Langsung ke konten utama

Puisi-puisi Ali Termizzi (Brunei Darussalam)


Sebanyak 10 buah sajak:



 





Hilang akal!



himpit-himpit di otakku

ikat-ikat pembuluh darahku

lintas darah mengalir naik

aku jadi hilang tumpuan

nangis aku dibuatnya

ganggu aku dibuatnya dengan drastik!





Aku dah gila?

kau diam semuanya diam

arahku tak tertumpu

laluku bawa berdiam dan lupakan secara tragis!





Ali Termizzi HR. Brunei Darussalam. 31122004.



Goyangan kaki.



Goyangkan kaki itu

orang tahu ia sangat indah

yang mudahnya dia saja

aku tak tahu yang goyang membawa senang

nak kata senang nanti susah

gelisahku dibuatnya

aku pun tak laratkan ikut bergoyang

nah pergilah kau sorang saja





Kalau begitu sahaja kerjamu

aku fikir tahun depan ku jadi begitu

kaki bergoyang tanda berusaha

inikan goyang tiada peluh setitik!





Ali Termizzi H.R. Brunei Darussalam. 25022005.



Gambar 42.



Gambar kenangan 42

aku di sana tersenyum melupakan kisah lama

masa itu banyak kenangan harus di tempuh

bukan sekadar manis dan duka

akan tetapi peristiwa yang sangat luar biasa

rasa inginku telan tapi tak terdaya





Empat puluh dua orang didalamnya

malah lebih daripada itu

pernah membuat kenangan bersama

akan tetapi tidak mampu meneruskan perjuangan bersama

tiada nampak lagi di hadapan





Demi gambar 42

ungkaplah kata-kata yang teristimewa

akan di kenang sehingga akhir hayat





Ali Termizzi HR. Brunei Darussalam. 08012005.



Dua teman berehat dibilikku.


Diam

ungkapan kata berupa

api yang di siram air





Terasa gembira aku dibuatnya

esok mungkin mereka tiada

mungkin juga mereka datang

atas kebawah mereka mencari

namun akhirnya setuju juga





Biar mereka berehat

elakkan daripada keletihan

rasa hangat membuang kesejukkan

entah tiba-tiba cuaca mendung

hatiku gembira

aku biarkan mereka berdua berkata riang gembira

takut nanti kecewa dini hari





Dia terasa kelat

ingin mendampingi di sisi ranjang

barisan empat kerat terpaku

itulah tanda air liur dah kering

lintas pikiranku melayang

ikut melayang

kaku

kaku

untuk pergi belayar…….





Ali Termizzi HR. Bilik Tawakkal. Brunei Darussalam. 05082004.



Dia pula yang dapat.


Mula ternampak ertinya datang kesudahan

akhirnya pula ertinya terpaksa berbalik semula

apalah jadi benda itu

kuat, bergigi tajam dan badan dibaluti dari hijau

walaupun gagah, gagah lagi kawanmu itu

dia pula yang dapat.





Ali Termizzi H.R. 050706.

Universiti Brunei Darussalam.




Dakwat seni.



 

Tangan memegang sebatang pen

pen diciptakan untuk menulis

mereka bentuk ciptaan sendiri

dihiasi dengan huruf yang diatur





Terpampang kata berbagai maksud

maksudnya indah seribu erti

terpancar sinar seni

membawa ingin untuk mengetahui





Dakwatnya tersimpan di atas kertas

menulis itu adalah seni

bagaikan lukisan membawa erti

erti hidup seorang bergelar seni





Terima kasih kepada dakwat

memberi jasa ilmu pengetahuan

penting sekali mengejar impian

khas diciptakan untuk semua

gunakannya dengan sebaik mungkin

rasailah nikmat Seorang Penulis…





Ali Termizzi H.R. Brunei Darussalam. 190606.




Bila engkau bermimpi lagi.



 

Adakah mimpimu itu benar

akan terjadi bila engkau bangun dari tidurmu

nyata betul dihadapan

maya terkangkang melihat kenyataan

biar betul terjadi

tanpa diduga

muncul lembaga yang dimimpi-mimpikan

terkejut terhumban jantung di dalam

badan terketar-ketar menjadi pengsan

terbang melayang ke dunia mimpi ngeri…





Ali Termizzi H.R. Brunei Darussalam. 060706.




Bangunan 110 tingkat.



 

Berdiri teguh sombong belaka

amat tinggi hingga mencapai langit

nampak seperti gunung

gegarannya menghempas kebumi

usah peduli nyawa terbang melayang

nun jauh berkecai

akur kepada Tuhan

nafas terhenti-henti bagaikan…….





1 kesedihan

1 keengganan

0 kemusnahan





Tinggi-tinggi burung yang terbang

ingin juga turun kebumi

nah itulah tanda kemusnahan

gembleng doa dan imanmu

kalau dunia wujud

akan ada dunia akhirat

takkan begitu?





Ali Termizzi HR. Brunei Darussalam. 05012005.




Bagaikan mawar mekar mewangi.






Bagaikan mawar mekar mewangi

antara cintaku yang dahulu dan sekarang

gerak bungamu yang dahulu tak sewangi

aku bagaikan terbang khayal bersamamu

itulah maksudku yang dahulu inginku sampaikan

kerap kali membuatmu sedih terluka

ampun dan maaf harusku katakan

namun itu cuma mainan fikiran





Mawar mekar mewangi

antara kasihku yang dahulu dan sekarang

wangian terus menerpa kedadaku

aku rindui belaianmu

rindu belaianmu itu hanya mainan khayalanku





Mekar mewangi

entah mengapa antara sayangku yang dahulu dan sekarang

kerap kali termenung ingin disampingmu

amat menyintai wajah yang disanjung

rasa disanjungi itu rupanya mainan mimpiku








Mewangi


empat hariku mencari antara hidupku yang dahulu dan sekarang

wajahmu tetap tersimpan disanubariku

antarkanlah suatu bekalan untukku

Nisan tempatmu mengadu

gapailah tanganku buat kali terakhir

ini adalah mainan kehidupanku!





Ali Termizzi HR. Brunei Darussalam. 25122004.



Ilham datanglah kepadaku!





Emm…

apa ya?

lihat dakwat sudah tertulis

kertas putih sudah terpalit

dakwat biru itulah dia





Aku tulis kerana apa?

mungkin tiada apa-apa

cuma mencari sesuatu yang baru

malah Cuma ini saja yang aku mampu





Aku minta maaf

kerana puisi yang kurang bermakna

inilah saja yang dapatku luahkan

mencari ilham tak kunjung tiba

malah takku sangka itu dia





Inilah dia puisiku

ilham sederhana cukup bermakna

mencari-cari di mana-mana

kutulis saja di kertas ini

itulah ilham datang kepadaku…





Terima kasihku ucapankan

kepada pencinta puisi yang membacanya…





Ali Termizzi H.R. Brunei Darussalam. 070706.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...