dijalan pulang nanti
apalagi yang tersisa nanti ?
andai ketika harus menyusuri jalan berlubang berdebu
mahoni dengan daunnya menghitam
sampai pada pagar hijau kusam berkarat depan rumah
lalu menjumpai pintu masuk yang tak lagi tersenyum menyapa seperti biasa
langit-langit menatap muram digelayuti jerat nestapa
memar yang tergurat didinding masih mengumbar duka lama
gema jerit riang anak-anak berlarian tak lagi terdengar
ruang tengah tak lagi menggugah canda
semua ditelan sepi,
sepi dan pahit kenang didalam enggan tuk berpindah
sepi ketika pergi dan masih sepi ketika kembali
jika ada lalu lalang tatap tajam mata yang menghampiri
sepi ini menjelma hanya jadi resah
membayang semua itu dijalan pulang
memberat langkah dengan beban bimbang
tak ada lagi harapan disitu
tak ada lagi yang tersisa
sudah biarkan terkubur waktu dan musnah
namun cercahMu diarah lain terbentang
menanti dengan cinta
memintaku pulang kepelukannya
Hirokosaten Kure Hiroshima, Monday.2006.09.04.00:22
apalagi yang tersisa nanti ?
andai ketika harus menyusuri jalan berlubang berdebu
mahoni dengan daunnya menghitam
sampai pada pagar hijau kusam berkarat depan rumah
lalu menjumpai pintu masuk yang tak lagi tersenyum menyapa seperti biasa
langit-langit menatap muram digelayuti jerat nestapa
memar yang tergurat didinding masih mengumbar duka lama
gema jerit riang anak-anak berlarian tak lagi terdengar
ruang tengah tak lagi menggugah canda
semua ditelan sepi,
sepi dan pahit kenang didalam enggan tuk berpindah
sepi ketika pergi dan masih sepi ketika kembali
jika ada lalu lalang tatap tajam mata yang menghampiri
sepi ini menjelma hanya jadi resah
membayang semua itu dijalan pulang
memberat langkah dengan beban bimbang
tak ada lagi harapan disitu
tak ada lagi yang tersisa
sudah biarkan terkubur waktu dan musnah
namun cercahMu diarah lain terbentang
menanti dengan cinta
memintaku pulang kepelukannya
Hirokosaten Kure Hiroshima, Monday.2006.09.04.00:22
Komentar
Posting Komentar