sajakmu begitu pongah menunduk dan mendongak pada kata dan bait
sendiri tak peduli ada kata lain yang juga mengenal sedih kata-kata
tersiram marah terbungkus kecewanya merah sajakku seolah angin saja
entah kau rasakan dingin atau gerah baitmu cuma satu tercipta dari
gemertak angkuh 'siapa kamu?' tanyamu ketika matahari memberi sapa
dengan mata menyimpan bulir luka sajakmu begitu pongah hingga kata
tergeletak hampa meski tawamu meruang tetap saja malam tanpa bayang
pagi, 02juli07
Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”
Komentar
Posting Komentar