biarkan kuterjemahkan matamu sebab tak ada yang lebih jingga dari segala kata di situ kugubah sebaris puisi kuletakkan di pinggir jendela tua saat fajar akan kau baca bumi berangkat tidur duka berangkat hancur leleh dalam pelukanmu tergenggam tangan rindu seperti matamu puisiku juga jingga kata dan baitnya memahat rindu yang datang bergemuruh akankah kau terjemahkan juga rindu dari puisiku? priok, 22juni07
Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”
Cek cek cek apik tenan...........
BalasHapus