Langsung ke konten utama

Ruang Puisi Ruang Hati Ruang Sunyi

Puisi - Hati - Sunyi adalah benang merah blog Nanang Suryadi, seorang penyair yang berdomisili di Kota Malang. Nanang Suryadi sendiri sebenarnya bukan pemain baru di dunia maya selaku pemilik blog yang memiliki kekhususan pada puisi. Terhitung sejak tahun 2002 sampai dengan Desember 2007 sudah 229 posting puisi yang dihasilkan. Selain aktif menulis di blog pribadinya , Nanang Suryadi sudah menerbitkan antologi puisinya yang berjudul "Telah Dialamatkan Kepadamu" tahun 2001 . Puisi-puisinya juga tersebar di antologi bersama serta media cetak lokal maupun nasional


Contoh Puisi dalam Blog Ruang Puisi Ruang Hati Ruang Sunyi

Matahari, Hujan, Tiang Listrik

beri aku puisi, katamu suatu ketika. matahari malas mendengar kata-katamu, ia segera pergi ke balik malam. dan hujan yang tiba-tiba marah mencurahkan dingin ke kepalamu, seraya berteriak: inilah puisi. tiang listrik tertawa-tawa, mungkin lucu rasanya: penyair minta puisi.

puisi? dimana kiranya. mungkinkah puisi sedang sakit dan sekarat. sehingga ia tak pernah datang. seperti dulu, mengetuk-ngetuk jendela tak siang tak malam tak petang tak subuh.

beri aku puisi, katamu. kepada siapa. entah siapa.

11/12/2007

Lebih jauh dengan Nanang Suryadi melalui percakapan bersama Puitika.net (Jejak Penyair)

http://puitika.id/nanang-suryadi

http://nanangsuryadi.blogspot.com/

Komentar

  1. Yah, pujangga kehilangan kata-kata, bak gatot kaca yang tidak bisa terbang. Berikan kami syair yang menyeru jiwa, hingga mulut ini terpanggil dengan stimulus pembangkit makna.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...