Langsung ke konten utama

Ranggalaweku Mabok

- tuk sebuah kota asal -


duduk melingkar di tepitepi jalan,
di tepitepi persimpangan dan di banyak sudut-sudut jalanan
dalam dzikir sumpah serapah
dengan bonjorbonjor sebagai kubah
setelah ongkek berdiri menepi

”satu centhak lagi, Kang” pinta mereka dalam tawar tawa
ya, satu centhak lagi akan mengantarmu pergi
setelah berjam-jam dilingkaran sumpah serapah
memasuki dunia mimpimimpi
terbang tinggi dari bumi Ronggolawe
tempat berpijak dan beranak-pinak


lupakan,
sepi penumpang sulitnya setoran
lupakan saja,
gagal panen musim kemarin
dan kencang angin laut tepiskan tangkapan
ya lupakan sejenak
tunggakan beberapa bulan biaya pendidikan kanak-kanak
juga lupakan
centang perentang kekuasaan kemarin hari
menghancurkan gedung-gedung kekuasaan, simbol-simbol kebusukan
menyisakan nyeri di balik jeruji besi


mari, mari pergi ke lain dunia penuh euforia
dengan kuasa ada ditangan kita
kita bangun rumah-rumah megah bermarmer mengkilat bertaman indah
yang disampingnya garasi luas dengan jaguar dan mercy dan beberapa model mewah parkir dengan gagah


ayo, ayo pergi ke lain dunia penuh euforia
dengan kuasa ada ditangan kita
kita bagi-bagi kue kekuasaan di segala bidang
yang membentuk robot-robot setia tanpa idealisme demi sebuah jabatan


kita putuskan sejanak
alir deras darah Ronggolawe di urat –urat kita
berperang menyerang ketidakadilan tatanan
menggenggam nurani sampai tetes penghabisan


bercengkerama di dunia penuh euforia
membangun kastil mimpi di siang hari
berdinding batubatu igauan dan pokok-pokok jati ilusi
membentuk wilayah utopia bagian dari negeri terluka



Notes:
Centhak : adalah suatu tempat (dibuat sebagai Gelas) untuk minum tuak terbuat dari bambu
Bonjor: adalah tempat persediaan tuak sebelum dituang ke dalam centhak untuk diminum.
Ongkek: keseluruhan kumpulan bonjor-bonjor dan centhak-centhak yang di pikul oleh penjual tuak
Tuak: sejenis minuman keras khas daerah Tuban terbuat dari air dahan pohon siwalan yang telah difermentasi. Buah Siwalan juga merupakan buah tangan khas Kabupaten Tuban. Sepanjang Jalan masuk menuju Kota Tuban dari arah Babat (atau jalan keluar Kota Tuban) akan dijumpai penjual Tuak, Legen, Siwalan di kanan dan kiri sepanjang jalan sebagai buah tangan.
Ranggalawe: Adipati Tuban, salah satu pejuang dan pendiri kerajaan Majapahit yang tersingkir dari kekuasaan Kerajaan Majapahit karena ulah pungawa lain yang akhirnya membangkang dan memberontak kerajaan Majapahit.

Komentar

  1. Realita : Jurang antara yang miskin dan yang kaya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...