tahu siapa berkuasa atas kejadian itu

sebab ketika tepat di depan pintu rumah
istriku pun telah menyiapkan selembar
kafan putih bertulis :

"Kami telah putuskan untuk memotong
alat kelamin suami-suami kami, yang telah
membikin kami bolak-balik melakukan abortus!"

dari jalanan aku kuburkan potongan alat kelaminku
dan mayat anak-anakku. Dari jalanan pula
aku mainkan yang bisa:

"Berlari dan makin berlarian,"

Gresik, 1994


Puisi H.U. Mardi Luhung diambil dari Antologi Puisi "Terbelah Sudah Jantungku"

Komentar

  1. mungkin ciri khas sajak Mardi Luhung, adalah loncatan-loncatan dalam sajaknya. Imaji yang liar.

    BalasHapus
  2. tokoh yg terpuruk ( ? )...sendiri...dan semua karena ulahnya sendiri !

    BalasHapus
  3. mungkin aliran saya adalah selalu melihat kesan keindahan yang dihasilkan kata.

    memang mardi luhung ingin menceritakan kesan pahit nya. tapi nga tau y, saya lbh suka klo ending nya diganti

    BalasHapus
  4. it's okey, kejujuran dari hati yang telah lelah.

    BalasHapus
  5. maaf, tadi sudah kasih komentar

    BalasHapus
  6. saya suka dengan gaya bahasanya yang 'menusuk'

    BalasHapus
  7. Idenya terbaca melalui alurrnya..
    sarat makana
    dalammmmmm
    itulah realita kebobrokan moral

    BalasHapus
  8. Pemakaian frase yang luar biasa, namum lompatan isi dari bait ke bait terasa terlalu jauh. Hal ini bisa berarti baik hanya kalau pembaca memiliki imajinasi yang memadai. Untuk puisi ini kata-katanya cukup sadis. Saya terkejut, terpukau dan terpolusi sekaligus.

    BalasHapus
  9. rossy29860@yahoo.com30 September 2009 pukul 03.12

    mardi luhung lihai dlm pengungkapan,lewat simbol2 dan imaginasinya yg liar justru di peroleh lewat kejadian2 sehari hari di sekitar kita,namun memberi arti yg kuat pada sajaknya

    BalasHapus
  10. rossy29860@yahoo.com30 September 2009 pukul 03.16

    mardi luhung lihai dlm pengungkapan,lewat simbol2 dan imaginasinya yg liar justru di peroleh lewat kejadian2 sehari hari di sekitar kita,namun memberi arti yg kuat pada sajaknya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...